3 - [Jisung]

4.1K 410 12
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Jisung tidak tahu apa yang terjadi, yang Jisung tahu selama ini kakaknya tidak menyukai sosialisasi, tidak punya banyak teman. Jisung juga hanya kenal satu teman Jaemin, Renjun. Jadi, Siapa pria asing ini? Pria dewasa yang sibuk menata makanan di meja. Jisung merasa tidak asing. Tapi siapa? Dimana Jisung melihat?

Jaemin kembali dari acara bersih bersihnya saat Jisung masih terus mengamati si pria dewasa. "Ada apa? Ayo Makan.." Jaemin menarik Jisung untuk duduk. Pria itu tersenyum padanya.

"Siapa dia?" Tanya Jisung.

"Namanya Mark.." jawab Jaemin sambil tangannya mengambil makanan untuk Jisung.

"Aku tidak peduli soal namanya, tapi dia siapa? Teman? Pacar?" Jisung menuntut jawaban.

Jaemin menghela nafas, "kita bicara nanti ya? Sekarang yang paling penting Jisungie harus makan dulu. Kita tidak boleh bicara saat makan.." Jaemin tersenyum tipis.

Jisung menyerah, akhirnya berusaha makan dengan perasaan yang bahkan tidak bisa Jisung jelaskan dan makan dengan secepat yang ia bisa.

Acara makan itu selesai setengah jam kemudian, lebih tepatnya Mark dan Jisung saja. Jaemin masih asyik makan. "Hyung.. aku sudah selesai makan, Ayo bicara.." ajak Jisung.

Jaemin menyelesaikan kunyahannya. "Sebentar ya? Biarkan Hyung selesaikan makannya dulu, atau Jisung bisa bicara dengan Mark dulu.." Jaemin menunjuk Mark.

Mark dan Jisung bertatapan. "Ayo bicara denganku dulu, biarkan hyungmu menyelesaikan makanannya.." ajak Mark.

Jisung menatap Jaemin yang kembali fokus pada makanannya. Jaemin mengangkat wajahnya lalu menghentikan kunyahannya sesaat lalu kemudian menelan makanannya. "Baiklah.." Jaemin menghentikan acara makannya.

"Aku tidak bisa menjelaskan ada apa dengan aku dan Mark atau apa hubungan kami.." Jaemin menjelaskan.

"Kami terlibat kecelakaan kecil.." lanjut Jaemin. Jisung menatap Jaemin tidak percaya, segera mendekat. "Kecelakaan? Nana terluka?" Serunya panik.

"Aku tidak apa-apa, tenang.. ini bukan kecelakaan seperti itu, Jisung.." Jaemin menjeda ucapannya berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk Jisung.

"Tapi, kami euhm.. akan segera memiliki seorang bayi.." ucapan Jaemin tidak bisa Jisung pahami sepenuhnya.

"Apa? Bayi?" Tanya Jisung memastikan.

"Benar, Jaemin sedang mengandung bayi kami.." Mark membantu menjawab.

"Bagaimana bisa? Apa karena biaya sekolah jie? Makanya Hyung bisa membayar semua waktu itu? Hyung menjual diri?!" Suara Jisung meninggi.

Jisung tertawa kecil. Dia ingat sekarang, Pria ini adalah orang yang bersama Jaemin saat Guru memanggil untuk ke sekolah karena bayaran yang menunggak.

"Sudah kubilang, aku bisa mengurus diriku sendiri! Aku bukan anak kecil lagi. Harusnya Hyung bisa mempercayaiku.." sentak Jisung.

"Jisung!" Seru Jaemin marah. "Ini bukan seperti yang kau pikirkan.. Kau pikir Hyung serendah itu?! Kau pikir aku serendah itu?!" Balas Jaemin.

"Lalu jika aku memang menjual diriku untukmu kenapa? Aku bisa melakukan semuanya untukmu. Apapun Jisung.. Karena kau adikku.." ucapan Jaemin melemah.

Jisung sudah terisak. "Bukan seperti ini, Hyung.. Tolong jangan, Jisung sangat menyayangi Jaemin Hyung.. Jaemin Hyung satu satunya yang Jie punya sekarang.."

"Jisung-ssi tenanglah.. Ini tidak seperti itu, Hyungmu tidak mungkin melakukan apa yang kau pikirkan. Tenanglah.." Ucap Mark setenang mungkin, sementara tangannya mencoba memberikan ketenangan pada Jaemin melalui genggaman tangannya.

"Kami bertemu secara tidak sengaja di sebuah bar, Jisung.. Kau mungkin tidak tahu, tapi kadang jika orang dewasa terlalu memikirkan banyak hal mereka berlari pada sesuatu yang salah seperti bar. Kau tidak boleh mencontoh hal ini.. Alkohol benar benar buruk.."

"Kami mabuk dan hal itu terjadi.." Mark tersenyum tipis.

Jisung menatap Jaemin dengan sisa air mata di pipinya. "Kalau begitu kenapa hyung pergi ke bar? Nana Hyung punya Jie di rumah.. Hyung bisa ceritakan dan berbagi semuanya pada Jisung. Bukannya hyung yang selalu bilang sekarang kita adalah keluarga? Lalu sekarang harus bagaimana? Lalu sekarang bagaimana?" Suara Jisung kembali bergetar.

"Saya akan bertanggungjawab, Jisung.. Saya akan menikahi Jaemin.." ucap Mark.

"Memangnya kalian saling mencintai? Memangnya kalian bisa hidup bersama tanpa cinta? Papa dan Mama bercerai karena tidak ada cinta di dalamnya dan berakhir melukaiku!" Seru Jisung marah.

"Jisung.. kau perlu mengerti bahwa cinta kadang tidak menjadi alasan seseorang bahagia?" Jaemin meraih tangan Jisung.

"Jie, Seseorang yang saling mencintai juga bisa bercerai, nanti jika Jie sudah besar, Jie akan paham.. Aku minta maaf untuk kali ini aku tidak akan menurutimu.. bayi ini butuh sosok ayah.."

Tangan Jaemin ditepis. "Harus sampai sebesar apa aku akan paham? Aku bahkan sudah kelas 2 SMA, lalu kapan aku akan paham kenapa Papa dan Mama bercerai? Kenapa Papa memilih untuk menikahi Eomma hyung?" Tanya Jisung, matanya menyiratkan banyak luka.

"Jisung bisa bertanggungjawab, Jisung bisa jadi sosok ayah, Jie hanya ingin Jaemin hyung hidup bahagia dengan orang yang hyung cintai.. bukan seperti ini.." Jisung menggeleng.

Jaemin hanya bisa menunduk. Jaemin juga ingin, Jaemin juga selalu bermimpi untuk hidup dengan orang yang Jaemin cintai. Jaemin juga menyesal dengan semuanya? Tapi bagaimana mungkin ia bisa melenyapkan satu nyawa hanya demi keegoisannya semata? Meski Jaemin sudah menyerah soal cinta sejak lama, Jaemin juga sering memimpikannya. Namun sekarang ia bisa apa?

"Jika itu memang pilihan hyung, Jie akan mencoba menerima.." kata Jisung akhirnya.

"Jie, Jie hanya akan mendoakan yang terbaik untuk hyung.."

Jaemin dan Mark sontak menatap Jisung.

"Mark-ssi? Tolong jaga Nana hyung, Aku akan mengawasimu.." Jisung tersenyum tipis.

"Jie masih belum menerima semua ini, Tapi.. Nasi sudah menjadi bubur. Orang dewasa seperti kalian sudah seharusnya tahu apa yang harus kalian lakukan.." ucapan Jisung mencubit sedikit perasaan Jaemin juga Mark.

Orang dewasa sudah seharusnya tahu apa yang harus mereka lakukan. Benarkah?

"Aku pamit, besok aku ada ulangan harian.." Jisung bergerak pergi. Jaemin tahu, Jisung pasti akan melanjutkan tangisnya. Memikirkan semuanya, kenapa semuanya harus terjadi pada mereka.

"Mark.." panggil Jaemin lirih.

Mark merangkul Jaemin lembut lalu memeluknya. "Kita bicarakan semuanya besok. Kau pasti lelah dengan semua ini.." bisik Mark lembut. Jaemin hanya bisa mengangguk lemah. Ia lelah baik itu tubuhnya juga pikirannya.

Jaemin memejamkan matanya. Pelan ia bisa mendengar Mark kembali berbisik bahwa semuanya akan baik baik saja dan Jaemin hanya bisa mengamini dalam hatinya, mencoba percaya pada takdir yang membawa hidupnya.

***

TbC

Dramaaa, Aku gak bisa nulis tapi berusaha maksa diri untuk nulis dan inilah hasilnya..
Kalo ada yang typo, mohon di maafkan.. No Revisi karena males, keburu engga mood lagi.. Maaf 🙂🥲

See you soon!!

Responsibility [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang