Langit

37 3 2
                                    

--

Tubuh itu semakin rapuh, tubuhnya penuh dengan rasa sakit' yang bertubi-tubi. Memandang kearah luar jendela sudah tiga hari ini Langit, dikurung layak nya orang Gila didalam Gudang untuk menaruh barang-barang Bekas.

Ibunya marah' Tak kala langit yang pulang telat Dan tidak tepat waktu saat sedang diperlukan. Sangat marah sampai harus mengurung langit di dalam gudang yang gelap Dan ya kotor.

Tidak diberi makan secara layak hanya ada makanan sisa yang didapat nya. Yang tak juga cukup untuk mengganjal lapar nya.

"Hujan?"lirih langit berharap ada yang bisa membuka pintu untuk nya. Agar keluar dari tempat yang lembab dan Kotor seperti didalam gudang tempat nya Berada.

Clek

"Abang--"

"Galaksi?"

"Kenapa membuat masalah terus, hidup hanya menyusahkan sudah capek hidup atau apa!"

"Galaksi"

"Cepat keluar, gue masih ada tugas sekolah lo kerjain ya"

".."

"Bunda enggak bakalan marah. Toh Memang seharusnya lo bantuin Gue. Agar hidup Lo lebih berguna dikit Bang!"

"Khem"

"Jangan bengong aja buruan keluar dari gudang, mandi Juga sana. Bau Lo!"

"Aku Bau, ya maaf"

"Ish!" Galaksi pergi Begitu saja sementara langit mengekor dari belakang.

--
."maaf setidaknya kalau gini Bunda Enggak terlalu curiga " batin galaksi

--

"Mana tugas-tugas nya galaksi?"

"Tuh disana!!"

"Nih makan-"

"Jangan senang' itu juga bekas gue. Sisa setengah sayang kalau dibuang,,"

"Terimakasih galaksi, kue nya enak"

"Sial kenapa sangat begitu lapar kah. Bunda enggak ngasih makan?" Batin Galaksi mencuri pandang pada langit yang seperti terburu-buru menghabis kan kue nya

"Galaksi?"

"Mm"

"Bunda kemana?"

"Keluar kayak nya" Jawab gala acuh

"Udah sih banyak tanya banget. Kerjain Dong tugas nya!" Lanjut Galaksi ngegas

"Kamu sedang banyak masalah ya. Kenapa marah-marah terus. Apa aku bikin masalah sama kamu?"

Galaksi memutar matanya malas. Tak menjawab Langit yang sedang Kepo ini. Waktu berjalan sampai semua tugas galaksi selesai dikerjakan
langit.

••

Didalam kamar yang tidak seberapa besar nya. Langit berbaring miring menghadap kearah tembok, menghitung sudah berapa hari ini dirinya tidak sekolah.

"Bundaa tidak jahat, langit yang Nakal!" Lirih Langit.

--

"langit, lo Dimana sih. Masa Udah hampir 4 hari Lo enggak ada kabar. Mana enggak punya Ponsel kayak Manusia purba aja Lo!"

"Apa ada ucapan gue yang nyindir lo. Atau nyakitin Lo yang gue enggak sadar?" Batin Queen

Sudah hampir 4 hari gadis cantik yang juga sering tantrum itu kesepian karena tak melihat langit yang dulu jadi korban bully Nya. Ada kehampaan yang dirasakan nya.

Sejauh yang Diri nya Tahu langit itu unik. Anak yang berwajah manis itu kurang cocok disakiti. Mungkin tak banyak yang bisa queen gali tentang langit. Tapi dari yang Diri Tahu

Orang yang lebih banyak tertawa dan terlihat tidak punya beban adalah yang paling Sakit.

"Permisi Non waktunya makan malam. Tuan sudah menunggu"

"Khem"

Queena sedang ada dirumah papah nya. Karena lebih gampang kesekolah karena jarak nya yang lebih dekat dibandingkan di rumah mamah nya. Turun kelantai Bawah satu persona asing membuat alis gadis cantik itu naik sebelah

" Pah-!"

"Nak sini, kita makan bareng"

"Pah- dia siapa!"

"Ini teman papah"

Adakah pertemanan Antara pria dan wanita dewasa itu lah yang difikirkan queen

" tapi ini Udah malam Enggak mungkin kan untuk bertamu malam-malam!"

"Queen jaga bicara kamu. Jangan membuat papah marah "

"Berapa ya Lo butuh kan untuk ngejauh dari bokap gue! Oh iya sepuh maksud anda kapan bisa pergi dan enggak usah ganggu papah saya!"

"Queena!"

"Ck!

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

senja tuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang