Jangan lupa Vote sama komennya
Typo : Anugerah
Happy Reading
***
Italic : FlashbackMenerima sesuatu hal kadang bukan hal yang mudah, apalagi bagi Jisung yang baru saja bisa menerima pernikahan ayahnya, kehilangan mereka kemudian lalu beradaptasi hanya dengan Jaemin yang sebenarnya mereka tidak memiliki hubungan apapun selain saudara tiri dalam berkas keluarga. Tidak ada hubungan darah sama sekali.
Dan ketika Jisung sudah mulai menerima, ia harus di hadapkan lagi dengan Mark. Mark lebih dari paham bahwa proses penerimaan bukanlah hal yang mudah.
Saat melihat Jisung, Mark sedikit menyesali karena sudah menuruti hawa nafsunya. Mark tidak mabuk sama sekali saat Jaemin menggodanya. Harusnya membiarkan Jaemin yang saat itu masih menjadi orang asing menangis sendirian. Harusnya dan masih banyak harus lainnya yang dipikirkan Mark.
Mark berencana pulang semalam, Namun saat membereskan makan malam Jisung menghampirinya dan berakhir menyuruhnya menginap.
"Menyakitkan, bukan? Orang yang kita suka akan menikahi orang lain.." Mark membuka percakapan usai selesai membereskan makan malam, berdiri berdampingan dengan Jisung dengan segelas coklat panas instan.
"Apa terlihat?" Tanya Jisung tanpa menatap mata Mark, menunduk menatap gelasnya.
Mark tersenyum tipis. "Mungkin hanya Jaemin saja yang tidak menyadarinya.." Mark menyeruput coklatnya.
Jisung terkekeh. "Sampai kapanpun sepertinya Jaemin hyung tidak akan melihatku sebagai seorang pria.." balas Jisung.
Mark menarik nafas. "Aku tahu rasanya.. Semakin kau dewasa kau akan paham, bahwa apa yang kita rasakan tidak lebih penting dari apa yang harus kita lakukan.." ucapan Mark membuat atensi Jisung fokus pada Mark sepenuhnya.
"Apa maksudnya?" Tanya Jisung tak mengerti.
"Kita harus mendahulukan tanggung jawab dari pada perasaan, ada banyak peraturan kehidupan yang masih perlu dipelajari bahkan untukku.." jawab Mark.
"Ayo tidur, ini sudah terlalu larut.." akhirnya percakapan malam itu ditutup karena waktu yang merambat naik.
Pagi sudah datang dan Mark sedang menyusun sarapan yang ia pesan. Jaemin datang kemudian. "Mark, kau datang sepagi ini?" Tanya Jaemin dengan suara khas bangun tidur.
"Aku menginap, Jisung yang minta.." jawab Mark. Jaemin terdiam, "oh iya?"
Mark mengangguk. "Ayo, Sarapan.." ajak Mark menarik kursi untuk Jaemin. Jaemin menurut.
"Selamat Pagi.." sapa Jisung dengan pandangan lurus ke makanan, menarik kursi disebelah Jaemin. Senyum Jaemin terkembang. "Selamat Pagi.." balas Jaemin.
"Pagi, Jisung.. Hari ini sekolah? Mau pergi denganku?" Tawar Mark. Jisung menggeleng, "tidak perlu.."
Jisung berusaha makan dengan cepat.
"Jangan terburu-buru begitu, Jie.. pelan pelan saja.." tegur Jaemin. Jisung tidak mendengarkan masih makan dengan cepat lalu meneguk minumnya. "Hyung, Jangan lupa, Apapun pilihanmu. Jangan lupa bahagia.." Setelah mengucapkan itu Jisung pergi.
Jaemin menunduk. Jangan lupa bahagia..
"Tidak mudah dalam menerima sesuatu hal, kita pelan pelan saja.." ucapan Mark membuat Jaemin mengangkat kepalanya.
"Apa?" Tanya Jaemin tidak mengerti.
"Sulit bagi Jisung untuk menerima kita, tapi ini juga sulit untukmu dengan kehadiranku dan Bayi kita yang tiba tiba tanpa pernah direncanakan sebelumnya.. makanya, Aku tidak bisa menjanjikan apapun, Aku hanya akan berusaha yang terbaik untuk kita.." tutur Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility [MarkMin]
Fanfiction[COMPLETED] Jaemin tidak suka bergantung pada orang lain, tidak suka berurusan dengan orang lain. Bagi introvert yang sudah kehilangan segalanya, hidupnya sudah terlalu lelah untuk menghidupi kehidupannya dan juga adiknya. Namun, setelah ketidaksen...