Gizelle berbalik ke arah pintu. Dirinya berdiri dari kursi panjang itu. Lalu melangkah anggun dengan dress sepaha berwarna putih juga heels bewarna putih yang melekat pas dikaki jenjangnya.
"Eh, guys. Keluar bentar ya? Udah mau mulai kayanya." Gizelle meraih sebuah kartu yang terletak di samping pintu. 7 anak manusia itu mengangguk. Walau satunya merasa tak ingin ditinggal.
Gizelle tersenyum lalu mengarahkan kartu itu dibawah knop pintu. Gizelle memutar knop pintu itu kebawah. Lalu menampilkan wanita cantik yang sudah berbalut dress putih senada dengannya.
Mata wanita itu menelisik kamar Gizelle, ia mengernyit bingung. "Kenapa momm?" Gizelle memiringkan kepalanya, lalu menoleh kebelakang "Itu? Itu temen temen Gizelle yang cowok". Wanita itu masuk kedalam kamar Gizelle tak mengindahkan penuturan sang anak.
"Loh, ini anak investor kenapa pada disini sayang? Aunty pesen kamar aja ya?" Wanita itu duduk diujung kasur.
4 trejo itu saling lirik dengan tatapan yang sulit diartikan. "Iya ma. Ell, udah pesen kok." Aleya tersenyum lalu mendekat ke wanita itu. Wanita itu tersenyum. "Yaudah, kalo gitu kalian semua siap siap gih." Wanita itu berdiri dari duduknya lalu mengusap punggung Aleya. "Daripada disini kan?"
"Tapi kita ga bawa baju ma." Anala mendongak menatap wanita itu.
"Sini mama antar ke kamar kalian. Disana udah ada gaun dan jaz." Wanita itu tersenyum ramah. Aleya, Grace dan Anala bergegas turun. "Papa ada ma?" Grace menatap wanita itu bertanya. Wanita itu mengangguk. "Semuanya. Termasuk anak tampan ini." Wanita itu menatap Jinandra, Yohan, Kaiden dan Reyxa secara bergantian. 4 trejo itupun ikut berdiri.
"Ayo ikut mama. Mama antar ke kamar." Wanita itu berjalan memimpin anak remaja kasmaran itu. Lalu diikuti juga oleh Gizelle.
'''
Sekarang para remaja itu dan ibu Gizelle sudah berdiri di depan leaft. Ibu Gizelle menoleh. "Kok gitu doang?" Ibu Gizelle menatap semuanya bertanya. Semuanya mengernyit bingung. Ibu Gizelle menghela nafas.
Roseanne menaruh tangan Jinandra dipinggang Gizelle, lalu mendorong Gizelle agar lebih dekat dengan Jinandra. Lalu menarik tangan Aleya agar mengandeng lengan Yohan. Setelah itu, Roseanne menarik tangan Grace untuk memeluk pinggang Kaiden dan sebaliknya. Roseanne menarik tangan Reyxa dan Anala agar saling bertautan. Bersamaan dengan pintu leaft yang terbuka.
"Gizelle dulu, jangan dilepas pinggangnya." Titah Roseanne memberi jalan pada Gizelle dan Jinandra.
"Aleya sama Yohan." Sambungnya.
"Grace sama Kaiden." Lanjutnya menatap dua pasangan itu. "Reyxa sama Anala." Titahnya lagi.
Setelah mengatur barisan remaja itu. Ia masuk didalam leaft. Leaft bergerak turun, suasana didalam leaft sangat canggung bagi para remaja itu. Leaft pun terbuka, tepat di depan ballroom. 9 anak manusia itu berjalan dengan anggun nan gagah, dipimpin oleh ibu Gizelle. Roseanne membuka pintu ballroom.
Para pasang mata tertuju pada 8 remaja itu. Hingga semuanya duduk ditempat masing-masing. 4 lelaki dewasa dengan setelan formal ikut berdiri menghampiri tempat duduk para remaja itu.
Mereka menepuk pundak anak masing-masing. Sontak Jinandra, Yohan dan Reyxa mendongak.
"Loh, Rey? Sama siapa?"
Reyxa mengangkat tangan Anala. Sontak, gadis itu menoleh dan tersenyum canggung. "Pacarnya Reyxa nak?"
"Bu-"
"Iya pa...baru aja jadian 2 hari yang lalu." Pungkas Reyxa. Anala mengernyit menatap Reyxa.
"Ohh, yaudah. Papa balik ya." Lelaki itu tersenyum lalu mengucap pucuk kepala Anala. Anala dan Reyxa mengangguk dan tersenyum manis.
Para ayah menanyakan status anaknya. Hingga semuanya duduk di kursi masing-masing.
'''
Acara berlangsung sangat meriah. Kini adalah waktu untuk para tamu mencicipi hidangan yang tersedia. Para staff catering sudah berkali-kali bolak balik mengantarkan makanan juga memasukkan kedalam tas khusus jika ingin dibawa pulang.
P
ara remaja itu sudah berdiri dari kursi masing-masing. Semuanya mengantri, namun Grace berada paling belakang. Saat dirinya hendak mengangkat sebuah piring. Pria dewasa menarik pergelangan tangannya membuatnya sedikit berlari.
Pria itu membawa Grace hingga keluar dari area ballroom. Lebih tepatnya di lantai utama atau lobby hotel. Grace mengernyit bingung. "Kenapa pa?" Grace menatap wajah papa nya yang sudah memelas.
"Papa mau ngomong sesuatu sayang." Papa Grace menatap putri semata wayangnya itu sendu. Perasaan Grace mulai tak enak.
"B-boleh pa. Tapi, kita duduk disana aja." Grace tersenyum kikuk. Papanya merangkul pinggang sang putri. Membawanya untuk duduk dikursi panjang tepat diujung lobby.
Keduanya mendudukkan bokongnya dikursi itu. Grace menatap sang papa yang tengah menunduk dan memejamkan matanya. "Jadi, papa mau ngomong apa?"
Papa Grace mengangkat kepalanya. Menghela nafas panjang sebelum mengungkapkan semuanya. "Hahh...jadi, tadi pagi mama kamu papa antar ke rumah sakit. Karna, mama bilang mual banget dan perut kanannya sakit."
Grace hanya mengangguk-angguk mengiyakan. "Dan, t-ternyata mama di vonis kanker hati." Seakan dunia Grace runtuh. Hatinya bak teriris beribu ribu samurai yang begitu tajam. Badannya terasa lemas. Dan air matanya yang sudah berlomba lomba untuk keluar.
"Waktu itu juga...manager dikantor ngabarin papa. Kalau perusahaan udah hampir bangkrut, dan butuh banget suntikan dana." Sudahlah. Grace menitihkan air matanya yang sudah tak bisa ia bendung.
"Jadi papa bakalan jodohin kamu dengan salah satu investor papa yang perusahaannya bener-bener maju di paris. Cuma ini satu satunya cara yang bisa bikin mama kamu sembuh nak." Ia genggam tangan sang putri. Memohon agar Grace menerima.
"Tapi pa-"
"Papa tau nak. Tapi perusahaannya masih junior, mereka masih dibawah sayang." Sanggah sang ayah.
"Bener-bener udah ga ada celah buat mama pa?" Papa Grace menggeleng lemah.
Grace menunduk. Memejamkan matanya sejenak, mengambil nafas sedalam mungkin. Lalu ia hembuskan pasrah. "Kalau memang cuma ini yang bisa bikin mama sembuh dan papa bangkit lagi. Grace ga akan n-nolak pa..." Grace menunduk kembali saat air matanya akan keluar.
"Makasih sayang. Pertunangan kamu akan dilaksanakan besok setelah pencangkokan hati." Papa Grace memeluk anak semata wayangnya itu erat. Lalu ia kecup keningnya.
Sungguh Grace benar-benar tak tega untuk menyakiti perasaan setulus Kaiden. Dirinya tak mampu melihat Kaiden terpuruk. Namun, ia harus meyakinkan dirinya sendiri demi ayah dan ibunya. Belasan tahun ia dibesarkan dengan kasih sayang. Ia juga harus membayar jasa itu bagaimana pun caranya. Grace hanya bisa mengangguk pasrah.
"Yaudah kita masuk ya." Keduanya berdiri. Saat hendak melangkah. Kaki Grace terasa lunglai, pening seketika menggerayangi dirinya. Sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.
'''
Dewangga Pangeran Binandra
&
Tania Thalasa ClarisshaKira-kira siapa ya yang bakalan dijodohin sama Grace? Penasaran yaaaa?
Tenang bakal double update kok. Hari ini ngga sibuk. Okee, bubayy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi Di SMA | Ft. Treasure | Continued
Novela Juvenil"Lo semua kenapa sih?" "Kita itu bisa bersaing secara sehat, ga perlu ada yang sampai berantem gini." "Anak baru itu juga pasti punya keputusan!" "Lo juga! Ketos ngapain ikut gabung!" "Dapetin hati mereka dengan kerja keras lo! Bukan saling lawan gi...