09. Pindah

830 91 4
                                    

WOWKOWKWOWKWOWKW

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WOWKOWKWOWKWOWKW

***

Tara sedang berberes di kamarnya, menyiapkan segala keperluan untuk pindah ke rumah baru bersama Aksa.

Tara menghembus nafas gusar, ia mengamati dalam-dalam setiap sudut ruangan ini. Banyak kenangan yang tertoreh disana selama tujuh belas tahun ia hidup.

"Apa kata Ivonna sama Kenan ya kalo mereka tau gue beneran nikah duluan?" gumam Tara.

Tara melipat pakaian beserta memasukan riasan wajah yang selama ini ia beli secara diam-diam ke dalam koper.

Ceklek

Pintu terbuka pelan, Elsa berada diambang pintu seraya berjalan menghampiri Tara.

"Kenapa, ma?" tanya Tara.

Elsa duduk diujung kasur empuk berwarna gelap itu, "Kamu bakal pisah rumah sama kita bertiga, mama sama papa udah ngga bisa ngatur kamu lagi."

Tara tersenyum miring, "Itu bagus buat aku. Aku udah lama pengen kabur dari rumah ini, ternyata terkabul juga."

Elsa terkesiap, darahnya mendidih seketika. Tetapi ia masih bisa mengendalikan emosinya, apalagi di ruang tamu sekarang ada Aksa yang sedang menunggu Tara.

"Kamu udah punya keluarga sendiri, tetapi mama tetep ngga bakal izinin kamu buat jadi feminim kaya cewek lain. Mama pengen liat Tara yang tangguh kaya papa."

"Ya ngga tau, liat aja nanti aku mau jadi kaya gimana," balas Tara.

"Sampai mama liat kamu jadi aneh, awas aja. Kamu bakalan habis dihajar sama mama,"

"Nggak takut. Lagian tanggung jawab aku sekarang bukan kalian, aku udah jadi tanggung jawab Aksa setelah menikah. Mama nggak perlu ikut campur," sambung Tara enteng.

Elsa berdecak, ia bangkit dari duduknya. "Ngomong sama kamu bikin mama darah tinggi. Udah cepetan beres-beresnya, Aksa nungguin."

Setelah itu Elsa pergi dari kamar tersebut, diikuti dengan Tara yang sudah selesai merapikan pakaiannya di koper. Ia menggeret koper tersebut seraya berjalan turun tangga.

Tara berjalan mendekati Aksa, "Ayo, gue udah siap."

Aksa mengangguk, ia berpamitan kepada Wijaya dan Elsa. "Papa, Mama, saya izin bawa Tara ya."

Wijaya menepuk bahu Aksa, "Tara anak pertama saya. Sudah di didik dari kecil menjadi perempuan yang hebat. Jangan sampai kamu bikin Tara tersakiti,"

Aksa mengangguk mantap, "Pasti."

Aksa dan Tara menyalami tangan kedua orang tuanya. Tidak lupa, Tara juga berpelukan sebentar dengan Shael sebelum mereka berdua pisah rumah.

Shael menangis, tetapi Tara segera menghapus air mata adiknya. "Jangan nangis, kamu masih bisa nemuin kakak."

DEWANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang