1

57 1 0
                                    


"Tangkep anjir! Astaga Ruto! Lemah banget sih lu. "

Justru Haruto yang keheranan karena perempuan satu ini seperti tak mengenal rasa lelah.

"Lu yang ga normal anjir! Dah ah gua mau balik laper, capek, gua masih normal. " Lelaki itu melangkahkan kakinya sembali mengambil tasnya di lapangan itu.

"Besok renang yuk. Udah lama gak renang. " Ujar perempuan tadi yang sudah menyusul Haruto sekarang.

"Rin! Capek dikit napa?! Gak gak gak, besok gua mau ke tempat Kak Yoshi. Lu renang sendiri aja. "

Perempuan itu malah terlihat antusias dengan mata berbinar.

"Ngga ngga. Gua ikut lu ke tempat ka Yoshi. "

"Katanya mau renang. "

"Ngga jadi. Mau ke tempat Kak Yoshi aja. Napa? Gamau ngajak? "

"Sewot banget. Ikut mah ikut aja. Biasanya juga lu yang ngintilin. "

"Heleh. Gua ngintilin lu kalau gabut aja ya. "

"Ya lu gabut tiap saat siti badriah! "

"Lu astaga, nama orang tuh lu sebut sebut, berdosa lu. "

"Gua karetin juga mulut lu. "

Mereka benar benar berdebat hingga sampai ke pintu rumah masing masing. Rumah mereka bersebelahan, jadi sudah dari kecil keduanya bermain bersama hingga sekarang.

"Gua yang ganjil. "

"Iyaa! Gua genap. "

Mereka bersepakat untuk mengerjakan PR matematika kerja sama. Arin mengerjakan yang ganjil dan Haruto yang genap, lalu mereka akan membaginya saat malam hari di pos.

Setelah makan malam keduanya pergi keluar dengan menenteng buku dan alat tulis di tangan mereka. Tak lupa juga jaket yang akan menemani malam mereka di pos.

"Eh nak Arin, nak Ruto, lagi kerjain PR? " Tanya seseorang yang kadang memang suka ikut bergabung.

"Iya nih kang. Tinggal nyalin si, tadi udah di kerjain di rumah. Aku ganjil, Ruto genap hehe. "

"Jangan gitu doang atuh. Kalau ada yang sama sama ga ngerti tanyain ke yang ngerjain soal biar dua duanya paham. "

"Santai kang ruto mah udah tamat pelajaran matematika di sekolah. Ruto cuma bantu Arin. "

"Jangan percaya kang. Ruto tukang halu. " Haruto mendapat geplakan halus di paha dari Arin.

"Haha yaudah yaudah jangan pulang kemaleman ya. Nanti mamah mamah kalian harus nyusulin kan kasian. "

"Siap kang! " Jawab mereka berbarengan.

PR sudah selesai. Walaupun sudah makan malam tetap saja kan, anak SMA butuh yang namanya jajan. Jadi setiap ada tukang dagang yang lewat mereka akan menghampirinya walaupun hanya beli seporsi berdua agar bisa lebih bervariasi jajannya.

Haruto terlihat memijiti kakinya membuat Arin kembali geleng geleng kepala.

"Kenapa lu? Pegel lagi? "

"Gara gara lu nih. Olahraga mulu tiap pulang sekolah. Kan gua capek. "

"Lu masih muda ruto.. Masa gitu doang capek. Yang ada enak ke badan jadi bugar. "

"Gua remaja jompo sialan. "

"Ya makanyaaa biar kaga jadi remaja jompo biasain olahraga. Lama lama badannya kebiasa kok ntar bisa aja. "

"Iya gua bisa. Bisa mati anjir! "

"Olahraga bikin sehat bukan bikin mati Hartono. "

Haruto menerjang Arin. Niatnya sih ingin mengunci tangannya tapi malah ia yang kini posisinya di bawah. Arin dilawan..

Chingujiman Chinguneun AnniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang