02. Alasan

1.2K 137 33
                                    

Yang rajin vote dan komen itu boleh nagih update. Tapi yang jadi silent readers itu dilarang nagih-nagih, terimakasih.

***

McLaren 600LT berwarna silver melaju membelah gerbang dan berhenti tepat dihalaman rumah megah Tara. Dua sosok gadis turun dari mobil tersebut. Tara dan Shael duduk disofa ruang tamu setelah pembantu mereka menyambut kedatangan dua kakak beradik itu.

"Nona Tara dan Shael mau dibikinin makanan apa?" tanya Bi Suci, ia adalah asisten kepercayaan keluarga Rahandika lantaran sudah belasan tahun bekerja.

Tara menggeleng, "Bibi istirahat aja, aku sama Shael mau ngobrol sebentar disini,"

Bi Suci mengangguk mengerti, ia tersenyum simpul kemudian pergi untuk memberi ruang kedua putri majikannya.

Sepeninggal Bi Suci, suasana canggung langsung menyelimuti Tara dan Shael. Tara melirik sang adik, pikirannya sekarang dipenuhi dengan masalah yang terjadi antara Shael dan Aksa tadi di sekolah.

"Ael, kamu punya masalah apa sama Aksa?" tanya Tara langsung ke intinya.

Shael menoleh ke arah Tara, manik mata coklat mereka sontak saling bertabrakan. "Nggak mau, aku takut, Kak Tara."

"Jangan takut, kamu lupa kalo aku udah belajar beladiri sejak kecil? Sekarang aku mau gunain itu buat lindungin kamu,"

Shael menunduk, raut mukanya berubah menjadi sendu, "A-anu kak, aku dituduh selingkuh... Padahal semuanya cuma salah paham."

Bola mata Tara membulat, "Aksa pacar kamu?"

Shael mengangguk lemah sebagai jawaban.

Tara memegang kedua pundak adiknya, menatap Shael lekat yang tubuhnya bergetar karena masih dihantui rasa takut. "Ceritain semuanya ke kakak, sekarang!" tegas Tara.

Plak!!

Aksa menampar Shael keras yang menyebabkan kepala gadis itu tertoleh. Shael mematung tidak percaya bahwa kekasihnya sendiri dengan berani bermain tangan dengannya.

Sepersekian detik kemudian, cairan bening yang sudah ia tahan mati-matian jatuh membasahi pipi gadis cantik itu.

"Papa sama Mama aku nggak pernah nampar aku, Kak! Kok kamu beraninya kaya gitu?!"

Nafas Aksa memburu, guratan emosi diwajahnya terpancar sangat jelas. "Apa maksud lo berduaan sama Elang di perpustakaan, hah?! Jawab gue!" teriak Aksa tidak menghiraukan ucapan Shael barusan.

Shael menatap Aksa nanar, "Kenapa pada saat aku minta tolong ke Kak Elang kamu ngerasa cemburu? Emang kamu mau dimintai pertolongan sama aku? Bukannya kamu selalu prioritasin Cilla, semuanya Cilla! dunia kamu cuma buat Cilla seorang!" emosi Shael menggebu-gebu. Dadanya seperti terhimpit batu besar ketika mengingat perlakuan Aksa yang lebih menyayangi gadis lain dibanding dirinya.

Shael mengusap pipi yang telah basah oleh air mata dengan kasar, "Lagipula, kamu nembak aku cuman karena dapet tantangan dari Nakula kan? Terus apa masalahnya? Kamu nggak usah berharap lebih sama hubungan kita."

"Diem, El!" bentak Aksa. Ia mendekat beberapa langkah, mengikis jarak antara dirinya dan Shael. "Minimal mikir! Mau taruh dimana harga diri gue saat lo minta tolong ke Elang,"

"Padahal dia tau, kalo lo pacar gue. Sekarang pasti Elang nganggep gue sebagai cowok yang gak berguna gara-gara lo!" tambah Aksa murka.

DEWANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang