JANGAN LUPA VOTE + KOMEN YA!
-
-
--
-
-Happy Reading gaes!
-Flash back-
"Cari tau siapa laki-laki yang telah melakukan ini semua!" titahnya pada beberapa orang yang berdiri di hadapannya.
"Baik tuan!" seru mereka bersamaan. Merekapun keluar dari ruangan itu, kini tinggalah sosok laki-laki berusia 40 tahun yang tengah mengepalkan tangannya.
-
-
-Sungguh, apa yang menimpa putrinya hari ini sangat menyayat hati.
Sudah cukup lama ia tak pulang ke rumah. Melepas rindu akan anak gadisnya. Meskipun keduanya hanya saling melirik, atau tegur sapa biasa. Namun itu cukup untuk melepas rindunya.
Berbeda dengan hari ini. Kala ia pulang sore ini, ia tak kunjung mendengar senandung riang gadis itu. Bahkan hingga larut malam seperti ini.
Hatinya gelisah, jiwanya berbisik buruk soal keadaan anak itu.
Leo, laki-laki itu tak henti-hentinya mondar-mandir di teras rumah. Lantaran gadis kecilnya tak kunjung pulang, padahal saat ini jam telah menunjuk pukul 11 malam.
Pesan yang ia kirim sejak 2 jam lalu juga tak kunjung dibalas. Jangankan dibalas, di lihat pun tidak.
Kepalanya semakin berisik, tanganya tak henti-hentinya bergerak gelisah. Deru nafas yang terus terdengar jelas membuatnya tak karuan.
Jam terus berputar, bahkan saat ini jam telah tiba di titik tengah dunia. Pukul 00.00.
"Ranna ... kamu kenapa belum pulang?" gumamnya seraya menatap gerbang utama yang terlihat sepi dan sunyi.
"Tuan, sebaiknya anda masuk saja. Ini sudah sangat larut. Angin malam tidak baik tuan," ucap seorang laki-laki muda yang menggunakan baju hitam. Itu Rey, bodyguard pribadinya.
Leo menghela nafas berat. "Tolong kamu hubungi Ranna. Siapa tau dia mau bales chat kamu," titahnya sembari berjalan masuk.
"Sudah tuan. Namun tidak ada jawaban," jawbannya. Leo berhenti dan memijat pelipisnya yang terasa pening.
Dimana gadis itu? Tak biasanya ia seperti ini. Bukan tak biasa, tapi sangat tidak pernah.
"Mungkin nona menginap di rumah temannya," timpal Azka. Ia salah satu bodyguard yang selalu mengikuti kemanapun Leo pergi.
Mendengar perkataan Azka, Leo cukup tenang. Mungkin saja, apa lagi Ranna hanya tinggal seorang diri tanpa teman.
Pasti ia merasa kesepian, dan ia putuskan menginap di rumah temannya. Itulah pikirannya detik ini.
Leo kembali melangkah. Namun, baru 2 langkah. Terdengar beberapa orang yang nampak panik dan cukup berisik memasuki pekarangan rumahnya.
Leo membalikan badannya. Melihat ke arah gerbang. Terlihat sekitar 4 orang bapak-bapak dengan menenteng tas berwarna putih dan biru.
"Siapa mereka?" Leo menyipitkan matanya menatap orang-orang itu.
"Tidak tau tuan," jawab Rey.
"Selamat malam pak," sapa seorang laki-laki yang menggunakan jaket hitam.
"Malam. Ada apa bapak-bapak datang ke sini selarut ini?" tanya Leo seraya mendekat. Kini kedua atensinya menatap ke barang-barang yang dibawa mereka.
"Lah? Ini punya anak saya. Di mana anak saya?" tanya Leo bingung, seraya mengambil tas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANNA • END • TELAH TERBIT
Teen Fiction"Gue kotor, Van. Gak papa kan gue peluk elo? Nanti gue cuciin baju lo, tapi kalo gak bersih-bersih maaf ya ...." #1 pelecehan #1 luka #2Kekerasa #2 pelecehan #3 pelecehan