10 - [Morning Love]

3.7K 365 21
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Jaemin membuka matanya perlahan, langit kamar hotel tempat resepsi adalah hal yang pertama ia lihat. Setelah menggeliat sebentar, ia akhirnya memutuskan untuk bangkit duduk. Melirik ke arah jam yang menunjukkan jam menunju makan siang.

Jaemin menguap, saat hendak bangkit untuk mencari minum dan makanan karena perutnya lapar sebuah tangan malah menahan tubuhnya. Jaemin menggumam. Menggoyangkan tubuh Mark kencang. "Bangun.. Sudah siang.. Aku lapar.." ujar Jaemin setengah terpejam.

Mark mengerang, ikut bangkit meski malas. "Jam berapa?" Tanya Mark dengan suara serak.

"Setengah sebelas.." jawab Jaemin bangkit dan pergi menuju kamar mandi.

"Setengah sebelas?" Gumam Mark, kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Mereka mengobrol sampai larut malam, melupakan fakta tubuh mereka juga lelah karena pesta pernikahan.

Jaemin berdecak kesal karena mendapati Mark yang kembali berbaring. Mengambil sedikit air lalu mengusap wajah Mark dengan air. "Selamat Siang.. Ayo, bangun dan makan.. Kau harus sehat agar bisa tetap bekerja untuk membangun rumah kita, biaya bayi, dan makan makanan mahal.." cecar Jaemin.

Mark menghela nafas, saat wajahnya dingin karena basuhan air Jaemin. Yah, dia harusnya bersyukur karena Jaemin tidak memilih untuk mengguyurnya dengan air.

"Baik, Aku bangun.." Mark beranjak menuju kamar mandi. Setelah memastikan Mark masuk ke kamar mandi dan terdengar suara air. Jaemin segera memesan makanan dan menunggu sambil mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya.

Bel berbunyi tepat saat Mark akan menghampiri Jaemin yang asyik menonton televisi. Mark akhirnya berbelok menuju pintu untuk membuka pintu.

"Oh? Pesanan Makanan ya? Terimakasih.." Mark membuka pintu lebih lebar, membiarkan para pekerja hotel menata makanan di meja makan hotel.

Jaemin melongokan kepalanya. "Makanan sudah datang? Wah, Cepat sekali.." puji Jaemin takjub.

"Iya, Ayo makan.." ajak Mark.

"Setelah ini kita langsung pulang ke apartemen?" Tanya Jaemin penasaran.

"Eomma minta kita mampir.." balas Mark sambil menarikkan kursi untuk Jaemin. Jaemin mengangguk angguk.

"Disini nyaman, tapi tetap lebih nyaman di rumah sendiri.." ujar Jaemin pelan.

Mark mengangguk. "Iya, Ayo sekarang makan dan pulang.." Mark tersenyum, mencubit pipi Jaemin gemas.

Jaemin tampak acuh, sibuk mengunyah makanannya. Sedang Mark sibuk menahan gemas. "Jaemin.." panggil Mark.

Jaemin menoleh, belum sempat menyahut. Mark sudah mengecup bibirnya dengan cepat, membuat dirinya mematung dan mengerjap bingung. Mark tersenyum lebar, lalu mulai makan.

Jaemin menepuk pundak Mark, membuat Mark berbalik dan balas mengecup bibir Mark.

Mark tergelak. "Ayo cium lagi.."

Jaemin menggeleng. "Kita butuh konsentrasi makan sekarang. Aku harus makan untuk 2 orang.." tolak Jaemin.

Mark sebenarnya kecewa tapi ya mau bagaimana?

Pagi yang cerah dengan hati yang mulai mencair dan lapang. Pasangan itu siap membangun pondasi untuk cinta mereka dan membangunnya dengan perlahan.

***

"Kalian sudah datang? Kenapa siang sekali?" Keluh Doyoung.

"Pengantin baru, pasti habis melakukan itu.." sahut Jeno.

"Pengantin baru apanya? Kita sudah menikah dari bulan yang lalu.. Sekarang hanya sebuah resepsi saja.." balas Mark.

"Tapi kalian melakukan itu?" Tanya Jeno penasaran.

"Tidak, kandungan Jaemin masih rentan.." jawab Mark.

"Eomma.. Jisung tidak bisa menemukan buah kiwi di kulkas.." Suara Jisung membuat Jaemin terkejut. Jisung ada di sini? Kenapa? Batinnya bertanya tanya.

"Oh, Jaemin pasti bingung kenapa Jisung ada di sini.. Mulai sekarang Jisung akan tinggal di sini.. Menjadi putra ke 3 Jung.." kata Doyoung bersemangat.

"Eh?"

"Iya, Pokoknya Jisung akan tinggal di sini menemani Eomma. Barang barangnya juga sudah di bawa.." lanjut Doyoung.

"Eh tapi, Jisung sudah kelas 3 dia sibuk. Bagaimana bisa menemani Eomma?" Tanya Jaemin melirik Jisung yang tampak sudah nyaman mengunyah strawberry yang ada di meja.

"Ei... mulai sekarang, pokoknya Eomma yang akan menjadi Wali Jisung.." kata Doyoung sepertinya tidak bisa dibantah.

"Oh, bagaimana dengan rencana tempat tinggal? Kalian akan tetap tinggal di apartemen?" Doyoung mengalihkan pembicaraan.

"Kami sedang proses pembangunan rumah. Agak sulit menemukan rumah seperti yang Jaemin inginkan.. Harapannya Rumah selesai sebelum baby lahir.." Mark yang menjawab.

Jaemin masih tidak tahu apa yang harus ia katakan. Kepalanya kosong. Apa.. dia bukan kakak yang baik untuk Jisung?

"Mungkin Jisung hanya butuh sosok ibu yang sudah lama ia tidak rasakan. Makanya ia memutuskan mengiyakan ajakan Eomma.." bisik Mark lembut.

Jaemin menoleh, masih menatap Mark sendu. Begitukah?

Mark mengecup bibir Jaemin. "Percaya padaku.."

Jaemin akhirnya mengangguk. "Iya.." katanya lirih. Saat mereka menoleh ke arah yang lainnya. Jeno sudah sigap menutup mata Jisung.

"SADAR KALIAN, JISUNG MASIH DIBAWAH UMUR!!" seru Jeno. Sementara Doyoung sepertinya memilih pura pura untuk tidak melihat meski senyumnya terlihat mencurigakan.

"Tapi, Jie sudah kelas tiga.." ucapan Jisung seperti tidak dihiraukan oleh Jeno dan tetap menatap sang kakak tajam.

Wajah Jaemin memerah. Mencubit Mark kesal. Tidak terlalu keras karena Mark tidak menunjukkan wajah sakit dan hanya tersenyum tanpa dosa.

"Sudah, sudah.. Maklum pengantin baru bukan?" Goda Doyoung.

Jaemin menunduk, wajahnya makin terasa panas. "Ayo pulang.." cicit Jaemin.

Mark terkekeh. "Baiklah.. Kami pulang dulu.. Kami ingin menikmati masa pengantin baru kami.." Mark tersenyum lebar.

Jaemin berdecak, memukul Mark pelan. "Ayo pulang saja.." Demi apapun, Jaemin tidak bisa lagi menahan malu lebih dari ini.

"Oh, baiklah.. Nikmati waktu kalian.." Doyoung melambai.

"Ingat jangan kelewat batas, Hyung bilang kandungan Jaemin masih rentan.." pesan Jeno.

Mark tertawa. Mengacungkan jempolnya. Sementara Jaemin melotot melihat respon Mark.

Aduh, benar deh.. Jaemin sudah ingin mengubur tubuhnya saja. Benar benar malu!!

***

TbC

Ok, satu Chapter lagi tamat. Thanks for reading!!
See you soon!!

Responsibility [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang