Tak terasa masa semester telah terlewati. Selama beberapa bulan itu, Freya mengalami perubahan nasib yang bagus. Memiliki kakak yang penyayang dan selalu peka akan keadaannya.
Ting Tong
Siapa sih? Malam-malam gini kok bertamu!
Klek
Terlihat seorang perempuan berpakaian kasual dengan senyum hangatnya. Surai merah yang ia ikat satu dibelakang.
"Kenapa kamu datang kemari?" tanya Freya heran.
"Bolehkah aku datang bertamu?"
Freya mengerutkan keningnya. Orang ini kan sudah bertamu, kenapa malah bertanya hal yang sudah terjadi?
Netra emas Elina menatap ke arah wajah Freya yang terlihat heran. Elina hanya bisa tersenyum. Padahal dalam hati ia sangat-sangat malu.
Kenapa ia tidak peka? Aku kan hanya berbasa-basi! Aku hanya datang kemari untuk melihatnya karena rindu..
Freya mundur selangkah, lalu mempersilahkan Elina masuk. Dalam hati, ia bersorak dengan gembira.
Sementara itu, di sebuah rumah terlihat dua orang perempuan yang berbeda generasi tengah duduk berhadapan di ruang tamu. Kedua orang itu adalah Dea dan seorang wanita bersurai merah, yang tidak lain adalah ibu Elina. Dea terlihat tengah serius membaca kertas-kertas yang tengah ia pegang. Terlihat juga beberapa dokumen yang tertata di atas meja tamu.
Sementara wanita itu, Laura. Ia lebih asyik memandangi gadis di depannya yang terlihat fokus membaca dengan kacamata bulat yang bertengger di hidung gadis itu.
Dea telah selesai membaca kertas-kertas tersebut.
"Kerja bagus, Laura. Saya sangat puas dengan pencapaianmu. Bukti-bukti ini mampu menyeret keluarga biadab itu ke dalam sel penjara.
"Ahaha~ Saya bekerja sesuai dengan gaji yang anda berikan. Tetapi.." Laura menggantungkan perkataannya, membuat Dea peka akan sesuatu.
"Anda tidak perlu khawatir, saya akan menambahkan gaji Anda bersama Elina berkali-kali lipat"
Laura terdiam sejenak. Kali ini ia menatap dengan datar ke arah Dea.
"Saya sudah memiliki banyak uang"
"Memangnya apa yang Anda inginkan?" tanya Dea langsung.
Akhirnya Laura menampilkan senyum miringnya. Ia berdiri dari sofa dan bergerak begitu saja. Beberapa langkah dari suara sepatunya terdengar hingga akhirnya kakinya berhenti di dekat Dea tengah duduk. Tangan Laura terlihat menarik kerah baju Dea.
"!!"
Dua wajah yang saling berdekatan. Tangan Laura dengan mulusnya melepas kacamata yang bertengger di hidung Dea, lalu menaruhnya di atas tumpukan dokumen.
"Saya maunya bonus batin~"
Tatapan mata Laura yang terlihat mulai berkabut sedangkan Dea yang hanya menatap datar ke arah Laura. Namun sedetik kemudian Dea menyeringai lalu menyentuh pipi kanan Laura dan mengelusnya perlahan.
"Anda ini...---perlahan tangan Laura menyentuh tangan Dea yang tengah mengelus pipinya.
Tatapan matanya terlihat begitu mendamba ke arah sang pemilik tangan yang tengah mengelus pipinya.
--..murahan ya"
Bersamaan Dea mengatakan itu terlihat wajah Laura yang memerah. Bukan karena marah, melainkan senang. Bahkan ia tersenyum dengan lebar, seakan telah mendapatkan jackpot. Apakah ada yang salah dalam diri wanita itu??
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Light For Ex-Antagonis
Genç KurguSetelah semua kesakitan yang ia dapatkan, Charlotte Freyya Abraham berhenti menjadi bagian dari Abraham. Dengan kata lain ia dikeluarkan dari keluarga Abraham secara tak terhormat. Dealiza Peonita. Gadis yang tiba-tiba muncul ketika Charlotte berad...