18

3 0 0
                                    


Perlahan mata itu terbuka melihat sekitarnya. Kepalanya sakit karena rekaman video di kepalanya terasa terus memutar semua kenangan yang ia lupakan.

"Bunda.. Bunda di makamin di mana.."

"Kita kesana setelah kamu sembuh ya sayang.. " Pantas saja kepalanya nyaman. Perempuan yang juga ia anggap ibu sendiri tengah mengusap ngusap kepalanya sambil menahan tangisnya.

"Mamah, Ruto sama Airi sehat? " Yang ada disana tak bisa menyembunyikan sedih sekaligus bahagianya melihat Arin disini.

"Kita semua sehat sayang, kamu tinggal dimana? " Arin tak menjawab, hanya diam menyesali semua perbuatannya.

"Jay.. Mana Jay? " Arin mencari handphonenya ingin langsung menelpon Jay.

"Arin boleh sendiri dulu? Mau nelpon temen. " Haruto mengangguk dan segera pergi keluar walaupun hatinya tak tenang. Ia ingat dengan jelas mendengar kata bunuh bunuh diantara nama Jay.

"Rin lu udah sadar?Maafin gua.. Gua ngga maksud nyakitin lu. "

"Gua gapapa, justru gua khawatir sama lu, lu ngga di marahin Ketua kan? "

"Engga.. Lu bener. Daddy gua ngelakuin sesuatu ke otak lu, Arin gua, gua mau pergi darisini. Gua juga mau tobat.. "

"Lu tau darimana Jay. "

"Daddy sengaja buat lu inget keluarga lu. Dia pengen tau seberapa parah hilang ingatan lu. "

"Jahat hiks.. Jay hiks.. Selama ini gua cuma pionnya padahal.. Gua kira Ketua bener yang nyelametin hidup guaa.. "

"Gua minta maaf atas nama daddy gua.. Tapi jangan senggol daddy, daddy bilang kalau lu cari masalah keluarga lu bisa ke babat semua. "

"Lu datang kesini. Lu jadi orang yang nemuin gua pas gua di culik. Lu yatim piatu. Intinya ubah ceritanya jadi, lu yang nyelamatin gua. "

"Emang keluarga lu bakal percaya? "

"Semoga.. "

'  '  '

Hanya ada Haruto dan Arin di taman rumah sakit. Keduanya hanya diam menatap langit biru yang begitu indah. Padahal banyak sekali pertanyaan demi pertanyaan yang keduanya simpan selama ini.

"Ruto, lu kuliah dimana? "

"UNPAD, jurusan tekhnik Kimia satu fakultas sama farmasi. "

"Keren. " Arin tersenyum tipis. Ada rasa iri di dalamnya karena kini ia tak bisa lagi mengejar impiannya.

"Lu.. Selama ini ada dimana? "

"Nanti ada temen gua yang jelasin. " Jawab Arin tenang.

"Hari lu di culik, apa yang terjadi sama lu, kenapa lu bisa hilang ingatan selama ini? "

"Gua ngga inget apa apa. "

Haruto membuang nafasnya perlahan. Terlihat jelas Arin tau hanya saja tak ingin menceritakannya.

"Tadi, gua, mamah sama Airi mau di bunuh sama yang namanya Jay kan? "
Tubuh Arin menegang. Kenapa ia sadar kalimatnya?!

"Ruto.. "

"Rin! " Panggil seseorang dari kejauhan dengan tas besarnya.

"Yang nembak lu itu, dia kan? "

Jay mendekati keduanya dan segera mengecek kondisi Arin.

"Lu gapapa? Sorry.. "

"Udah gua duga. " Haruto berdecak kesal mencengkram kerah Jay.

"Abis nembak Arin lu datang kesini? Ngga ngerasa bersalah lu?! "

Chingujiman Chinguneun AnniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang