AS 9

433 126 81
                                    

WARNING!!!
CERITA INI ASLI DARI IMAJINASI SENDIRI
MAAF KALAU ADA KESAMAAN PADA NAMA DAN TEMPAT
HANYA SEBUAH FIKSI DAN JANGAN DIBAWA KE KEHIDUPAN NYATA
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN

♡♡♡

Semuanya akan baik-baik saja

Happy Reading♥︎♥︎

Mae dan Daddy menatap lekat kedua putrinya. Saat ini mereka berada di rumah dengan Naya, Chani dan Marvel duduk dihadapan keduanya yang satu sofa berisi tiga orang. Mae dan Daddy baru saja mengetahui kalau Rena dan Jefri dijodohkan.

"Sejauh ini kalian menyembunyikan semuanya? Apa disaat Mae tidak melihat mereka, kalian akan tetap menyembunyikan masalah ini?" tanya Mae membuat kedua gadis itu menggeleng ribut.

"Tidak," balas Naya dan Chani bersamaan.

"Kami hanya menunggu waktu baiknya saja, Mae," ucap Naya pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Kapan lagi, Na? Tunggu kami tahu dari orang lain?" tanya Mae sedikit merasa kecewa.

Naya menggeleng minta maaf, lalu memindahkan dirinya disamping Mae. Ia genggam jemari lentik itu, lalu mengusapnya lembut.

"Naya minta maaf. Naya tidak bermaksud untuk menyembunyikan semuanya dari kalian," ucapnya sembari menatap Daddy dan Mae bergantian.

"Sudahlah, By. Biarkan semuanya berlalu," ucap Daddy mengelus bahu Mae pelan.

Mae cemberut melihat Daddy yang duduk di lengan sofa samping kanannya. "Aku hanya sedikit kecewa, Mas. Mereka merahasiakan hal sebesar ini."

Daddy tersenyum tipis, lalu mengusap pipi berisi itu. Sedangkan Marvel menatap Chani sejenak untuk mengode. Chani menelan ludahnya susah payah.

"Uhm, awalnya Chani yang tahu masalah ini dari Marvel. Naya sama sekali tidak tahu, tapi Chani tidak bisa diam, jadinya Chani mengatakan semuanya pada Naya," ujar Chani menggenggam erat tangan Marvel.

"Marvel tahu?"

"Maaf, Dad. Bukannya bermaksud lancang untuk menyembunyikan hal sebesar ini. Jefri sendiri yang menginginkannya. Sama halnya seperti Naya, Jefri belum pas aja dengan waktu," ucap Marvel menjelaskan sedetailnya.

"Ya Allah, kenapa hanya aku yang merasa bodoh disini?" tanya Mae frustasi sembari pergi meninggalkan yang lainnya.

"Mae...," panggil kedua gadis itu.

"Tidak, biarkan Mae sendiri," ujar Mae tanpa menghentikan langkahnya.

Mereka beralih menatap Daddy. "Apakah Daddy juga akan meninggalkan kami?" tanya mereka dan Daddy menggeleng sembari tersenyum tipis.

"Mae nanti akan kembali lagi seperti semula," ujar Daddy membuat Naya dan Chani tersenyum lebar.

♡♡♡

Benar kata Daddy. Kini Mae sudah kembali seperti semula, karena sekarang wanita paruh baya itu sedang mengomel pada kedua putrinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Naya dan Chani masih berebutan bantal guling. Kedua gadis itu memang tidak bisa tidur tanpa bantal guling, sedangkan bantal guling di kamar Chani hanya satu. Jadinya mereka saling berebutan bantal guling sampai Mae datang mendengar keributan itu.

"Apa tidak bisa kalian tenang sedikit? Sudah jam berapa ini?"

Chani yang berhasil mendapatkan bantal guling itu langsung membuangnya sembarangan, lalu keduanya menarik Mae agar berbaring ditengah mereka. Mae dihimpit untuk mengganti satu bantal guling.

Assalamu'alaikum (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang