LANGIT.

25 1 10
                                    


Banyak yang datang begitu pula yang pergi tak akan pernah sama ...

**

Pagi-pagi Benar langit bangun untuk membersihkan rumah. Juga mengerjakan pekerjaan rumah lainnya Tak ingin Bunda mengalami kesusahan nya pada pekerjaan rumah..

Bibir anak itu pucat badannya agak panas. Semalaman dirinya tidak diijinkan masuk kedalam rumah. Disaat sedang turun hujan yang cukup deras tadi malam.

Langit tak protes hanya mengeluhkan pusing yang dirasanya, bisa masuk kembali kedalam rumah Langit sudah sangat bersyukur. Para pekerja di rumah sedang libur semua urusan rumah di ambil alih langit sendirian. Tidak ada kara yang menolong anak itu. Kara hanya akan menyuruh ini dan itu.

Jika kamu mengenal kara, maka kamu akan Tahu Seperti apa buruknya kara memperlakukan langit. Tidak sama seperti kara yang menyayangi galaksi. Tapi langit tak Pernah protes. Bisa selalu bersama bunda juga adiknya itu sudah jauh lebih cukup. Apalagi bisa sekolah seperti anak-anak kebanyakan nya. Bersama sepeda Tua yang setia digoes nya menyusuri jalanan yang berkilo meter jauhnya dari rumah

Si Pencinta Warna Biru dan ungu itu sungguh sangat humoris. Hanya saja tidak ada banyak yang peka pada tawa nya yang kadang lebih seperti tawa tanpa perasaan. Tawa yang menjadi hiburan untuk dirinya. Yang kadang tak jarang meminta pulang ke pada Tuhan nya.

Selesai membersihkan rumah langit juga memasak sarapan, juga menjemur pakaian. Lalu pergi lebih Dulu kesekolah karena harus kejar-kejaran dengan bel masuk sekolah. Tidak seperti galaksi yang lebih banyak mendapat enaknya saja. Walaupun langit Tahu saudara Tidak sesehat dirinya.

Ingin mengejar cita-cita yang mungkin kira nya bisa langit capai. Walaupun banyak kata yang tidak memungkinkan langit untuk menjadi orang yang sukses. Langit tak Lebih dari seorang anak yang diperlakukan layaknya binatang peliharaan oleh kara sendiri. Jangan kan dianggap anak. Dianggap seperti manusia saja tidak. Lebih tepat nya tidak lebih dari boneka organ yang bisa diperlukan harus ada untuk galaksi.

Miris pada keadaan langit bukan Satu dua orang saja. Tapi lebih dari itu ada rasa sakit dihati ketika langit berbeda dari anak-anak remaja seusia nya. Kurang kasih sayang tidak menjadi kan langit jadi banyak meminta. Tapi lebih banyak yang membuat nya urung untuk mengutarakan perasaan nya.

Fikiran nya bisa dibilang mirip anak yang masih di bawah umur. Belum dewasa secara pemikiran nya yang lebih polos dari remaja kebanyakan. Senyuman manis perlahan kecut. Diganti kan oleh senyuman tanpa nyawa. Yang biasa menutupi kesedihannya. Seminggu sekali dirinya datang berkunjung ke makam Mahendra menceritakan banyak hal pada ALM ayah kandungnya itu.

Namun tak pernah dirinya mengeluh kan akan perlakuan kara padanya. Selalu ada banyak cerita baik yang diceritakan Langit pada ALM ayah nya. Senyuman yang lebih manis dari gula itu. Sungguh membawa senyuman lain bagi orang-orang yang ditemui nya.

Lagi dan lagi langit kalah pada takdir nya. Kemarin kara datang dengan wajah yang masam karena banyak nya masalah yang muncul pada salah satu kantor nya. Dan langit ada pelampiasan nya anak itu tidak diijinkan masuk kedalam rumah. Juga tidak diberi kan makan sampai pagi datang.

Bahkan kara dengan mata yang mengisyaratkan kebencian itu. Melihat langit yang meringkuk di dilantai yang cukup dingin. Ditambah hujan yang deras malam Tadi. Tidak ada sedikitpun rasa iba dalam hatinya. Semua jadi Seperti biasa-biasa saja, jika galaksi yang ada diposisi langit mungkin kara akan bertingkah layaknya orang gila.

