25. Panas

571 65 36
                                    

baca part sebelumnya ya
kalo semisal udh lupa alur

***

Aksa datang dengan setelan jas rapi ke kantor ayahnya. Aksa mengembuskan napas kasar sembari memikirkan apa hal yang harus ia lakukan dikantor Alfredo saat ayahnya itu berangkat ke luar kota nanti siang.

"Aksa, kenalin ini Elmira. Sekretaris Papa," ucap Alfredo menunjuk sosok wanita cantik dihadapannya.

Elmira tersenyum hangat, ia mengulurkan tangannya kepada Aksa. "Salam kenal, Tuan Muda."

Aksa melirik sekilas lalu membuang pandangannya. Ia tidak berminat untuk membalas uluran tangan Elmira.

Elmira menipiskan bibir, paham dengan situasi bahwa Aksa tidak menyukai dirinya. Maka, Elmira menarik kembali uluran tangannya.

"Aksa, kamu di kantor dua hari ini bakal dibimbing sama Elmira. Kalau ada apa-apa langsung telfon," ujar Alfredo, ia melihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. "Papa pergi dulu, kereta papa bakal berangkat tiga puluh menit lagi,"

Aksa mengangguk kemudian Alfredo berlalu dari sana. Tanpa Aksa ketahui, Elmira sedari tadi senyum-senyum tidak jelas. Ingin rasanya Elmira berteriak, namun harus tetap menjaga wibawa didepan anak bossnya.

"Lo kesurupan?"

Lamunan Elmira buyar karena ucapan Aksa. Cewek itu segera membenahkan ekspresinya, "O-oh enggak Tuan. Ayo masuk, saya perkenalkan teman-teman kantor," kata Elmira ramah.

Aksa langsung melangkah mendahului Elmira. Ia cukup terkesima dengan bangunan kantor milik ayahnya, sepertinya Alfredo merenovasi kantor ini setelah mendapatkan hasil dari penjualan SMA Merah Putih. Aksa terkekeh geli, bangkrutnya kantor Alfredo beberapa bulan lalu adalah sebuah keberuntungan tersembunyi bagi Aksa karena hal itu, membuatnya bisa menikahi Tara.

"Tuan Muda, ini Gita, dia memegang bagian keuangan. Saya cukup akrab dengannya," Elmira memperkenalkan seorang wanita berambut pendek kepada Aksa.

Gita menundukan kepalanya sekilas lalu hampir mengulurkan tangannya kepada Aksa. Namun segera dihalangi oleh Elmira. Gita terkejut, ia memandang penuh tanda tanya dan dibalas gelengan kecil oleh Elmira.

Gita membulatkan mulutnya, "Posesif banget, Mira. Gue nggak bakal rebut kok,"

Elmira menggigit bibir bawahnya gelisah, bukan hal ini yang ia harapkan. Elmira menghalangi Gita agar temannya tersebut tidak sakit hati akibat perlakuan Aksa yang cuek dan judes.

Aksa mengernyit, "Posesif?"

"Maaf ya Tuan Aksa, nggak bermaksud bikin calon pacar anda cemburu." ujar Gita seraya melirik Elmira.

"Siapa yang calon pacar? Saya punya istri," Aksa berkata tegas kepada Gita dan Elmira. Ia tidak akan memberi celah sedikitpun orang ketiga memasuki kehidupan pernikahannya dan Tara.

Bukannya merasa takut, Gita malah tertawa. "Haha, maksudnya calon istri kan? Elmira nih diem-diem pacaran sama Tuan Aksa pasti,"

Elmira menepak lengan Gita pelan, "Hush! Jangan ngomong sembarangan," peringatnya.

Aksa mengembus napas gusar, mengapa orang ketiga berkali-kali ingin merusak kebahagiannya dengan Tara. Pertama ada Bagas, Adam, dan sekarang sekretaris ayahnya yang bernama Elmira.

Gita semakin tidak tahu diri, ia mengambil telapak tangan Aksa dan Elmira. Kemudian menyatukan telapak tangan mereka menjadi sebuah genggaman.

"Aduh, cocok ba— awsh!"

Gita memekik kala Aksa menepis tangan kedua cewek itu dengan kasar. Aksa segera pergi menuju westafel dan mencuci tangannya seperti sedang menyentuh sesuatu yang kotor.

DEWANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang