Jangan lupa Vote sama komennya
Typo : Anugerah
Happy Reading
***
Mark dan Jaemin berbaring berhadapan. "Tadi Jisung kenapa?" Tanya Mark.
"Hanya.. katanya dia akan kuliah di China. Dia dapat beasiswa katanya.." jawab Jaemin pelan.
"Wah? Bukannya itu kabar yang bagus? Tapi kenapa wajahmu bilang itu tidak?" Ucapan Mark membuat Jaemin menatap Mark tajam.
"Dia melakukannya tanpa melibatkan aku dalam memilih.." ujar Jaemin kesal.
"Kenapa harus dia sudah dewasa? Biarkan dia punya pilihannya sendiri. Jika sekiranya itu buruk maka lumayan untuk pengalamannya.." kata Mark santai. Jaemin memukul bahu Mark. Melotot.
"Kau tidak mengerti bagian yang melukaiku!" Seru Jaemin kesal.
Mark menarik nafas, meraih pinggang Jaemin agar tubuh pria itu mendekat. Merengkuhnya. "Jadi katakan, dimana bagian yang membuatmu terluka hmm.." ujar Mark lembut.
Jaemin menghela nafas. "Dia bilang aku bukan kakaknya.. Kita hanya sebuah hubungan di atas kertas, tidak memiliki ikatan darah apapun. Itu.. melukaiku.." tutur Jaemin pelan.
Mark mengangguk - angguk. "Sama seperti kita ya? Kita juga hanya sebuah ikatan resmi di atas kertas. Hubungan kita jauh lebih dekat karena baby.." balasan Mark membuat Jaemin semakin kesal dan membuatnya kembali memukul bahu Mark, kali ini ia melakukannya sekeras mungkin.
Mark mengaduh. "Kenapa memukul?"
"Kau menyebalkan!!" Seru Jaemin kesal.
Mark terkekeh. "Tapi apa yang diucapkan ku benar, bukan?"
Jaemin berdecih. "Ayo, kita bercerai.. aku sepertinya tidak akan tahan hidup dengan orang sepertimu.."
"Hei, mana bisa begitu.. aku hanya menyuarakan apa yang ada dipikiranku sajaa.." Mark merengek.
Jaemin kembali berdecih.
Mark menatap Jaemin dalam. "Tapi, Jaemin.. Menjadi Jisung juga cukup sulit.." ucap Mark lembut.
Jaemin balas menatap Mark, menanti kata selanjutnya yang akan keluar dari bibir Mark.
"Jisung masih sangat muda dan dia terbiasa menerima. Tapi Semuanya selalu berakhir menyakiti dirinya. Dia kehilangan ibunya, belum selesai dia berkabung. Ayahnya sudah datang membawa ibumu dan juga dirimu sebagai kakaknya, ketika dia mencoba untuk membiasakan dirinya lagi. Ia harus kehilangan ayahnya dan hanya ada kau di sisinya yang bahkan mungkin masih asing bagi Jisung. Dan dia dengan hebatnya bisa bertahan dan tetap menjadi anak baik yang penurut.."
Mark berhenti sejenak, mengusap pipi Jaemin dan mencubitnya pelan. Kemudian dirinya menarik nafas.
"Menjadi dirimu juga sulit, kalian punya luka yang sama besarnya. Tapi bagimu, luka itu mungkin masih ada tapi dengan hebat kau bisa mencoba mengobatinya dan mencoba mencari kesibukan agar luka itu mati rasa... Namun, bisa saja bagi Jisung luka itu masih basah dan dia sedang mencoba menyembuhkannya dengan caranya sendiri. Jadi, Jangan cegah Jisung.. Dia sedang mencoba menyembuhkannya dirinya sendiri. Kita hanya bisa mencoba membantu dengan semampu kita.." Mark tersenyum.
Jaemin tidak mengatakan apapun, matanya terasa memanas. "Hyung, benar.." bisik Jaemin pelan.
"Menangis saja.. lepaskan semuanya.." Mark Kembali mencubit pipi Jaemin. Jaemin menggeleng. "Aku sudah banyak sedih akhir akhir ini.." tolak Jaemin.
Mark terkekeh. "Lalu kenapa?" Tanya Mark.
"Jika ibunya sedih, baby juga akan merasa sedih.." kata Jaemin pelan.
Mark tertawa pelan. "Tentu saja.. Kalau begitu jangan menangis.."
Jaemin mengangguk. Lalu setelahnya keheningan menyelimuti mereka. Mark dan Jaemin hanya saling tatap sebelum kemudian Mark mendekatkan wajahnya.
"Boleh?" Bisik Mark meminta persetujuan.
Jaemin hanya bisa menutup matanya, menahan rasa gugup dan panas yang merambat di pipinya saat melihat wajah Mark yang kian mendekat dan kemudian dia bisa merasakan benda lunak menempel di bibirnya.
Awalnya hanya menempel tapi kemudian selanjutnya ada kecupan dan lumatan.
Tidak lama, Mark sudah menarik wajahnya. Wajah mereka sama sama merah.
Jaemin berdekhem pelan. "Ceritakan kenapa Hyung bisa menyukai Renjunie.." titah Jaemin.
Mark berkedip. "Tiba tiba?"
Setelah mereka berciuman?
"Yang aku sadar, aku sudah banyak cerita tapi hyung hanya biasa mendengarkan.."
Mark mengangguk angguk. "aku bertemu saat menjadi pembimbing pertukaran pelajar. Kami dekat karena sama sama berasal dari Korea. Aku lama menghabiskan waktu dengannya. Aku menyukainya tapi saat pulang aku menemukan fakta bahwa dia pacar adikku. Aku sedih karena sudah mempersiapkan dengan baik ajakan tur Eropa dan berakhir di club. Lalu bertemu denganmu dan akan menjadi seorang ayah.." cerita Mark runtut.
Jaemin menatap Mark tidak percaya. Monoton sekali. "Hyung, tidak bisa menceritakan dengan hati ya?"
"Aku hanya bisa menceritakan dengan mulut bukan dengan hati.." Mark tergelak.
Jaemin berdecih. Tidak seru sekali suaminya ini.
"Tapi memang secara keseluruhan begitu kok.. Jadi, karena itu aku percaya cinta datang karena terbiasa.." ujar Mark.
"Bagaimana jika aku putar Glimpe of us? Atau Deja Vu" Sindir Jaemin. Mark kembali tergelak.
"Tidak, Jaemin.. Kau dan Renjun jelas berbeda.. Kita adalah pasangan dengan kau yang membawa anak kita, jelas sangat berbeda pokoknya.." Mark mengecupi wajah Jaemin gemas.
Jaemin mencebik. Apakah obrolan buaya bisa di percaya?
"Kenapa?" Tanya Mark bingung.
"Buaya.." kata Jaemin datar.
Mark mengerjap. "Itu pujian? Buaya itu adalah hewan yang punya sifat monogami, hewan paling setia. Dia hanya akan mengawini satu betina dan jika betinanya mati dia tidak akan kawin lagi.." Mark tersenyum.
Jaemin menggumam malas. "Iya, terserah.. Malam sudah larut ayo tidur.." Jaemin memejamkan matanya.
Mark tersenyum tipis, mengecup bibir dan Jaemin sekilas. "Selamat Malam, Jaemin.. Tidur yang nyenyak.." bisik Mark.
"Iya, Selamat Malam, Mimpi Indah, Sayang.." balas Jaemin malas dengan mata yang tertutup.
Mark mengerjap, dadanya bergemuruh hebat saat kata Sayang di ucap. Pipinya juga terasa panas. Mark tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Langsung memeluk Jaemin erat.
"Iya, Sayang.."
"Aduh, Mark hyung.. Sesak.." tolak Jaemin memberontak dari pelukan Mark.
Mark acuh, semakin mengeratkan pelukannya. Jaemin berdecak, mengalah saja. Orang ini memang sulit di tebak. Atau justru Jaemin yang sulit ditebak ya?
***
TbC
Satu dua chap, Cerita ini mo tamatt.. Semoga bisa cepet selesai yuhh..
Met malem Agustusan 😘🥳
Makaaccii buat yang baca, See you soon!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility [MarkMin]
Fanfic[COMPLETED] Jaemin tidak suka bergantung pada orang lain, tidak suka berurusan dengan orang lain. Bagi introvert yang sudah kehilangan segalanya, hidupnya sudah terlalu lelah untuk menghidupi kehidupannya dan juga adiknya. Namun, setelah ketidaksen...