"Rin.. Aku boleh tanya sesuatu? ""Tanya aja tanya ajaaa aku suka di tanya tanyaaa. " Mata Arin berbinar.
"Kata yang lain kamu sakit hati, beneran hati, bener? "
"Iyap! Bener! " Miya keheranan kenapa Arin menjawab dengan ceria.
"Padahal kamu ceria, kok bisa.. "
"Dulu aku nakal berandal. "
"Jadi kena karmanya sakit liver gitu? "
"Ih ngga gitu juga.. "
"Eh iya, kalau kamu ngga mau cerita aku ngga maksa kok. "
"Karena kita otw deket aku ceritain ya. Aku yakin kamu orang baik.. Ngga akan cepu. Eh lagian siapa yang tertarik sama kisah penyakit coba? "
"Arin.. Aku ngga akan cepu kok.. "
"Dulu, tepatnya SMP, aku lagi ada di posisi sok sok an nyari jati diri. "
"Sebelum kenal yang lain aku sama Haruto emang udah deket kan dari kecil. Haruto sendiri, waktu itu udah capek buat larang aku main keluar malem. "
"Waktu itu masih ada ayah, aku ngga suka liat ayah sakit sakitan jadi aku ngga betah di rumah. Aku ngga tega.. "
"Di satu malem, aku dapet kabar ayah meninggal. Dan banyak yang nyalahin aku. "
"Kenapa kok jadi salah kamu.. " Miya menggengam tangan Arin.
"Karena aku dianggep jadi beban pikiran buat ayah. Bahkan waktu itu, bunda sama Haruto juga ngga suka aku. Udah ayah pergi, orang orang di sekitar aku juga pergi, aku stress.. "
"Aku sering ngga bisa tidur. Sering nangis, sering ngerasa kaya 'apa aku mati aja? ' tapi aku ngga berani kalau harus bunuh diri. Aku cuma nahan, nahan, sampe aku sakit sendiri. "
"Karena aku sakit bunda balik lagi, Haruto juga datang baru nyeritain semua yang dia rasain. Dia juga kesel ke aku katanya ckk. "
"Singkat cerita aku sembuh, tapi.. Aku kecanduan yang namanya obat. "
"Pas sakit, aku bisa tidur nyenyak berkat obat itu. Jadi awalnya aku coba gunain obat itu buat tidur. Lama lama, setiap stress atau sakit apapun aku juga minum obat, aku kecanduan."
"Tau ngga? Dunia aku waktu itu.. Sunyi.. Sepiii banget. Walaupun bunda sama Haruto udah ngga diemin aku, aku masih ngerasa sendiri. "
"Pas SMA, diii hari pertama masuk sekolah. Aku muntah darah, terus pingsan. Pas temen temen bawa aku ke rumah sakit, katanya liver aku rusak. "
"Sekarang aku udah ngga suka minum obat lagi kok. Bukan karena ngga mau, tapi aku harus tahan. Dokter bilang, selama aku jaga pola makan, minum banyak air putih, ngga akan kambuh. Cuma yaa emang kadang perut aku sakit sesekali. "
"Arin.. Kamu anak kuat. " Miya tiba tiba memeluknya. Arin juga terlihat menahan tangisnya di pelukan Miya.
Tak ada yang ingin terkena penyakit. Walaupun dari luar Arin terlihat ceria, namun tetap saja perempuan itu khawatir akan hidupnya. Ia kerap kali berfikir, apa penyakit ini akan membawanya ke kematian? Ia takut itu terjadi padanya.
"Aku bener bener sembuh, sadar dari depresi, pas mereka semua datang buat rangkul. Aku bakal nutup diri tanpa adanya mereka. Percaya ngga percaya, dulu mereka manis banget. Sekarang? Boro boro astaghfirullah. "
"Mereka berarti banget di hidup kamu.. "
Arin mengangguk sambil tersenyum ceria. Miya sendiri iri dengan sikapnya yang sangat ceria setelah mengalami depresi. Menurutnya Arin keren, tak banyak yang ingin berusaha sembuh dan malah tenggelam dalam pikiran kalutnya.