"Sue gua dikatain gabisa main. Lah dia aja baru ngekill berapa anjir, sialan mana manggil gua dek dek. Gua bukan adek lu anjir! " Teriaknya emosi."Sabar kalau lu kebawa emosi lu kalah sama bocil. Udah biarin aja, paling bocil itu. " Ujar Haruto.
"Eudora gabisa main. " Arin membacakan komentarnya lagi.
"Sialan! Arghh! Belum gua gorok tuh anak. Ruto! Lu juga sini bantuin gua jangan solo terus, gua gajago pake Eudora. "
"Iya iya bentar. " Haruto mengarahkan stiknya menghampiri hero perempuan itu.
"Jangan jadiin gua tameng juga anj. "
"Ya maaf, abis gua takut ke kill lagi! "
"Hihhh marah marah mulu. Abis ini dahlah jangan main dulu, istirahat. "
"Iya abis ini udah dulu. Ntar tunggu yang lain on aja. " Jawab Arin.
Turret mereka sebentar lagi akan habis. Lagi lagi yang memakai hero hanzo membuat perempuan ini kembali kesal karena dibilang tak bisa main, dan di setujui yang lain.
"Iya dah gua emang gajago." Kali ini ekpresi Arin terlihat sedih.
"Hanzo bisa MVP ngga? Songong amat."
Mata Arin berbinar saat membaca komentar Haruto membelanya. Mulai saat itu mereka diam, semangat Arin pun kembali dan akhirnya, Victory!
Sepertinya komentar sedikit dari sang legend membuat mental bocil itu ciut. Bahkan ia langsung keluar tanpa babibu lagi. Dan yang lebih lucunya, Arin lebih tinggi skornya dibanding bocil sombong itu.
"Tumben banget nih anak bela gua. "
"Abis lu marah marah mulu berisik ganggu. "
"Hehe."
Haruto menyipitkan matanya ke handphone Arin dan ingin marah saat melihat Arin menerima undangan dari Mashiho.
"Katanya istirahat dulu. "
"Tapi ini Mashiho ngundang, masa gua tolak. "
"Lu mah bukan gaenakan. Bilang aja pengan mabar sama Mashiho. "
"Tuh tau, lagian dia kalau main suka jadi hero buat gua. "
"Kasian skillnya jadi kehalang beban."
"Apa?! Sialan lu ya! "
Alhasil Arin tak jadi main malah mengejar Haruto yang tadi langsung lari. Lalu apa? Mereka bertemu Miya yang sedang lari pagi.
Perempuan itu terlihat terkejut melihat kedatangan Haruto. Lelaki itupun tak kalah terkejut karena bingung harus bersikap seperti apa.
"Haii.. Kamu olahraga? " Untungnya anak tak peka ini menyapa Miya duluan.
"Iya rin, kalian juga? "
"Olahraga tangan hehe alias ML. Eh.. Ehh.. Nah kan gua jadi lupa masuk ke undangan Mashiho. Lu sihh! "
"Dih nyalahin. " Haruto berbalik arah tanpa menyapa Miya.
"Lanjutin olahraganya sampe ketemu besok di sekolah! " Teriak Arin sambil kembali menghampiri Haruto.
"Lu kenapa? Nyesel nolak Miya? " Arin berjalan mundur di hadapan Haruto. Tak usah di tanya, anak itu memang aneh.
"Engga elah. "
"Btw, gua tau kita sering berantem.. "
Haruto menghentikan langkahnya dan menatap Arin yang tiba tiba membicarakan 'kita'.
"Tapi seburuk itukah gua di mata lu sampe lu ga cerita apapun tentang 'seseorang' yang lu maksud hah?! Cih. Gua juga kan penasaran. "
Lagi lagi apa yang Haruto harapkan dari anak tidak peka macam ini. Ia kira Arin akan berkata apa, ternyata benar benar tak peka jika 'seseorang' itu dirinya.