AS 6

617 157 46
                                    

WARNING!!!
CERITA INI ASLI DARI IMAJINASI SENDIRI
MAAF KALAU ADA KESAMAAN PADA NAMA DAN TEMPAT
HANYA SEBUAH FIKSI DAN JANGAN DIBAWA KE KEHIDUPAN NYATA
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN

♡♡♡

Hidup tidak selalu terjadi seperti yang kita inginkan, tapi kita bisa menciptakan kebersamaan dengan keberanian itu

-Sumbul Touqeer-

Happy Reading♥︎♥︎

"Na...."

Si pemilik nama tersentak. Ia keluar dari kamar dan mendapatkan Rena berdiri di depan pintu.

"Nona, kau disini?"

Rena tersenyum tipis. Ia ingin masuk ke tempat kumuh itu, tapi Naya langsung menahannya.

"Em, maaf. Aku hanya tidak ingin Nona bersin-bersin jika masuk," ucap Naya menjelaskan.

"Tidak, aku cuma mau melihat bagaimana kau mengubah gudang menjadi kamarmu."

"Tidak semuanya layak dilihat, Nona. Aku membersihkan bagian untuk tidur saja."

"Kau tidur dengan beberapa debu? Bagaimana bisa?" tanya Rena tak percaya, lalu masuk ke kamar Naya.

"Nona, jangan! Kau tidak akan tahan disini!" ujar Naya menyusul Rena ke dalam.

"Apa kau ingin tau? Seumur hidup, aku pertama kali masuk ke tempat ini."

Rena menatap Naya, lalu menggeleng. "Tidak, sebenarnya aku pernah kesini, tapi Bunda langsung memarahiku."

"Aku sempat bertanya-tanya, kenapa tidak boleh? Terus kata Bunda tempatnya tidak layak dilihat, karena Bunda tidak pernah menyuruh orang untuk membersihkannya."

Dahi itu berkerut, pertanda ia bingung. "Tapi ... kenapa Bunda membiarkanmu menempati tempat tidak layak itu? Bukankah dahulu Bunda dekat dengan Ibumu? Kenapa sekarang Bunda menjadi kasar padamu?"

"Banyak yang ingin aku tanyakan, tapi aku tidak akan pernah mendapatkan jawabannya," ucapnya melanjutkan.

"Aku tidak masalah, Nona. Sudah takdirku begini," balas Naya terkekeh.

Rena menggeleng-geleng. "Tidak, aku tidak bisa mendengarkan seseorang membahas takdir."

"Aku tidak ingat apapun, karena sejak kecil aku kehilangan ingatanku. Aku juga tidak ingat tentang kau dan Ibumu, tapi saat kau datang aku merasa kita punya ikatan batin."

Naya menunggu kelanjutan Rena. "Saat matamu berkaca-kaca, rasa kecewamu yang terpancarkan dan sakit hati mendalam. Aku tau kalau kau lagi mengalami itu."

"Nona, a-"

"Jangan memanggilku begitu. Kita hanya berdua. Kau bisa memanggilku Kakak."

"Aku hanya takut kelepasan kalau terusan memanggilmu begitu," ucap Naya menunduk.

Beberapa menit keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Naya masih setia menundukkan kepala dengan Rena yang menatap lekat wajah cantik itu.

"Naya...."

"Ya, Kak?" balasnya setelah mengangkat kepala.

Dejavu...

Rena memejamkan matanya sejenak, lalu tersenyum manis melihat mata boba Naya. Ia elus rambut panjang nan hitam itu. Naya yang diperlakukan begitupun langsung menutup mata menikmati elusan sang Kakak.

"Apa aku boleh menganggapmu sebagai Adik?" tanya Rena yang langsung dibalas anggukan oleh Naya.

Gadis cantik itu membuka kedua matanya. Ia tersenyum lebar bersama Rena. "Terima kasih."

Assalamu'alaikum (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang