AS 13

415 101 138
                                    

WARNING!!!
CERITA INI ASLI DARI IMAJINASI SENDIRI
MAAF KALAU ADA KESAMAAN PADA NAMA DAN TEMPAT
HANYA SEBUAH FIKSI DAN JANGAN DIBAWA KE KEHIDUPAN NYATA
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN

Happy Reading♥︎♥︎

Hari ke-tujuh tanpa Bunda...

Naya bingung pada Rena. Semalam ia pulang lagi dengan tatapan kosong. Rena lebih banyak menyendiri di kamar. Bahkan makan hanya ditengah malam saja. Ia sama sekali tidak turun seharian.

Bingungnya karena Rena yang pagi ini sangat ceria seakan tak terjadi apapun. Naya menghela napas saat melihat beberapa makanan yang masih mengeluarkan uap diatas meja makan. Ia tahu kalau Rena yang memasaknya. Naya mendudukkan dirinya di depan Rena.

"Kau tidak seharusnya memasak begini. Aku seakan lupa dengan tugasku yang sebenarnya," ucap Naya tak enak hati.

Rena memangku lengannya di meja. "Besok siang Bunda sudah sampai di rumah. Kau akan dibuat capek lagi oleh Bunda. Jadi, hari ini biar aku yang melakukan semuanya."

Naya tersenyum tipis, Rena menjatuhkan pandangannya pada makanan dengan tatapan kosong. "Aku sebenarnya tidak suka Bunda memperlakukanmu begitu kejam."

"Kak...," panggil Naya membuat Rena menatapnya lekat.

"Ya?"

"Terima kasih karena selalu peduli padaku."

Seketika Rena memejamkan matanya erat saat kata-kata itu bermain diingatannya. Suara anak kecil dengan aksen cadelnya, tapi kenapa hanya bayangan hitam yang muncul?

Naya mengusap punggung tangan itu saat mendapatkan reaksi buruk dari Rena. "Apa terjadi sesuatu?"

"Ah, tidak. Aku hanya sedikit pusing."

"Istirahatlah, aku akan membawa makanannya ke kamarmu," ucap Naya yang langsung di iya kan Rena.

♡♡♡

Rena mengucapkan terima kasih saat Naya membawa sarapannya ke kamar. "Ada apa, Kak?" tanya Naya melihat raut kegelisahan di wajah Rena.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Maaf kalau aku menyinggungmu dengan pertanyaanku."

"Apa itu?"

"Uhm, sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan ini. Ketika aku sakit, bukankah kau mengatakan menelepon Jefri dari ponselku?"

Naya mengangguk. "Kenapa?"

"Dari mana kau tahu nama Jefri? Bahkan aku tidak pernah membahasnya padamu."

"Uhm, aku tidak sengaja mendengar percakapan Nyonya dan kau saat membahas pertunangan kalian. Maaf kalau aku sudah lancang," jawab Naya asal.

"Ah, aku pikir kau mengenalnya," balas Rena tertawa canggung.

"Tidak sama sekali. Apa ada lagi yang ingin kau tanyakan?"

Rena menggeleng. "Tidak."

"Baiklah, aku ke kamar dahulu. Aku akan membereskan barang-barangku."

"Apa kau akan pindah ke gudang lagi?"

Naya tersenyum, lalu bangkit dari duduknya. "Tempat itu sudah menjadi milikku. Jadi, aku akan kembali ke tempatku semula."

"Aku tidak terima," ujar Rena membuat langkah Naya terhenti.

Lagi dan lagi Naya tersenyum tanpa membalikkan tubuhnya, sedangkan Rena menatap kosong pada balkon kamar.

Assalamu'alaikum (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang