10. Sesuatu

747 76 3
                                    

Tara bangun di pagi hari, cahaya matahari belum nampak dari ufuk timur. Menandakan bahwa hari masih sangat pagi.

Tara mengubah posisinya menjadi duduk, tatapannya terpaku pada Aksa yang masih tertidur pulas di sofa. Wajahnya terlihat sangat tampan ketika tertidur, berbeda saat ia mencari keributan dengan Tara.

"Dasar ondel-ondel," gumam Tara.

Cewek berumur 17 tahun itu beralih turun menuju ke dapur, ia mengecek persediaan makanan yang kemarin Bi Suci— asisten rumah tangga di keluarga Rahandika, beli untuk rumah baru Tara.

Merasa persediaan makanan lebih dari cukup, ia pergi ke dalam ruang kamar lagi untuk mandi. Karena kamar mandi berada di dalam ruangan.

Tara menepuk pipi Aksa pelan, "Bangun, gue mau mandi. Lo keluar dulu."

"Euuungh!" Aksa melenguh panjang sambil meregangkan tubuhnya. Lalu tertidur kembali.

Tara berdecak, ia menyibak selimut yang Aksa gunakan."Bangun, Aksa. Lo sekolah kan?"

Aksa mengangguk tidak sadar dalam tidurnya.

"Yaudah bangun, lo mandi setelah giliran gue." ucap Tara dengan nada lembut.

Aksa menepis tangan Tara yang berada di pahanya, "Bentar lagi, gue masih ngantuk, Cilla."

Tara melotot ketika nama Cilla disebutkan, tanpa basa-basi ia menarik paksa kedua tangan Aksa agar posisi cowok tersebut menjadi terduduk.

Aksa syok dan kaget, ia mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal. "Lo waras? Lemah lembut bisa nggak sih, kaget nih gue!"

"Kalo mau lemah lembut minta aja bangunin sama Cillanjing kesayangan lo itu."

"Lo nggak usah ngatain pacar gue anjing! Dia lebih cantik dari lo,"

Tara tersenyum sinis, "Mata lo yang burem. Orang juga bisa bedain, lebih cantik mana gue sama Cilla."

Aksa mengucek matanya, "Bodoamat, tetep Cilla yang paling cantik dimata gue."

Tara mendorong punggung Aksa, lagi-lagi Aksa jatuh tersungkur dilantai keramik putih itu. Ia berdiri seraya menatap Tara tajam, "IYA GUE PERGI NIH! Ribet, mandi tinggal mandi. Nggak nafsu ngintipin lo," ucap Aksa sebal.

"Pintu keluar sebelah sana,"

"Gue lempar kursi ke muka Tara lama-lama." gumam Aksa seraya menutup pintu kamar dari luar.

"Eh, tapi kalo gue lempar kursi terus dibales lemparan kulkas kan nggak lucu." tambahnya.

Tara mengunci pintu kamar dari dalam dan bergegas melakukan ritual paginya. Tidak lama untuk seorang Tara mandi, tetapi pada menit ke sepuluh, seseorang menggebrak pintu kamar.

BRAK! BRAK! BRAK!

Aksa menggebrak pintu tidak sabar, "LAMA AMAT SIH LO!!"

Tara berdecak, kepalanya nongol diluar kamar mandi dan badannya masih berada di dalam.

"BERISIK, BARU JUGA SELESAI." balas Tara.

"CEWEK TUH KALO NGAPAIN APA-APANYA LAMA BANGET!!!"

"DAN LO NGGAK SABARAN, BARU AJA 10 MENIT."

"CEPETAN YAELAH, GUE DOBRAK NIH!"

Tara memutar bola matanya malas, ia keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saja ditubuh rampingnya. "Buka aja kalo bisa!"

Dari luar, Aksa dengan sekuat tenaga mendobrak pintu kamar. Tara terkekeh membayangkan Aksa kelelahan karena berusaha membuka pintu secara paksa.

DEWANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang