Tara mengembus napas kasar, ia memandangi buku biologi dihadapannya dengan seksama. Tara harus mempertinggi nilainya dimata pelajaran biologi dan matematika wajib jika menginginkan menjadi seorang dokter.
Ini memang kesalahan Tara, harusnya ia nekat daftar jurusan IPA seperti adiknya. Malah berakhir IPS karena Elsa tidak setuju Tara menjadi seorang dokter.
Elsa berharap Tara menjadi seorang psikolog ke depannya, makanya Elsa mendaftarkan Tara sekolah khusus psikologi di London agar pada saat kuliah sudah terbiasa dengan mata pelajaran seperti itu.
"Belajar apa?"
Suara berat milik Aksa menginterupsinya, Tara terkesiap dan mendongak. "Belajar biologi, sama matematika wajib."
Aksa mengangguk paham, ia duduk di kursi sebelah Tara, "Ini mata pelajaran pendukung yang digunain buat daftar kedokteran ya kalo di jurusan IPS?"
"Iya, gue nggak main-main pas bilang mau jadi dokter. Tapi mama gue nggak izinin," cetus Tara.
"Papa lo?"
"Izinin kok, cuma lebih dukung keputusannya mama biar gue jadi psikolog. Makanya gue masuk IPS."
Aksa tersenyum tipis, ia mengambil buku paket kimia dan fisikanya disisi kanan meja belajar. Lalu menyodorkan kedua buku tersebut kepada Tara.
"Lo lupa gue jurusan IPA? Kita belajar bareng, buku gue sama aja buku lo."
Tara mengerjab, ia memandang buku itu dan Aksa secara bergantian. "Beneran?"
"Iya, beneran. Ayo gue ajarin lo tabel periodik. Lo pasti nggak pernah pelajarin kan?"
Tara mengangguk antusias, ia mendekatkan kursinya kepada Aksa dan mulai menyimak penjelasan cowok itu.
Dua jam sudah mereka belajar bersama, Tara mendapat banyak pelajaran yang ia tidak dapatkan di jurusan IPS. Tara benar-benar belajar dengan serius, dan materi yang baru saja dipelajarinya langsung masuk ke dalam otak tanpa hambatan.
Aksa melirik jam dinding ditembok kamar mereka, pukul 23.00 WIB. "Udahan dulu belajarnya. Besok lagi,"
"Fisika dan kimia asik juga!" seru Tara.
"Kalo yang otaknya ngga nyampe, pelajaran itu bakal bikin pusing."
"Pelajaran minat di jurusan gue paling Ekonomi yang itung-itungan, nggak terlalu menantang sih. Gue mau pelajaran modelan fisika kimia biar otak gue makin ke asah."
"Gue juga mau praktek bedah hewan gitu kaya anak IPA lain. Seru banget kayanyaa. Aksa, kita bisa belajar praktek bedah hewan bareng nggak? Lo kan udah pernah praktek tuh," oceh Tara panjang lebar. Cewek tersebut sangat tertarik dengan jurusan IPA yang tidak bisa ia gapai karena restu orang tua menghalangi.
Aksa terkekeh melihat binar antusias diwajah Tara, reflek ia mengusap puncak rambut istrinya. "Kita pokoknya belajar bareng buat jadi dokter sama-sama."
"Oh iya--" Aksa menjeda ucapannya, ia menyobek bagian tengah buku catatannya dan mengambil dua buah pulpen.
Tara mengerutkan keningnya heran, "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWANGGA
Teen Fiction"Dewangga bukan cewek sembarangan, Sa." ─────────── Dewangga Bumantara Rahandika. Mempunyai paras cantik dan gagah, dua hal itu menyatu di dalam dirinya. Tara begitu kuat, pemberani, tangguh dan keras kepala karena di didik layaknya laki-laki oleh...