Part 3 (hari yang buruk)

2K 59 4
                                    

Pagi yang cerah di kediaman Dion, matahari bersinar menyinari semesta. "Dion, bangun Nak udah jam 6.40. Dion kan jemput Al lagi jadi harus cepat, Nak," ucap mamaknya Dion dengan lemah lembut sambil menggoncang badan Dion.

"Iya Mommy. Dion bangun, loh," jawab Dion. "Ahhh, malas banget gue sekolah," ucap Dion sambil membangunkan tubuhnya dari tempat tidurnya. Dion pun berjalan ke kamar mandi, tidak lupa juga dia mengambil handuknya.

Selesai Dion mandi dan berpakaian dia tidak lupa memakai minyak wangi (Lanvin Modern). "Ganteng juga gue ditengok-tengok."

"Dionnn, ada teman kamu nih yang mau jemput kamu. Cepat turun!" teriak ibunya Dion sambil berjalan ke dapur.

"Iya Mommy, Dion turun. Ha, teman gue siapanya? Al nggak mungkin, dia aja selalu gue jemput. Siapa, sih?" Dion berjalan menuruni tangga satu demi satu, Dion sudah kepo setengah mati siapa yg datang ke rumahnya pagi pagi buta pas dia mau sekolah.

Alangkah terkejutnya Dion melihat muka orang yang datang ke rumahnya pagi-pagi. "Kauu!" Dia siapa ya pikir Dion. Mukanya nggak asing, deh? Macam pernah tampak di mananya pikir Dion serius. "Siapa ya?" kata Dion penasaran.

"Kamu nggak ingat calon suami kamu sendiri, Baby?" Kevin tersenyum manis melihat wajah sih cantik itu terkejut.

Dion yang terkejut mendengar apa tadi? Suami siapa, orang jelek ini? Mana mau Dion sama orang jelek. "Maaf ya Om, lo salah orang deh gue laki masak punya suami," jawab ketus Dion kepada Kevin.

"Kamu akan menikah sama Pak Kevin, Dion. Jadi, jaga bahasa kamu." Ayah Dion yang diam dari tadi pun akhirnya berbicara juga.

"Apa? Papa jodohin aku sama orang jelek ini? Aku nggak mau, Paa! Papa jangan sembarangan jodohin aku ya, aku nggak suka dan satu yang Papa perlu tau kalok aku itu nggak homo." Dion langsung lari keluar rumah. "Bangsat, anjing, babi. Kok bisa-bisanya gue dijodohin sama orang gitu." Dion yang sudah nggak mood pun langsung berhenti jalan di pinggir jalan sambil menangis.

Kembali ke tempat ayahnya Dion.

"Mohon maaf Pak, anak saya memang kalok ngomong tidak pernah dijaga. Maaf banget Pak Kevin jangan pecat saya, Pak." Ayah Dion langsung berlutut di kaki Kevin. 

Kevin tersenyum puas atas jawaban si manisnya tadi, Kevin pasti akan mendapatkan dia karena ayahnya Dion adalah bawahan Kevin. Kalau Kevin tidak dapat yang dia mau dengan cara baik-baik, maka dia akan memulai rencananya.

"Saya permisi dulu." Kevin langsung keluar tanpa  mendengarkan permintaan maaf ayahnya Dion. Kevin langsung  melajukan mobilnya ke arah Dion pergi, tak lama Kevin melihat malaikatnya sedang duduk di terotoar.

 Dion yang merasa ada mobil berhenti di depannya dia diam. "Jangan-jangan penculik?" Badan Dion keringat dingin, dia takut jika orang yang di depannya mau menculiknya.

"Masuk." 

Dion yang mendengar suara orang yang paling dia benci pun megangkat kepalanya sampai mereka menatap sekitar 5 menitan dan Dion langsung membuang mukanya. "Dih, siapa lo ngatur gue?"

 "Kalok lo lupa, gue suami lo. MASUK CEPAT!" perintah Kevin kepada Dion dengan dingin.

Apa ini dia udah buat gue berantem sama ayah sekarang dia bentak bentak gue. "Huaaaaa jangan bentak Dion, Dion takut. Kamu jahat, hiks ... hiks ... hiks." Dion menangis seperti anak kecil yang dibentak ayahnya. 

"Haaa?" Kevin langsung terkejut apa yang dia lihat. Dion yang mengajak dia berantem semalam lagi nangis di depannya cuman gara-gara dibentak. Kevin langsung turun dari mobilnya mendatangi Dion. "Hahaha, kok nangis?" ejek Kevin. "Istri gue lucu banget sih, jadi gemes. Udah sini, sini." Kevin merentangkan tangannya tanda dia suruh peluk, Dion sudah memeluknya.

Dion langsung datang ke Kevin langsung memeluknya. "Jangan hiks bentak-bentak hiks aku lagi hiks."

"Udah, udah cup cup cup jangan nangis laginya, Baby," ucap Kevin supaya Dion tenang.

"His his iya, Om." Hidung Dion jadi merah dan menbuat kesan imutnya makin menjadi-jadi.

Kevin yang melihat muka Dion langsung tergoda. Dia sudah tidak tahan lagi, Dion terlalu imut sampai dia sesak di bawah sana.

Kevin harus menahan hasratnya kali ini kalau nggak mau dibenci sama anak ini.
"Udah yok kita ke sekolah." Sambil mengusap kepala Dion.
"Hmm." Dion langsung berjalan ke mobil Kevin sambil mengusap air matanya yang masih ada.

Kevin langsung menancapkan gasnya supaya Dion tidak terlambat.

"Om, nanti di sana berhenti bentar ya?"

Kevin yang mendengar suara Dion pun menoleh. "Mau ngapain?"

"Mau beli es, Om!"
"Nggak!" tegas kevin. "Nggak ada es-es pagi-pagi gini."
Dion langsung sedih karena kebiasaannya kalau lagi nggak mood pasti dia minum es susu, tapi nggak dikasih sama om-om ini.

"Om, Om, Om, boleh nggak Dion beli permen kapas itu, Om? Dion langsung memasang muka melasnya.

"NGGAK KAMU YANG NGERTI APA DIBILANG NGGAK YA NGGAK." Tanpa sadar kevin membentak Dion.

Apa-apaan om ini bentak bentak gue? "Hiks, hiks, hiks Om jahat." Dion langsung menangis dan nggak mau melihat muka Kevin lagi. Dia benci kalau dia dibentak-bentak. Kan ada cara bicara yang bagus kenapa harus bentak-bentak coba?

Kevin terkejut atas yang dia lakukan sama anak ini. Kenapa juga dia harus membentak anak ini? Kevin langsung mengusap mukanya secara kasar. "Maaf ya Baby? Om nggak bermaksud bentak kamu, kok. Ini masih pagi, jangan makan sama minum yang nggak sehat dong, Baby." Sambil mengusap rambut Dion dengan lembut.
Dion seperti peka dia tidak mengopeni apa yang dibilang om itu.
"Kamu kalok marah makin cantik deh, Baby. Jangan marah lagi, ya?"

"Apa katanya tadi, cantik? Anjing, babi, kontol." Dion sambil menggerutu.

Kevin yang melihat Dion seperti itu pun tertawa. "Hahahahaha, kamu lucu banget, Baby."

Dion makin bete dia lagi  marah tapi diketawain. Apa-apaan coba? Nggak peka banget, ucap dion dalam hati.
Dion masih diam, dia masih nggak mau melihat ke arah Kevin, dia tidak mau berbicara sama Kevin lagi, dia benci Kevin.

"Baby, Baby, marah ya?"

Dion tetap diam.

"Jangan marah dong, Baby. Om minta maaf, deh."

Tetap nggak ada suara.

"Kamu mau saya perkosa apa macam mana, hmm?" ucap kevin sudah tidak tahan didiamkan.

"Dasar tua bangka," kata Dion pelan, cuma masih terdengar Kevin.

Sudah habis kesabaran Kevin. Kevin langsung memutar arah ke apartemennya di daerah sini.

Dion terkejut kenapa mobilnya diputar balikkan. Arah sekolahnya Dion ke sana bukan berlawanan. Dion pengen menanyakan pasal hal itu tapi dia gengsi.

BERSAMBUNG...

DIRGA BXB (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang