1 - [A bad meeting]

7K 493 11
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

From Stories dengan judul yang sama

Happy Reading

***

Jaemin merasa tubuhnya remuk, badannya juga terasa lengket. Memaksakan bangun dengan rasa teramat sakit di selatannya. Jaemin terdiam. Ia merasa euhm.. basah. Jaemin mengerjap. Astaga?! Sadar ada orang di sampingnya.

Tubuhnya juga telanjang, Jaemin memejamkan matanya frustasi. Sialan.
Jaemin berusaha bangkit namun sebuah rengkuhan menahan pergerakan.

"Kau tidak akan kabur, kan?" Sebuah suara serak muncul. Jaemin memutar bola matanya malas. "Kabur apanya? Aku pihak yang di masuki kenapa harus kau yang repot.." omel Jaemin.

"Aku harus pulang.. Anggap saja ini tidak terjadi.." cetus Jaemin. Ia benar-benar tidak boleh terikat apapun. Bukan tidak boleh, tapi ia tidak boleh sembarang memilih, kan? Apalagi dia sudah tidak punya waktu untuk hal sepele seperti ini.

"Memangnya kau bisa bergerak?" Tanya Orang itu. Jaemin menegak ludah. Sebenarnya sakit sekali. Tapi..

"Tentu saja.. aku tidak lumpuh.." balas Jaemin ketus.

Jaemin berusaha bangkit namun rasa linu membuatnya meringis dan hampir menangis. Sialan.. Apa mereka bermain kasar?

Laki-laki itu tampak bangun lalu mengusak rambutnya. "Biar saya bantu, Saya harus bertanggungjawab.."

"Heh! Sudah aku bilang tidak perlu! Aku bisa sendiri! Jangan anggap diriku sepele hanya karena seorang submisif!" Kata Jaemin galak.

Laki-laki itu menghela nafas. "Saya tidak pernah menyepelekan anda. Ayo, Saya bantu.." balasnya lembut, perlahan mengangkat tubuh Jaemin. Wajah Jaemin memerah.

"Saya janji tidak akan melakukan apapun, hanya membantu anda mandi.." ujar Lelaki itu tegas.

Jaemin memandang wajah laki-laki itu sinis. Awas saja bohong!

***

Pria itu menepati kata katanya yang hanya membantunya mandi. Ia juga memesan makanan untuk sarapan mereka. Mereka makan dalam diam. Jaemin sendiri malas untuk membuka percakapan, fokus pada ponselnya. Izin pada atasannya untuk libur, karena tubuhnya benar tidak bisa di fungsikan secara maksimal.

Baru saja selesai, sebuah panggilan masuk. Kening Jaemin bertaut. Nomor tidak di kenal. Ragu, Jaemin menjawab.

'Halo? Dengan Na Jaemin, Wali Park Jisung?'

"Ya, Saya sendiri.. Maaf, Tapi ini siapa?" Jaemin berbalik, membelakangi sosok asing yang kini menghentikan acara suapannya dan memfokuskan atensinya pada Jaemin.

'Oh, Saya Wali kelas Jisung. Dia belum bayar uang makan bulan ini, juga uang bangunan dan studytour.. Dia selalu bilang akan membayarnya nanti, tapi..'

Jaemin tidak bisa mendengarnya lagi. Kenapa Jisung tidak bilang? Ya, Meski mereka tidak memiliki hubungan darah tapi mereka sudah menjadi kakak beradik.

"Maafkan, saya.. Saya akan segera membayarnya, Maaf tadi berapa totalnya?"

Sebuah nominal yang disebutkan membuat Jaemin sedikit frustasi. Tabungannya sudah mepet sekali. "Baik, Terimakasih.." Jaemin menutup panggilannya. Segera mengecek ulang uang tabungannya.

"Gajiku baru keluar 2 Minggu lagi.. jika aku membayarnya, bagaimana dengan makanan Jisung?" Gumam Jaemin berpikir.

Sebuah panggilan lain kembali masuk ke ponselnya. Sekarang, nama adik tirinya muncul di layar.

Responsibility [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang