Hurt Then Come Warm

423 34 3
                                    

Bug!

Suara seseorang terjatuh ke lantai. Gadis tersebut meringis pelan ketika ia lagi-lagi harus merasakan sakit batin dan fisik dari orang-orang yang ia sayangi. Ia menggigit bibir bawahnya menahan perih di hati yang tak terkira sudah berapa kali teriris setiap saat.

"Gue udah gak tahan! Gue bakal laporin lo ke papa dan kakek, gue malu punya saudara kayak lo yang bener-bener berhati iblis!"

Itu adalah suara dari kakak ketiga nya yang adalah seorang laki-laki.

"Mendingan lo keluar dari keluarga Abraham, bikin malu aja lo nyandang nama Abraham!"

Dan itu adalah suara saudara kembarnya yang seorang laki-laki pula. Perkataan terakhir itu benar-benar membuat gadis tersebut kembali sakit hati. Kali ini benar-benar sakit, seolah-olah sebentar lagi ia merasa akan mati rasa. Seolah-olah nanti ia merasa lebih baik tak dilahirkan ke dunia. Seolah-olah ia ingin cepat-cepat bertemu sang ibu.

Ibu..apa salahku sehingga mereka selalu memperlakukanku seperti ini?? Selama ini aku selalu berusaha baik kepada mereka tetapi mereka semua malah semakin membenciku,,apa yang harus kulakukan?! Semakin lama aku merasa cahaya yang ada di depanku, yang tak bercahaya terang malah menjadi sangat redup dan sebentar lagi menghilang..

Gadis itu hanya diam selama beberapa menit hingga bel sekolah berbunyi menandakan kelas kembali di mulai usai jam istirahat.

Tap tap

Seorang gadis mendekatinya, ketika ia mendongak ia malah mendapatkan tamparan yang kembali menyakiti hatinya yang sudah retak.

Plak!

"Elina udah berhati baik maafin lo, tapi lo kenapa malah makin menjadi-jadi dan lihat? Sekarang Elina koma di rumah sakit gara-gara lo!" bentak gadis itu.

"Gue malu punya sahabat kayak lo, Cha. Sorry mulai saat ini hubungan persahabatan kita putus" ucap yang satunya lagi sementara yang satu hanya diam menatap kejadian itu.

Ketiganya pun berlalu meninggalkan gadis itu yang tengah mengepalkan kedua tangannya, hingga kuku jarinya menusuk kedua telapak tangannya itu. Berusaha menguatkan diri, untuk yang terakhir kalinya ia mampu menguasai dirinya dan berdiri seolah-olah tak ada hal yang buruk menimpa nya. Dengan tatapan dingin ia meninggalkan ruangan yang disebut sebagai kantin sekolah itu dengan tatapan-tatapan sinis dan menjijikkan dari semua penghuni sekolah.

Sementara itu, seorang gadis bersurai hijau dengan rambut sebahu nan bergelombang diujungnya, diam berdiri di balik dinding dengan sebuah buku yang terbuka di tangan kanannya. Netra hitam pekatnya fokus membaca buku tersebut. Setelah gadis yang terkenal sebagai ratu pembully itu lewat, ia menutup bukunya kemudian keluar dari balik dinding tersebut.

Menatap datar ke arah surai putih yang panjang tergerai tersebut. Ia sadar pemilik surai putih itu terkadang meringis pelan, berusaha terlihat baik-baik saja, berusaha kuat agar ia tak mudah dijatuhkan ke dalam jurang kegelapan, yang membuatnya merasa semakin sakit dan tentunya gadis pemilik surai putih itu sangat membenci pengecut. Di balik bukunya, ia tersenyum lalu bergumam.

"Cahaya yang selanjutnya tak akan pernah meninggalkanmu, Charlotte Freyya Abraham."

Kurasa sudah saatnya aku memperlihatkan eksistensiku kepada dunia. Sebagai cahaya Charlotte-ku yang terkasih.

"Fufufu, aku tak sabar menjadi cahaya itu dan melindungimu..kucing kecilku~"

Ucapnya kemudian meninggalkan tempat ia berdiri. Tak sabar memungut kucing malang tersebut dan memberikan kasih sayang yang tak terkira.

Ketika Charlotte memilih kembali ke mansion, ia malah mendapati dirinya kali ini kehilangan cahaya.

"Pergi! Mulai saat ini anda bukanlah bagian dari Abraham! Pergi anda!"

The New Light For Ex-AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang