04. Tipe Ketiga

1.8K 362 117
                                    


HOLAAAAA, LONG TIME NO SEEEEEEEEEEEE

Hohoho, siapa yang rusuh banget nungguin Mr. J sama Moora sampai bolak balik cek wattpad? Hahaha

Happy reading~


Pagi-pagi sekali Hae-in sudah melakukan terapinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Hae-in sudah melakukan terapinya. Karena laki-laki itu mengalami koma dalam jangka waktu yang cukup lama, maka otot-otot tubuhnya perlu diregangkan secara perlahan. Hal-hal yang dulunya terasa sangat mudah baginya, kini harus dilakukan dengan perlahan.

Dibantu perawat—palsu—nya, Hae-in memulai terapinya pagi ini. Wanita itu memantau sang pimpinan Chimera yang tengah meremas squishy untuk membantu menemukan kekuatan cengkeramannya.

"Ini sama sekali tidak menyenangkan," keluh Hae-in seraya melepaskan mainan itu dari genggamannya. Dia merasa dirinya terlihat seperti orang bodoh karena harus melakukan hal itu.

Jisoo mengambil squishy berbentuk donat itu dan memaksa Hae-in untuk menggenggamnya lagi. "Karena yang sedang kau lakukan saat ini adalah terapi dan bukannya bermain. Jika kau ingin bersenang-senang, maka pulihkan dulu tubuhmu," ocehnya dengan senyum yang dipaksakan.

Sebagai perawat, tentu dia harus memberikan suntikan semangat pada sang pasien yang tampaknya tidak memiliki semangat untuk melakukan terapi, tapi jelas tidak sabar untuk kembali mengambil alih tugasnya sebagai pimpinan Chimera.

Hae-in menatap Jisoo. Tangannya yang dipaksa menggenggam squishy berada dalam genggaman tangan sang perawat, sementara Jisoo berusaha meyakinkan Hae-in untuk kembali melatih cengkeramannya melalui tatapan yang terlihat setengah memohon.

"Apa kita pernah bertemu sebelum ini?"

Senyum yang mati-matian Jisoo tampilkan di depan Hae-in lenyap seketika. Mendadak wajahnya tampak gugup, dengan sorot mata yang tampak gelisah.

"Tidak." Jisoo membantah lewat gelengan kaku. "Aku tidak merasa pernah bertemu denganmu sebelum ini."

Hae-in mendesis. Laki-laki itu sedang memikirkan bagaimana dia bisa merasa seakrab ini dengan wajah Jisoo, padahal dia melihatnya belum lebih dari 24 jam.

"Kupikir itu sekitar tiga atau empat tahun yang lalu," Hae-in menambahkan, bahkan ketika Jisoo sudah memberikan bantahannya. "Yang jelas sebelum aku koma."

Wajah Jisoo menunjukkan kebingungan yang sangat kental, sementara batinnya mengumpat dengan serangkaian sumpah serapah karena wajahnya masih tersimpan di dalam ingatan Hae-in.

Sial.

Apa ketakutan Jisoo benar-benar akan menjadi kenyataan? Bagaimana kalau Hae-in masih mengingat wajah sosok yang menembaknya tiga tahun lalu?

Jika hal itu terjadi sebelum misi terakhirnya selesai, maka tidak akan pernah ada kesempatan bagi Jisoo untuk menikmati kehidupan bebas yang diidamkannya.

Adorable J [Haesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang