Happy Reading gaes
Jangan lupa komen+vote ya!
***"Oh ya, kita gak langsung pulang ya. Mama nyuruh lo ke rumah," kata Kavandra pada saat di parkiran.
"Mama lo? Mau ngapain?" tanya gadis itu bingung.
"Gak tau, katanya kangen sih. Lo tau kan mak gue demen am lo, jadi udah ikut aja."
Ranna hanya menjawab dengan anggukan. Keduanya kemudian masuk ke dalam mobil.
"Pak, kita pulang ya."
"Oke den," sahut Pak Surya.
Mobil putih itu kini melaju meninggalkan parkiran rumah sakit, disebelah mobil itu tadi. Sebuah mobil hitam dengan dua orang pria. Itu mobil Jex, sungguh takdir belum mengizinkan keduanya untuk bertemu.
'Nambah banget kerjaan gue. Tapi ini juga salah gue, udah tau nih bocah gak suka ditantang gue mainin tantangan sinting kek gitu.' Jex menghela nafas berat, ia merasa menyesal.
Jika bukan karenannya El tidak mungkin melakukan hal itu.
'Terbukti kalo yang sinting itu gue,' batin cowok itu berucap.
'Tuhan ... izinin El ketemu dia. Apapun kondisinya El bakalan terima,' batin Elfino. Cowok itu benar-benar melambung harapan yang tinggi, meskipun suatu saat nanti harapan itu akan pudar sendiri.
Disisi lain, seorang laki-laki tengah menatap tajam perempuan yang menggunakan jas putih dokter. Perempuan itu nampak tenang dan menatap biasa saja.
"Katakan yang sebenarnya," pinta cowok itu dengan tatapan datar padahal kepo.
Perempuan itu tersenyum sinis. "Apa? Apa yang harus saya katakan? Bukankah saya sudah bilang dari awal?"
"Cih! Dian saya tidak ingin bermain-main," decihnya seraya merotasikan matanya tajam.
"Tuan Leo sejak awal juga saya tidak bermain-main," sahutnya dengan begitu yakin.
Leo dan Dian kakak beradik ipar itu tengah melakukan pertempuran dingin. Leo terus menguras semuanya, sedangkan Dian? Ia berusaha menyimpan semua kebenaran.
"Saya melihat Kavandra dan Ranna kesini," kata Leo.
"Oh ya? Sejak kapan seorang CEO terkenal sibuk dengan hal tidak bermutu seperti ini? Bukannya seharunya anda sibuk dengan dokumen-dokumen penting?" pertanyaan itu membuat Leo mengeraskan rahangnya.
"Apa anda sudah merubah propesi dari CEO menjadi PENGUNTIT?" tanya perempuan itu dengan menekan diakhiri kalimatnya.
"Cih!"
Dian tersenyum smrik. "Ah iya satu lagi, sejak kapan anda perduli dengan anak perempuanmu itu?"
"Dian!"
"Turunkan nada bicara anda! Ini bukan kantor anda!" tegas Dian dengan menajamkan pandangan pada Leo.
"Cih! Perempuan gila." Leo beranjak dari tempat duduknya dan berlalu. Belum sempat juga berlalu kata-kata Dian membuatnya kembali menatap perempuan itu tajam.
"Laki-laki sinting," cibir Dian.
Leo menatap Dian dengan tajam.
"Apa liat-liat?" kesalnya kala Dian.
Laki-laki paruh baya itu memutuskan tatapan tajamnya dan kembali berlalu. Meninggalkan Dian di dalam ruangan pengecekan.
Dia mendudukkan diri dengan kasar di kursi kerjanya. Tubuhnya melemas, jujur ia memaksakan diri untuk menghadapi Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANNA • END • TELAH TERBIT
Ficção Adolescente"Gue kotor, Van. Gak papa kan gue peluk elo? Nanti gue cuciin baju lo, tapi kalo gak bersih-bersih maaf ya ...." #1 pelecehan #1 luka #2Kekerasa #2 pelecehan #3 pelecehan