11. Menghapus Batasan

1.9K 252 124
                                    

Berhubung respons di chapter sebelumnya sangat amat positif menanggapi sistem update yang sebulan sekali. Kali ini, aku bawa Mr. J dan Moora naik ke permukaan lebih cepat 😁😁😁😁

Aku menerima segala keberisikan kalian dengan senang hati. Jadi, halal untuk memberikan cinta yang banyak buat lapak ini 😚😚😚

Harusnya chapter ini digabung sama acara lelang, tapi panjang sekali, gaes. 7000 words aja lewat. Jadinya, mau nggak mau harus dibagi dua demi kesehatan mata kalian 🤣🤣🤣

Happy reading~

Jisoo menikmati belaian lembut di pipinya, membiarkan jari-jari dingin sang Pimpinan Chimera menggoda dengan usapan lembut nan memabukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo menikmati belaian lembut di pipinya, membiarkan jari-jari dingin sang Pimpinan Chimera menggoda dengan usapan lembut nan memabukkan.

Dari tulang pipi, Hae-in beralih untuk mengusap bibir basah yang saat ini tampak jauh lebih menggoda setelah menyatu dengan bibirnya.

Masih dengan tatapan yang dipenuhi dengan kabut gairah, Hae-in mendorong ibu jarinya untuk menyelinap di antara bibir Jisoo. Pandangannya tidak lepas dari sang perawat, memeriksa setiap detik perubahannya, sambil menerka apa yang wanita itu pikirkan atas tindakan yang dilakukannya saat ini.

Jisoo membiarkan ibu jari Hae-in menyelinap memasuki mulutnya, menggigit ujung jarinya, kemudian mengisapnya untuk membalas godaan sebelumnya.

Hae-in terkejut, tapi tidak bereaksi banyak, apa lagi menarik jarinya untuk keluar dari mulut Jisoo. Laki-laki itu membiarkan selama beberapa saat dan menunggu apa yang akan Jisoo lakukan.

Tidak sampai 10 detik, Jisoo menarik tangan Hae-in untuk keluar dari mulutnya, kemudian menggenggam ibu jari laki-laki itu dengan sangat erat. "Maaf," katanya dengan penuh sesal.

"Untuk apa?" tanya Hae-in dengan alis berkerut bingung. Bukan ini yang laki-laki itu bayangkan akan Jisoo katakan setelah mengisap jarinya.

"Untuk semuanya."

Hae-in tidak mengerti. Samar-samar dia menggeleng, menunjukkan pada lawan bicaranya betapa dia tidak memahami pembicaraan ini.

"Terutama karena sudah jatuh cinta padamu." Bisikan Jisoo terdengar begitu halus, tampak seperti sedang mencoba untuk membuat Hae-in bertindak lebih padanya.

Memimpin sebuah kelompok gangster bukan berarti Hae-in berpengalaman untuk menghadapi pengakuan cinta seperti ini. Kalau boleh jujur, ini adalah pengakuan cinta pertama yang membuatnya terdiam selama beberapa saat.

"Kau jatuh cinta ... padaku?" tanya Hae-in memastikan. Sudut bibirnya terlihat menyeringai tipis, sangat tipis.

Jisoo mengangguk pelan, menjilat bibirnya dengan gerakan yang begitu lambat, dan membiarkan Hae-in mengikuti setiap pergerakan kecil yang dilakukannya.

"Aku tahu tidak seharusnya aku memiliki perasaan seperti itu padamu, tapi aku ...." Jisoo mengatupkan mulutnya ketika kata yang ingin dia ucapkan tersangkut di ujung tenggorokan. "Entahlah, Mr. J, aku ... aku tidak tahu harus mengatakannya dengan cara seperti apa."

Adorable J [Haesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang