Bunga Yang Mekar

144 18 2
                                    

Surai merah yang panjangnya sepinggang gadis tersebut terlihat mencolok di mata banyak orang. Elina sendirian melewati koridor kelas dengan tenang. Tanpa menyapa siapapun yang melewatinya maupun yang melihatnya. Elina yang aneh.

"Syukurlah Elina telah siuman dari komanya"

"Kok gak ada nyapa kita-kita ya?"

"Kudengar-dengar dia lagi amnesia"

"Eehh? Apa separah itu sampai-sampai sikapnya ikutan berubah?"

Bisikan disekitar Elina menjadi latar musik Elina berjalan menuju kantin.

Tap tap tap

"Elina!"

Seorang gadis yang tadi bertanya mengenai Elina muncul dari arah belakang Elina. Gadis tersebut ialah Ara sahabat Elina. Surai coklat pudarnya yang diikat satu itu, terlihat bergoyang ke kanan dan kiri. Netra coklat caramelnya menatap lurus ke arah Elina.

Elina memilih berhenti kemudian berbalik dan melihat Ara yang sekarang berhenti di depannya dengan nafas yang ngos-ngosan. Menaikkan salah satu alisnya, Elina membatin.

Apa yang si muka dua ini inginkan lagi?

"Hah..hah..fyuhh terkejhar jugha!"

"Kenapa lari?"

Elina mencoba meladeni Ara.

"Selain Elina, aku tidak punya teman lain di sekolah ini. Kau tahu sendiri kan penyebabnya?"

Hanya melihat Ara, namun Elina sudah tahu jika Ara tak se-murni diawal pertemuan mereka.

Salah satu yang paling dikejar manusia di dunia ini..kekayaan..

Uang bahkan mampu mengubah Ara. Jika Elina tidak menjalankan misi yang sangat merepotkan itu, ia tidak akan pernah menerima Ara. Dan tentunya ia tidak akan pernah bertemu dengan Freya.

"Keadaanmu yang bagaimana? Aku saja hanya tahu namamu sekarang"

Balasan Elina mampu membuat Ara kembali ke kenyataan. Kenyataan bahwa sumber kesenangan duniawinya telah mengalami amnesia.

Berarti..aku harus berusaha mendekatinya lagi? Apakah akan berhasil? Sifatnya telah berubah 180°!

"A-ah..maafkan aku..aku baru saja melupakan fakta besar itu"

Tersenyum tipis, Elina kembali melanjutkan perjalanannya. Meninggalkan Ara yang tengah menatap surai merah Elina dengan tatapan datarnya.

"Perubahan yang benar-benar merepotkan.."

Bug

Shit! Siapa sih yang sok nabrak gu---

Surai hitam diikat satu dengan kacamata yang bertengger di hidung orang itu. Netra ungu terlihat dari kacamatanya. Gadis itu membawa lembaran kertas yang lumayan banyak di pegang oleh kedua tangannya.

"Ah..maaf, aku terburu-buru"

...e..

Ketika suara lembut gadis itu terdengar di pendengaran Ara, entah kenapa dia merasa dunia terasa sejuk dan bunga dengan beragam warna, bermekaran di sekitar gadis yang baru saja menabraknya. Dan itu membuat Ara menjadi diam berdiri sementara gadis berkacamata itu mencoba menyadarkannya dengan melambaikan satu tangannya di depan wajah Ara.

"Eh? Kenapa??" akhirnya Ara sadar.

"Apa kamu marah karena telah ditabrak olehku? Aku terburu-buru jadi aku minta maaf, kalau begitu tunggu aku di kantin, aku akan mentraktirmu sebagai permintaan maafku." kata gadis tersebut dan Ara masih belum mampu membaca situasi yang ia alami saat ini.

The New Light For Ex-AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang