Gelisah

6.3K 409 15
                                    

Brukk!

Tubuh Ranna dilempar begitu saja. Hingga terbentur dinding beton. Rasanya sangat sakit, saat ini gadis itu bisa merasakan bahwa kulitnya terluka karena gesekan lantai yang kasar.

Ranna meringis kesakitan. Tubuhnya benar-benar sangat sakit. Perlahan ia berusaha bangkit.

Plakk!

Plakk!

Tamparan kuat, mendarat di pipi mulus Ranna. Ia kembali tersungkur, tangisnya tak lagi mampu tertahan.

"Sakit ...." rintih gadis malang itu sambil terisak.

"Gue salah apa? Gue gak tau siapa lo?! T--tolong lepasin gue ...." Ranna memohon, tetapi sayangnya orang itu tak mendengar perkataan gadis malang itu.

Tidak hanya sampai memukul saja, ia malah menarik pakaian Ranna hingga robek. Ranna yang mendapatkan perlakuan itu memberontak.

"Lepas!!! Jangan lakuin itu!! Gue mohon ...TOLONG!!! Jangan!!"

"Mama!!! Tolong!! Abang ... tolong ...."

Pria itu melakukan aksi bejatnya. Seragam sekolah yang ia kenakan sudah tak tau bagaimana bentuknya lagi. Ranna sudah semaksimal mungkin mempertahankan kehormatannya. Dengan air mata sebagai bukti nyatanya.

Ia terisak, merintih. Malam itu dirinya benar-benar hancur, mahkotanya direnggut paksa oleh pria brengsek itu.

Cairan berwarna merah, berbau anyir mengalir dari setiap tubuh yang terluka. Ia di perlakukan kasar, tubuhnya penuh dengan lebam dan luka terbuka. Sangat tidak manusiawi.

Terdengar suara petir yang saling bersautan, ditambah kilat yang memancar masuk ke dalam gedung tersebut.

Cahaya dari kilat itu memperlihatkan sosok itu sangat jelas diingatkannya. Dengan sisa-sisa tenaga, Ranna masih terus berjuang untuk melawannya dan mempertahankan kehormatannya. Namun sayang, usahanya gagal dan ia tidak mampu mempertahankannya.

***

Pukul 03:00 dini hari. Pria itu meninggal tempat tersebut, ia tak memperdulikan Ranna yang masih di dalam gedung dengan kondisi yang sangat memprihatikan. Bak mayat tapi bernyawa, tubuhnya tak lagi bergerak tetapi matanya menatap kosong dengan derai air mata.

Disisi lain, Kavandra tengah berusaha keras untuk memejamkan netranya, sejak malam ia tak kunjung tertidur.

Padahal waktu sudah hampir masuk waktu subuh. Ia menghela nafas kasar, ia merasa mengantuk tetapi matanya tak kunjung ingin terpejam.

Ditambah perasaannya terus gelisah, dan terus terpikir dengan gadis itu.

"Aggh! Nih gue napa dari tadi kagak tidur-tidur sih?" kesalnya sembari mengusap wajah kasar.

Moodnya menjadi sangat buruk, ia kemudian bangun dan keluar dari kamar, terlihat rumah itu sangat sepi.

Ia melangkahkan kakinya menuju dapur, terdengar suara bising di sana. Pria itu melihat sosok yang tak asing baginya.

"Loh? Ngapain lu?" tanya Kavandra pada cowok tersebut.

"Mau makan," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya.

Kavandra hanya berde-oh ria. Kemudian duduk di kursi meja makan. Menatap pria itu. Ia adalah Rezza Mahesa Abiyanata, Kakak Kavandra.

"Lu ngapain ke sini?" tanya Rezza seraya membawa 1 piring berisi nasi goreng buatannya.

Kavandra mengusap wajahnya. "Enggak bisa tidur," jawabnya sembari memanyunkan bibir.

Rezza mengangguk sembari terus menyuapkan nasi goreng itu ke mulut.

RANNA • END • TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang