Jangan lupa vote sama komennya
Typo : Anugerah
Happy Reading
***
Jaemin membuka matanya, sedikit meringis karena kepalanya kembali terasa berdenyut. "Masih sakit?" Sebuah suara dengan nada khawatir terdengar di telinga Jaemin yang Jaemin jelas tahu itu bukan suara Mark. Kepalanya menoleh lalu sadar orang yang mengajaknya berbicara itu adalah ibu dari Mark membuatnya reflek berusaha duduk.
"Eh, jangan di paksa.. Ayo, berbaring.. Kepalamu masih terasa sakit ya kan?"
Jaemin menggeleng, "Saya.. baik baik saja.. Maaf, merepotkan.." balas Jaemin pelan.
Doyoung tampak menghela nafas. "Maaf ya? Aku tidak bisa mendidik putraku dengan baik.. Kau jadi ada di posisi seperti ini.." kata Doyoung dengan penuh rasa bersalah. Jaemin kembali buru buru menggeleng. "Tidak, Ini salah saya.. Anda tidak perlu meminta maaf.." ujar Jaemin panik.
"Dari apa yang saya lihat pada Mark hyung, Saya yakin anda mendidiknya dengan sangat baik.." lanjut Jaemin sungguh sungguh.
"Meski saya belum mengenal anda sepenuh, tapi saya yakin Mark hyung beruntung memiliki ibu seperti anda.." kata Jaemin dengan lembut.
Doyoung tersenyum tipis.
"Kalian baru saja bertemu, dan kalian sudah memutuskan menikah? Aku penasaran apa yang ada di pikiranmu.." ucapan Doyoung membuat Jaemin kembali merasa gugup dan takut.
"Awalnya aku sudah menolak pertanggungjawaban Mark hyung.. Aku pikir Aku masih mampu untuk menghidupi diriku dan bayi ini.." pelan Jaemin menjawab.
"Tapi, aku tahu rasanya hidup tanpa seorang ayah.. dan aku tidak mau anakku merasakan perasaan itu. Meski, aku tidak pernah sekalipun merencanakan hal ini. Namun, rasanya aku adalah orang yang buruk menyalahkan pada bayi yang hadir bukan karena keinginannya.." penjelasan Jaemin membuat Doyoung sedikit tersentuh.
"Apa itu artinya kau sudah tidak mempunyai seorang ayah?" Pertanyaan Doyoung membuat Jaemin tersentak, Bagaimana ini? Bagaimana jika ibu dari Mark tidak menyukainya karena dirinya sebatang kara?
"Aku sudah tidak memiliki orang tua, Mereka sudah pergi ke Surga.." Jaemin memilih jujur. Bagaimanapun reaksi Doyoung, Jaemin akan menerimanya.
"Kau orang yang jujur ya?" cetus Doyoung, Jaemin mengerjap bingung dan terdiam di tempatnya.
Doyoung menarik nafas. "Kau bisa istirahat, nanti mungkin akan ada Renjun yang akan menemanimu. Ada yang harus aku bicarakan dengan Mark.." Doyoung bangkit berdiri.
Jaemin hendak angkat bicara namun ia kembali menutup mulutnya. Jaemin ingin ikut, tapi mungkin ini adalah pembicaraan privasi yang tidak bisa ia ikuti sebagai outsider. Jaemin hanya bisa mengangguk patuh.
Jaemin menatap pintu yang tertutup dengan tangan yang menyentuh perut ratanya. Tidak apa apa.. Semuanya akan baik baik saja..
***
Doyoung duduk di samping Jaehyun dengan Mark di hadapan mereka, duduk tegap tanpa tersirat rasa takut sedikitpun. Matanya tampak tenang.
Doyoung selalu bangga pada Mark. Selalu. Putra sulungnya selalu mengaku ketika salah dan punya rasa tanggungjawab yang besar. Rasanya seperti sebuah keajaiban memiliki putra seperti Mark.
"Pertama, Jelaskan kenapa kau begitu tiba di Korea bukan pulang ke rumah melainkan ke Bar?" Tanya Jaehyun.
"Aku tidak bisa mengatakan alasannya. Maaf, tapi Mark tiba bisa menjawab pertanyaan ini untuk sekarang.." Mark sedikit menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility [MarkMin]
Fanfiction[COMPLETED] Jaemin tidak suka bergantung pada orang lain, tidak suka berurusan dengan orang lain. Bagi introvert yang sudah kehilangan segalanya, hidupnya sudah terlalu lelah untuk menghidupi kehidupannya dan juga adiknya. Namun, setelah ketidaksen...