AS 14

370 90 117
                                    

WARNING!!!
CERITA INI ASLI DARI IMAJINASI SENDIRI
MAAF KALAU ADA KESAMAAN PADA NAMA DAN TEMPAT
HANYA SEBUAH FIKSI DAN JANGAN DIBAWA KE KEHIDUPAN NYATA
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN

Happy Reading♥︎♥︎

Bunda memeluk erat Rena setelah sampai di rumah. "Uhm, Bunda kangen banget sama kamu."

Rena tersenyum, ia pun membalas pelukan Bunda. "Rena juga kangen Bunda. Seminggu Bunda pergi seakan-akan Rena sedang melalui 7 tahun."

Bunda terkekeh kecil, ia sedikit melonggarkan pelukannya. "Apa terjadi sesuatu selama Bunda pergi?"

Rena menggeleng lirih kemudian tersenyum lebar. "Masalahnya hanya terjadi saat Rena kangen Bunda."

"Sekarang Bunda sudah pulang. Jadi, Rena tidak perlu menunggu lagi."

"Iya, Bunda akan datang ketika Rena rindu. Rena sayang banget sama Bunda," ucap Rena sambil memeluk Bunda kembali.

"Bunda juga sayang Rena. Baik-baik ya, sayang," ucap Bunda mengelus rambut Rena.

Disisi lain ada Naya yang melihat dan mendengar semua itu. Ia menatap keduanya dengan air mata yang sudah mengalir. Jujur, Naya iri pada Rena. Naya juga ingin disayang dan dikangenin Bunda saat pergi jauh.

'Kapan aku bisa merasakannya?'

"Ah ... bukan waktunya menangis, Na. Rena sekarang perlu dukungan Bunda. Jadi, sebagai Adik yang baik tidak boleh cemburu, ya," ucap Naya yang berusaha menguatkan diri sendiri.

♡♡♡

Malam harinya Bunda tidur bareng Rena. Ia sudah ada di dalam pelukan Bunda. Ia pun mulai memejamkan mata saat Bunda mengelus rambutnya penuh kasih sayang.

Beberapa menit berdiam diri, Bunda akhirnya membuka suara. "Ren-"

Bunda menatap Rena yang sudah menutup mata, lalu membukanya lagi. "Kenapa, Bunda?"

"Apa kamu mau tidur?"

Rena menggeleng. "Tidak, Rena masih memejamkan mata saja."

Mereka terdiam, Rena mendongak menatap Bunda. "Apa ada yang ingin Bunda bicarakan?"

Bunda mengangguk dan meraih ponselnya diatas nakas. Jemari lentik itu membuka ruang chatnya dengan seseorang. Setelah terbuka Bunda memberikan ponselnya pada Rena yang menatapnya bingung.

"Apa ini, Bun?" tanya Rena tetap mengambil ponsel itu.

"Lihat dan baca."

Lagi dan lagi Rena dibuat terkejut oleh nomor yang sama. Dia jadi curiga kalau semua orang sudah tahu tentangnya. Video itu dikirim sehari sebelum Bunda pergi ke kota lain.

"Rena tidak mau," ucapnya lirih menyodorkan ponsel Bunda kembali.

Rena melepaskan pelukan mereka sepihak. Ia mulai duduk dan menjauh dari Bunda sampai ujung ranjang. Bunda yang melihat itu sakit hati saat putrinya ketakutan padanya.

"Sayang...."

Rena yang sudah memeluk lututnya pun menggeleng ribut. "Tidak, hiks! Bunda akan menyakiti Rena. Bunda membenci Rena. Rena kotor, Bun. Hikshiks!"

Bunda Winda tersenyum tipis. Jujur, ia sangat kecewa, tapi bukan pada Rena. Dia kecewa pada dirinya sendiri yang sudah gagal menjaga putrinya.

Bunda bangkit dari baringnya. Ia sentuh lengan itu, lalu mendekatkan diri pada Rena.

Assalamu'alaikum (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang