18. Cewek Jakarta

586 91 6
                                    

Ratusan atau bahkan ribuan buku ditata rapi disini. Dengan kesunyian yang memang sudah menjadi ciri khas ruang perpustakaan. Di sana terlihat seorang gadis yang duduk di pojok ruangan, lengkap dengan sebuah novel digenggaman yang ia baca sejak tadi. Namun tak sadar bahwa dirinya sudah sampai di lembar terakhir, walau kisah itu berakhir bahagia namun dirinya masih menginginkan kisah lainnya dari mereka.

"Yah.. Udah habis, ya? Ga salah sih gue udah baca dari tiga hari yang lalu." Memang kenyataannya dia rela datang setiap jam istirahat ke perpustakaan hanya untuk menamatkan cerita itu. Dan sekarang sudah berakhir.

Tungkainya bergerak menuju rak buku dimana tadi ia mengambil buku itu, menaruhnya kembali ketempat semula lalu kedua iris coklatnya beralih melirik ujung hingga ujung untuk sekedar menemukan buku yang akan dia baca selanjutnya. Ujung matanya menangkap sebuah buku kurang lebih setebal seratus halaman. Jari-jarinya bergerak menggapai buku itu namun lebih dahulu diambil orang lain.

"Eh? Keylie.. Lo mau baca? Nih baca aja." Seorang yang pertama kali memegang buku itu menyodorkan buku tersebut sembari mengeja nama Keylie pada name tag miliknya. Namun Keylie malah mendorong sedikit buku itu dengan senyum tipis.

"Gapapa. Lo baca aja, kan lo yang dapet duluan." Namun laki-laki di depannya malah menggeleng, kembali menyodorkan buku itu.

"Gue udah baca dua kali. Kebetulan aja rasanya pengen baca lagi. Lo aja yang baca, lagian gue juga udah tau isinya."

Keylie yang mendengar itu merasa terkejut sekaligus heran. Kenapa bisa Jaka, laki-laki di depannya ini mengulang untuk membaca sebuah buku. Menurut Keylie itu terkesan aneh karena dia tipikal orang yang jika sudah membacanya sekali, maka ia tak akan pernah membacanya lagi. Karena semua sudah ia ketahui jadi rasa penasaran itu tak akan ada lagi.

"Bener? Gue boleh baca?" Hanya seutas senyum tipis yang gadis itu terima. Dia mengambil buku itu dari genggaman Jaka dan kembali duduk setelah mengucap terimakasih padanya.

Buku itu terlihat menarik. Namun saat melihat judulnya membuat gadis itu yakin bahwa buku ini bukanlah sebuah novel, atau menurutnya seperti buku motivasi? Lembaran-lembaran itu ia buka. Menatap satu demi satu bait yang ada di sana yang tak sebanyak yang ia kira. Hanya sepenggal kalimat atau lebih.

"Untuk sementara, kesendirian adalah suatu hal yang membuatmu merasa nyaman. Hingga suatu ketika kau akan tersadar, bahwa bayangan itu tak pernah bisa kau ajak berbincang." Gumam gadis itu kecil. Membaca setiap deret aksara dengan beberapa yang tidak ia mengerti. Bahkan kata-kata itu tak bisa masuk kedalam kepalanya begitu saja.

Jaka datang dan duduk tepat di hadapannya dengan sebuah buku yang sudah berada di tanganya. Menatap Keylie yang sekarang terlihat bingung.

"Lo kenapa?"

"Saat senja lewat, dan bulan turun tertidur. Cahaya biru dalam diriku perlahan menghilang.."

"Maksudnya apa?" Jaka seperti memikirkan sesuatu setelah mendengar pertanyaan Keylie. Bahkan sekarang novel yang ada di tangganya sudah terabaikan sejak tadi karena dia memilih untuk memikirkan apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan gadis itu.

"Awalnya gue juga ga ngerti, tapi kalo gue liat dari sudut pandang gue.. Itu artinya kek gini, anggep aja cahaya biru dalam diri lo itu adalah kebahagiaan, terus waktu senja lewat dan begantikan cahaya bulan yang berarti malam sudah datang, kebahagiaan lo itu perlahan lenyap." Keylie menatap lekat iris mata seseorang yang menjadi lawan bicaranya saat ini, memutar kata demi kata dan berusaha memahaminya. Gadis itu hanya diam menatap deret tulisan yang ia baca tadi, ternyata penjelasan Jaka padanya masih kurang.

"Masih belum ngerti?" Hanya anggukan yang menjawab pertanyaan dari Jaka. Laki-laki itu menyesuaikan duduknya hanya untuk mengikis jarak diantara dirinya dan Keylie, menatap lekat sedia netra gadis di depannya, berusaha membuatnya mengerti akan segala yang ia ucapkan.

Monokrom | Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang