6 - [little plan for the future]

3.4K 372 22
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Jisung harus segera membiasakan diri, ia akan selalu melihat Mark di apartemennya. Jisung takjub saat apartemen yang biasa rapih terdapat banyak sampah bungkus makanan dengan Jaemin yang sibuk menscroll atau swipe di ipadnya -ipad milik Mark sebenarnya- sementara didepannya ada Mark yang sibuk dengan laptopnya, sesekali menatap Jaemin atau menerima telpon yang dijawabnya pendek pendek.

Jaemin adalah orang yang pertama kali menyadarinya kedatangan adik tirinya. Bibirnya terbit melengkung sempurna. "Selamat datang, Mau langsung makan malam biar aku buatkan sebentar?" Tawar Jaemin.

Jisung menggeleng, "Aku akan pesan makanan, nanti jika ada pesananku tolong di bayar ya, Mark hyung.." kata Jisung sambil pergi menuju kamarnya. Mark mengangguk, sambil tersenyum sekilas pada Jisung, masih tampak sibuk dengan laptopnya.

"Semangat untuk persiapan pernikahannya!" Seru Jisung sebelum akhirnya pintu kamarnya tertutup rapat.

Jaemin menghela nafas, "Padahal aku benar sudah cukup dengan pemberkatan dan mendaftarkan pernikahan kita kemarin.. tidak perlu pesta sebuah pesta. Bukankah lebih baik uangnya untuk dibelikan sebuah rumah atau apartment yang lebih luas?" Tanya Jaemin.

"Memangnya kenapa?" Mark mengangkat pandangannya dari pekerjaannya, menunda untuk sejenak.

"Maksudnya harga tanah sedang mahal, belum pajak, belum lagi tanah akan semakin mahal setiap tahunnya. Bukankah itu lebih baik untuk dijadikan sebuah investasi untuk warisan anakku?" Jelas Jaemin.

Mark tersenyum mendengar, terkekeh pelan. "Jaemin.. tenang saja, ini terdengar seperti membanggakan diri, tapi aku cukup memiliki banyak uang, Jangan khawatir.." Mark menjeda ucapannya sejenak.

"Dan bukan anakmu, Jaemin.. Jangan biasakan menggunakan kata itu, biasakan dengan anak kita jika bersamaku.." ucapan Mark selanjutnya membuat Jaemin sedikit gugup.

Jaemin berdekhem, "oh? Iya tentu saja.."

Mark terkekeh, sadar ada rona merah tipis di pipi Jaemin. Akhirnya meletakan laptopnya. "Sudah punya konsep pernikahan yang kau inginkan?" Mark bergerak duduk di samping Jaemin.

"Aku.. belum memikirkannya. Aku sibuk mencari apartemen atau rumah hehe.." Jaemin tersenyum canggung.

"Rumah impianmu seperti apa?" Pertanyaan Mark refleks membuat Jaemin menerawang. "Aku ingin tinggal di semi perkotaan dengan rumah yang memiliki halaman luas. Punya 5 kamar, Ruang keluarga, ruang makan dan dapur yang menyatu dan Ruang tamu yang terpisah agak privat.. Agar keluarga kita punya privasi yang baik. Lalu.. euhm.." Jaemin berhenti sejenak.

"Aku juga ingin ada kolam renang dan paviliun mini.. aku juga ingin rumah dengan desain minimalis dan punya warna yang cerah seperti putih atau warna warna soft.." lanjut Jaemin. Mark bisa merasakan rasa semangat dari Jaemin.

"Lalu?" Tanya Mark, Rasanya menyenangkan melihat Jaemin berbicara seperti ini.

Jaemin terlihat berpikir. "Aku tidak tahu lagi.. lagipula Rumah seperti itu mahal bukan? Kita bisa menabung pelan pelan.."

Mark menatap Jaemin dalam, membuat Jaemin merasa salah tingkah. "Kenapa kau menatapku seperti itu sih?" Tanya Jaemin.

"Memangnya ada yang salah dari menatap istrimu sendiri?" Balasan Mark membuat Jaemin kembali merasakan panas yang merambat di pipinya.

Bel pintu berbunyi.
"Itu pasti makanan Jisung, Ambil dan Jangan lupa bayar.." Jaemin beranjak pergi melarikan ke dapur.

Mark mengangkat alisnya, tersenyum tipis. Lucu.. Mark berharap ia segera melupakan sakitnya dan bisa mencintai Jaemin.

Sementara itu Jaemin sedang berusaha menetralkan detak jantungnya. "Aduh, aegi.. Ayahmu beneran bahaya, punya bibit buaya unggul.." bisiknya lirih.

***

Malam semakin beranjak naik, Mark menatap tempat tidur disampingnya masih ada Jaemin yang terjaga dengan iPad di tangannya.

"Belum mau tidur?" Pertanyaan Mark membuat Jaemin menoleh, sedikit terkejut. Ia masih belum terbiasa dengan Mark disampingnya.

"Sebentar lagi.. Sudah ngantuk? Aku akan mematikan lampunya dan membiarkan lampu kecil menyala.." Tangan Jaemin sudah bergerak hendak mematikan lampu.

"Aku akan menunggumu.." ucapan Mark membuat tangan Jaemin menggantung di udara, berbalik untuk menatap wajah Mark.

"Oh? Kalau begitu aku akan melakukannya besok.." Jaemin meletakkan iPad dan bergerak mematikan lampu, segera merebahkan diri disamping Mark.

Mark tersenyum tipis, ia memposisikan diri tidur menghadap Jaemin meski Jaemin memilih tidur terlentang. "Kau benar tidak punya impian pernikahan? Seperti impian tentang rumah?" Tanya Mark.

Mata Jaemin mengerjap, Mark bisa melihat bulu mata lentik itu mengedip cantik di samarnya lampu tidur. Apa anaknya akan mewarisi mata lentik ibunya itu?

"Tidak ada.. Tapi sebentar biar aku ingat ingat.." Jaemin tampak berpikir, kemudian memposisikan diri tidur menyamping untuk berhadapan dengan Mark sedikit terkejut karena ternyata wajah Mark berada tidak jauh jaraknya dengan miliknya.

"Aku.." ucapan Jaemin tergantung saat melihat wajah Mark yang terlihat samar dengan senyum teduhnya menanti apa yang akan keluar dari mulutnya.
"Aku dulu sempat berpikir untuk Pernikahan outdoor.. Tapi setelah dipikirkan aku akan memilih indoor.. Aku ingin tema selain putih itu bersanding dengan kuning. Aku suka warna kuning.." jelas Jaemin. Mark mengangguk.

"Mark hyung sendiri? Bagaimana Pernikahan impian milikmu?" Kali ini Jaemin yang bertanya.

Mart tampak berpikir sejenak. "Jika diingat ingat aku tidak pernah memikirkannya, bagaimanapun pernikahan akan indah jika bersama seseorang yang kita cintai bukan?" Ucapan Mark membuat Jaemin tertegun.

"Lalu bagaimana pernikahan kita? Apa Hyung akan merasa indah jika pasanganmu adalah aku? Bukan orang yang hyung cintai?" Pertanyaan Jaemin membuat Mark sadar ia salah dalam menjawab.

"Tentu saja.." Mark mengangguk dengan senyumnya.

"Bohong.." ujar Jaemin lirih yang tentu saja Mark bisa mendengarnya.

"Aku tahu hyung masih mencintai orang lain. Meski aku tidak tahu siapa itu.. Tapi aku harap, ketika dia kembali padamu kau tidak meninggalkan kami.." Jaemin segera tidur memunggungi Mark.

Mark memejamkan matanya, ini bahkan baru awal, tapi Mark sudah merasa sulit sekali.

"Mark hyung.." panggilan lirih Jaemin terdengar.

"Aku harap meski kita tidak saling mencintai, kita harus terbuka dan bisa menjalani hidup pernikahan kita dengan baik. Setidaknya demi bayi.. kita.." Jaemin mengucapkan kata kita dengan semakin lirih. Mark tersenyum sendu. Tentu saja..

Mark menarik nafasnya pelan. "Selamat tidur, Jaemin.." bisiknya.

Jaemin menggumam pelan. Selamat tidur..

***

TbC

Happy Birthday, Mark Lee!!(≧▽≦)

Thanks for reading and See you soon!!

Responsibility [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang