Jaemin kini termenung sendirian di kamarnya — lebih tepatnya, kamar rawatnya. Tatapannya tampak kosong, pikirannya benar-benar tidak karuan saat ini.
Kata-kata Taeyong yang mengatakan bahwa Suho, ayahnya akan mendonorkan jantung untuknya terus saja terngiang-ngiang di telinganya.
"Apa?"
Taeyong menghela napasnya, ia tidak berani melihat wajah terkejut Jaemin.
Sementara Jaemin terlihat menatap ketiga kakaknya secara bergantian.
"Hyung? Apa yang kau maksud?"
"Dokter Ten menyarankan untuk melakukan transplantasi jantung" kini Doyoung yang berucap.
"Lalu? Kenapa harus ayah? Ada banyak orang diluaran sana kenapa ayah?"
"Mencari pendonor jantung tidak semudah itu Jaem. Dibayar berapapun tidak akan bisa, karena yang diambil itu jantung, vital terpenting di dalam tubuh manusia" ujar Jaehyun.
Jaemin menggeleng frustasi, "aku tidak akan menerima jantungnya, katakan padanya"
"Jaem, jangan keras kepala—"
"Apa!? 'keras kepala'?! Bagaimana perasaanmu jika kau yang berada diposisiku?!" Jaemin memotong ucapan Doyoung.
"Jaemin! Turunkan nada bicaramu" Jaehyun menatap tajam Jaemin yang dirasa sudah keterlaluan karena membentak orang yang lebih tua.
"Jaem, ayah sudah mengusahakan semuanya yang terbaik. Dia sudah berusaha mati-matian untuk bisa menyembuhkanmu, dia selalu merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apapun untukmu. Lalu—"
"Aku harus menerimanya?" Lagi, ia memotong ucapan Taeyong. Sungguh, apa yang ada dipikiran kakak-kakaknya itu?
"Aku harus menerima donor jantung dari ayah? Lalu, apa dengan begitu, aku bisa sembuh?"
Tak ada yang menjawab ucapannya barang kali menatapnya.
"Hyung.. aku.." Jaemin menunjuk dirinya sendiri "aku ini memiliki riwayat penyakit jantung bawaan.." setelah itu, Jaemin menurunkan tangannya dengan mata terpejam menahan dadanya yang sesak karena menahan marah sekaligus sakit.
"Penyakit turunan dari ibu dari kakek dari buyut dan dari leluhur keluarga kita. Penyakit yang tidak bisa disembuhkan!!" Diakhir kalimat Jaemin berteriak frustasi.
"Check up? Obat? Donor jantung? Itu semua percuma!! Aku tetap akan hidup dengan penyakit ini!!" Jaemin terisak mengingat kata-kata ayah dan ibunya dulu yang mengatakan bahwa ia akan sembuh suatu saat nanti. Tapi, ia tidak senaif itu untuk mempercayai kebohongan mereka.
Ia sudah mengetahuinya sejak lama.
"Itu hanya akan menyiksaku hyung.." Jaemin meremas dada kirinya sakit, "check up? Pernahkah kau merasakan bagaimana sakitnya saat aku harus datang ke rumah sakit, melewatkan semua hal penting yang seharusnya bisa kulakukan, membiarkan waktuku terambil oleh check up yang kulakukan hampir setiap hari!? Pernahkah kau merasakan bagaimana pahitnya obat yang kutelan saat aku ingin makan dan tidur yang selalu kuminum setiap hari? Lalu..?" Jaemin menatap wajah kakak-kakaknya itu dengan napas memburu.
"Jaem tenangkan dirimu" ujar Taeyong yang hendak bangkit tapi Jaemin mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Taeyong diam di tempatnya.
"Ayah mendonorkan jantungnya? Untukku? Lalu, apa yang terjadi? Ayah meninggal, aku tidak sembuh dan akhirnya aku akan hidup tersiksa dengan perasaan bersalah yang menghujam. Apa itu mau mu hyung? Apa itu mau ayah? APA ITU MAU KALIAN!?—Akhhh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Husband for One Baby [END]
Fanfiction"Renjun, ayo kita jalan-jalan" "Tidak! Lebih baik kita ke toko buku saja" "Hey jangan membuat Renjun menjadi kutu buku sepertimu" "Ayo kita belajar memasak" "Tidak, lebih baik kita bermain game saja" "Renjun ayo kita pergi ke konser" "Hey diam, dia...