Ungkap

2.3K 219 48
                                    

Happy Reading gaes!
Jangan lupa vote+komen+follow ya!

***

"Pokoknya lo harus ngomong sama bokap lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pokoknya lo harus ngomong sama bokap lo. Dia udah cukup menderita El. Inget ini kelakuan lo," peringkat Jex lagi.

"Jangan lupa ini ide lo ya," sahut Elfino yang tak mau salah.

"Denger ya. Gue bakalan bilang bagian gue, dan lo jelasin bagian lo. Gue siap sama semuanya, so ... lo jangan pernah lari dari tanggung jawab," ucap Jex. Laki-laki itu sebenarnya sudah muak dengan ini semua. Ketika semua masalah ini selesai ia akan segera meluncur kembali ke Australia.

Dekat-dekat dengan Elfino hanya musibah besar, tapi yang pasti dia awal musibah yang terwujud.

Ibarat memohon sama tuhan, terus tuhan kabulin. Begitulah Jex dan Elfino.

Sekitar 20 menit mereka akhirnya benar-benar sampai di sebuah perkarangan rumah milik keluarga Haider. Yaitu keluarga Elfino.

Jex dengan buru-buru segera keluar. Menunggu laki-laki itu turun.

Elfino keluar dari mobil, sejujurnya ia takut melakukan ini. Bukan karena takut apa yang akan terjadi, tapi dia takut tidak sesuai ekspektasi.

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah yang bernuansa putih, seputih hati Bapak Leo yang budiman.

Jatung Jex sejujurnya ingin lucut, ia berusaha menahan ketidak nyamanan yang ia rasakan.

Di sebuah ruang tamu yang luas dan rapih. Sudah ada sesosok laki-laki yang tangah duduk sembari menikmati teh hangat. Tak lupa sebuah koran yang tengah ia baca.

Elfino menarik nafas dalam-dalam. Kemudian membuangnya perlahan, awalnya ia benar-benar tidak ingin mengatakan hal ini. Namun, desakan Jex lah yang mengharuskan ia mengatakan ini semua.

"Pah," panggil Elfino pada laki-laki itu. Haider menoleh, menatap putra tunggalnya dan temannya itu.

"Iya? Ada apa?" Haider melipat kembali koran yang tadi ia baca.

"Ada yang mau El omongin," jawabnya. Haider menautkan sebalah alisnya, ia menatap kedua bocah itu.

"Bukan cuman, El. Tapi Jex, om." Jex mulai membuka suara.

"Penting?"

"Penting!" seru mereka berdua secara bersamaan.

"El ... El hamilin cewek pah," ucap El tanpa opening.

Haider terkekeh kala mendengar penuturan putra sulungnya. Kemudian berkata, "Ya iyalah kamu hamilin cewek, masa iya kamu hamilin cowok."

"Kalo cowok yang hamil. Pasti Jex yang hamil, kan kalian berdua muluk," lanjutannya. Laki-laki setengah tua itu masih tertawa ia masih menganggap ini sebuah lelucon.

RANNA • END • TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang