"awsh,sakit ka ih jangan di teken"ringis aluna kala Agraha menekan luka sobek akibat tamparan yang tak main-main dari Theo.
"Gue bersumpah bakal habisin Lo Theo,Lo udah nyakitin cewe gue brengsek"agraha membatin dengan tangan kiri yang terkepal kuat dan sorot mata yang begitu tajam.
"Makanya kalo gue ngomong dengerin,Lo masih punya kuping kan?"sewot agraha dengan tangan menuangkan betadin lalu ia pun segera menempelkan kapasnya ke wajah Aluna yang terdapat luka di sudut bibirnya dan sedikit menekannya.
"Aw bisa pelan-pelan gak sih,gak ikhlas banget ngobatinnya"gerutunya seraya menepis tangan Agraha yang berada di pipinya.
"Makanya kalo gue ngomong dengerin Anna" tekannya dengan sedikit meninggkan suara kala Aluna tidak menyauti ucapannya tadi.
"Iya maaf,ini juga di dengerin ko,jadi gausah ngomel lagi ruwet aku dengernya"jawabnya dengan muka di tekuk dan menggeserkan tubuhnya agar sedikit jauh dari hadapan agraha
Agraha yang melihat Aluna menahan kesal dan sedikit menjauhkan badannya pun segera menarik kembali tangan aluna agar ia lebih leluasa untuk mengobatinya"Sini deketan lukanya belum selesai dikit lagi"ujarnya sesabar mungkin.
"Gak mau"
"Sini atau gue bikin muka Lo tambah ancur? gausah pancing emosi gue anna,gue orangnya emosian"ancamnya dengan tatapan tajamnya yang seketika membuat nyali Aluna menciut.
"Ish,yaudah iya,tapi gausah di teken,sakit"
agraha yang mendengar itu hanya bisa mendengus pasrah dan aluna pun segera menggeser tubuhnya lebih dekat lagi dengan agraha agar cowok pemaksa di depannya ini lebih mudah untuk mengobati luka dia wajahnya."Udah"
"sana gih ambilin gue minum"ujar agraha yang telah selesai mengobati dan iapun mendorong- dorong tubuh Aluna agar segera beranjak dari duduknya.
"Gausah dorong-dorong juga ih"dumelnya lalu ia pun segera beranjak dari duduknya menuju arah dapur Dengan kaki di hentak-hentakan.
Agraha yang melihat gadisnya cemberut hanya terkekeh geli di buatnya Sebelum Suara ponsel Aluna yang dapat mengalihkan perhatiannya dan ia segera mengambil handphone yang tergeletak di atas meja itu dan sedikit melihat ke arah dapur sebelum ia membukanya.
'tringg'
"Nomor tidak di kenal?"gumamnya dengan dahi berkerut dan ia pun segera membuka aplikasi WhatsApp yang untungnya tidak memiliki password.
08231xxxx
"Pembunuh"
Agraha yang membaca itu pun seketika mematung dengan pikiran yang campuraduk 'siapa dia?dan apa maksudnya pembunuh 'pikirnya'.Tak mau ambil pusing ia pun segera menyalin nomor itu di handphonenya dan segera menghapus pesan yang ia terima tadi.ia takut gadisnya membaca pesan dari nomor yang tak ia kenal.dan ia juga takut gadisnya jadi banyak pikiran yang berujung sakit.
Agraha yang mendengar suara seseorang berjalan ke arahnya segera menyimpan kembali handphone Aluna ke tempat asalnya.
"Habis Ngapain hayo?"tebaknya dengan tangan menyodorkan jus jeruk
"kenapa emang?"bukannya menjawab pertanyaan Aluna agraha malah balik bertanya dengan alis terangkat satu.
"Gak papa"jawabnya seraya mengambil ponselnya yang terletak di atas meja.
"Kenapa gak pake password?"tanya agraha
"Hah"cengo Aluna yang tidak mengerti kemana arah pembicaraan agraha.
"Hah,hah,hah,budeg banget sih Lo"sentak agraha yang mulai geram akan tingkah gadisnya yang mode lemot.
"Maksudnya kenapa handphonenya gak pake password Anna?emang gak takut di bajak hm" jelasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRAHA
Teen Fiction-Hidup dengan cinta memang menyenangkan tapi cobalah hidup tanpa adanya cinta pasti menenangkan- Jika tidak bisa memelukku,maka peganglah ingatanku dengan hormat.dan jika aku tidak bisa berada dalam hidupmu setidaknya biarkanlah aku hidup di hatimu...