"Mau apa kamu!"

"Langit mau "

"Enggak ada sarapan atau apa. Pergi kamu. !"

"Bunda"

"Maafkan langit. Langit panas tubuh nya. "

"Jangan manja!" Begitu balasan kara yang mendorong Langit yang ingin duduk ikut sarapan dengan dirinya dan galaksi

"Bunda, Abang kan juga-"

"Diam, kamu makan gala. Dan kamu pergi! Jangan buat saya makin marah!"

Galaksi tak bisa apa-apa dirinya lemah bila dengan sang Bunda. Yang suka sekali marah dan bertindak tidak waras pada langit. Jika perkataan di bantah. Cukup mengamankan posisi saudara nya Agar tidak mendapat kan imbas amarah bundanya. Hanya itu yang galaksi bisa lakukan. Menyelipkan dua bungkus roti selai di dalam tas sekolah langit. Tanpa kara ketahui.

Langit pergi dengan sepeda tua milik nya kesekolah. Tanpa sarapan atau sapaan pagi dari Bundanya juga dari saudara nya. Yang sudah cukup lelah pada kelakuan Bunda nya.

"Pagi Yah, langit berangkat sekolah dulu. Do'akan langit" ujar langit pada foto Alm ayahnya senyumannya terbit tapi Tidak senada dengan Matanya yang berkaca-kaca

--

Langit sampai disekolah lebih awal dari anak-anak lainnya. Berjalan menuju kelas yang ternyata tidak benar sepi juga. Ada gadis yang kehadiran sungguh sangat langit hindari. " Queenie ngapain di bangku nya langit" gumam langit dalam hati. Perempuan cantik berambut panjang coklat itu diam saja terdengar suara dengkuran halus. Yang membuat langit melotot kaget " dia tidur. Kok pergi kesekolah " langit menggaruk kepalanya bingung

Cahaya dari sinar matahari masuk kedalam ruangan kelas. Cahaya yang nyata nya semakin memperlihatkan wajah polos juga cantik queenie. Yang juga dikenal sebagai Dajjal nya kelas. Tidak ada yang ingin berurusan atau pun menegur gadis cantik itu. Sebelas dua belas dengan Kara.

Wajah cantik yang ditelungkup kan itu. Membuat langit tak bisa berkedip matanya seperti hanya terfokus pada queenie yang bila sedang tidur sungguh lucu. Tidak seseram yang dibayangkan. " Wajah nya cantik seperti Bunda nya langit"

Yang membuat langit semakin tak percaya disebelah bangku yang biasa di duduki nya tertulis jelas kata yang ditulis queenie " bangku peliharaan gue. Yang berani duduk bacot!"

"Saya bukan peliharaan tapi. Saya manusia. Nama saya langit" ujar langit polos

Sampai kelas agak ramai dengan beberapa murid yang baru memasuki kelas langit. Gelagapan hingga duduk di bangku yang ada didekat queenie. Sungguh langit takut untuk berbicara dengan murid lain nya. Yang mungkin akan Semakin mengasingkan dirinya. Yang keadaan jauh tertinggal di belakang. Tidak sekeren anak-anak yang lainnya. Langit tak lebih diliat Seperti anak yang kehilangan ibunya.

"Eh Cupu langit banyak gaya. Bagi duit Dong!"

"Langit tidak punya uang"lirih langit tidak berbohong sama sekali

"Oops kan miskin." Ujar salah satu anak yang bertubuh besar

Merasa terusik queenie bangun matanya merah karena baru Bangun tidur. Lantas menggebrak meja menarik kerah baju si anak yang bertubuh tambun tersebut. Tatapan menajam sesekali melihat langit yang tampak ketakutan juga sungkan untuk melihat queenie untuk bahkan pada raksasa kelas saja tidak ada takut nya sama sekali.

TBC.

Sejuta sayang untuk Langit 💜💜💜💜.

Ini langit bukan nanon Yang ada di
Gmmtv.

Butuh waktu kalau ngelanjutin kisah nya Langit. Karena udah masuk masa remaja. Kisahnya bukan lagi tentang Langit dan Bunda nya. Tapi lebih luas sedikit tentang masa remaja nya.. tapi fokus masih Tentang Anak yang merindukan surga nya.

senja tuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang