Part 5

2K 52 4
                                    

Kevin terbangun dari tidurnya, dia nggak menyangka semalam dia habis menyiksa bidadari yang begitu cantik saat tidur ini. Begitu cantik sampek Kevin junior terbangun. Kevin mulai mencium bibir Dion.

"Hmm." Dion yang merasa terganggu pun menbuka matanya pelan-pelan dan alangkah terkejutnya, dia lagi merasakan bibirnya dilumat Kevin.

"Hmm. Hmmm.Hmm." Dion berusaha mendorong Kevin, tapi hasilnya nihil.

Kevin melihat Dion yang kesusahan bernapas pun tersenyum licik, Kevin langsung melepaskan ciuman nereka berdua. "Kamu sudah bangun, Baby?" Sambil tangannya mengelap mulut Dion.

"Eh, tua bangka, lo mau buat gue mati apa?" Dion langsung menepis tangan Kevin yang mengelap sudut bibirnya yang basah. Sehabis itu Dion langsung menangis. "Ahhh, sakittt! Lo jahat, tua bangka. Lihat hasil perbuatan lo, semua badan gue sakit. Lo jahat, jahat. Gue benci sama lo, tua bangka."

"Kamu mau saya lebih kejam?" Suara kevin berubah menjadi menyeramkan.

Dion bodoh apa macam mana? Dia lupa orang di depannya tidak memiliki hati nurani sedikit pun. "Maaf." Hanya kata itu yang berani Dion keluarkan. Dia takut.

"Hm, saya maafin, tapi kalok kamu sekali lagi berani-beraninya bilang saya tua bangka saya perkosa kamu 24jam," ucap Kevin dingin.

"Mau mandi?" tanya Kevin kepada Dion.

Dion mengaguk tanda dia mau. "Tapi badan Dion sakit, Om."

"Saya gendong mandiinnya?"

Dion nggak mau. Siapa pun tolong Dion sekarang juga.

Kevin langsung berjalan menuju kamar mandinya dan langsung menyalakan air hangat. Kevin mengendong Dion seperti anak bayi. Dion hanya diam, dia malu harus dimandiin, dia kan udah besar.

Skip.

Dion termenung, Kevin benar-benar tidak melakukan apa-apa kepadanya padahal Dion tau kalok kon**l Kevin tegang dari tadi melihat dia.

Sehabis itu Kevin langsung keluar kamarnya untuk membuat bubur untuk Dion.

Skip buat bubur.

Kevin menbuka pintu, dia berjalan menuju ke arah Dion. "Makannya," ucap Kevin kepada Dion.

"Hmm, sini gue bisa makan sendiri."

"Iya, iya. Nih." Kevin menyerahkan bubur tersebut kepada Dion. "Habisinnya."

"Iya loh, bawel banget dah." Dion langsung memakan bubur tersebut, tapi pas dimakan satu sendok Dion langsung bersin ke arah Kevin. Alhasil muka Kevin penuh nasi bubur tersebut.

'Sabar, sabar, dia calon bini gue. Kalok nggak gue bunuh juga loh,' ucap Kevin dalam hati sambil tersenyum getir.

"Maaf, aku nggak bermaksud gitu, Om. Maafinnya, Om." Dion langsung memasang muka sedih di hadapan Kevin.

Kevin mengusap mukanya dengan kasar. "Hmm, NGGAK PAPA KOK." Kevin menekankan kata nggak papa kok dengan senyum yang bisa dibilang menyeramkan.

Dion yang melihatnya pun sampek takut.

Ok, kita tinggalkan kedua makhluk ini dulu.

"Hari yang buruk," ucap Al dengan muka tertekuk.
Dia hari ini sangat kesal, dia disuruh menjaga toko pamannya yang bisa dibilang tidak ada pelanggan itu.

"Mengapa gue di sini? Anturan gue lagi di kantin dengan makanan yang enak sedangkan di sini yang bisa gue lihat hanya daging mentah. Ahhhhhhhh, gue bosannn!" jerit Al.

"Permisi Cantik, bisa saya menbelinya?" ucap pria yang dikawal 3 orang tersebut.

"Cantik pala lu peang, gue ganteng, anjing." Al langsung menbentak orang yang memangilnya cantik dan tiba-tiba dia langsung, "Hmm, maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap Al dengan lemah lembut. "Gua lupa dia pembeli, kalok nggak habis jualan gue, bisa dikeberi sama pak lek gue". Langsung tersenyum setelah marah-marah adalah kemanpuan Al yang hebat.

"Hm, menarik" gumam pelan Langit.

Al yang merasa tidak dijawab pun mencoba bertanya lagi. "Permisi Pak, ada perlu apa ya? Saya lagi jualan nih, kalok nggak mau beli mending pergi deh nyemak-nyemakin kede saya aja." Habis sudah kesabaran Al padahal dia sudah berbaik hati lo.

"Saya beli semua dagangan kamu sekarang juga."

"Ha, lo gila ya? Memang lo punya uang, Pak? Mimpi jangan di sini deh, jadi nggak mood gue," ucap sinis Al.

"Kamu tidak dengar saya bilang SAYA BELI SEMUA DAGANGAN KAMU. NGARTI?" Sabar, sabar, hanya itu yang bisa dibilang Langit di dalam hati.

"Mana uang lo, nanti lo nipu lagi?"

"Sam, bawak uang 1 koper kemari!" Langit langsung menyuruh anak buahnya mengambil uang 10 M yang ditaruhnya di dalam mobil.

"Kalok saya ada uang berikan saya nomor WA-mu, Cantik. Kalok kamu tidak menberikan nomor WA-mu maka berikan tubuhmu untukku, Baby." Langit suka sekali melihat wajah anak di depannya, terlalu manis saat marah-marah. Gemes, pengen banting.

"Dih, siapa lo?" Padahal dia udah berbicara sopan dari tadi, tapi orang di depannya memang mintak dimaki deh.

"Ya udah, saya nggak jadi beli." Anak buah Langit langsung menyerahkan koper tersebut kepada Langit. "Nih, lihat saya punya uang, 'kan! Tapi nampaknya saya nggak jadi beli deh soalnya kamu nggak mau memberikan nomor WA kamu." Senyum licik terpampang jelas di muka Langit.

Woy, itu uang kan bukan monopoli? Bisa kaya gue kalok nih orang beli di gue. Pokoknya dia harus beli di gue nih. "Ok  saya kasih tua ... maaf Tuan. Jadi Tuan mau beli semuanya, kan?" Bisa dibilang Al tidak tau malu, sehabis menghina orang langsung baik-baik omongannya macam omongan tetangga :)

"Nomor kamu dulu masukin." Sambil menyerahkan HP-nya kepada Al.

Al menerima dengan senang hati, dia bisa cepat pulang dan pasti pak leknya bangga sama Al yang imut ini. Al mengetik nomor dia langsung tanpa lama-lama. Dia langsung menyerahkan kembali kepada Langit.

"Ok, ini uang kamu, dagingnya nanti anak buah saya yang ngambil." Langit langsung beranjak pergi dari tempat kumuh tersebut.

Al tak menyangka uang didalam koper tersebut di serahkan kepadanya. Al langsung berteriak. "Makasih, Daddy. Datang lagi, ya?"

Al harus menberi tau omnya* dia bisa jualan bukan cuman beban keluarga, hahahaha. Al langsung mengambil HP di saku celananya lalu mencari nomor omnya.
"Hello orang tua," ucap Al.

"Pala lo peang. Gue masih muda ya, dajal. Punya keponakan macam melihara dajal gini nih. Pas pembagian otak nggak kebagian, kurang ajarnya merajalela. Udah, lo jual tuh daging sampek habis, kalok nggak gue nikahin lo sama duda." Om Al hanya bisa mengusap pantat, orang pantatnya gatal.

"Eh anjing, lo dengarin gue dulu babi baru komen." Habis sudah kesabaran Al kalok seperti ini, omnya hanya bisa pembesarkan kon**l saja ulahnya.

"Eh eh eh, apa lo bilang, gue anjing? Gue pecat lo, babi. Pergi lo, nggak usah mintak uang sama gue lagi lo ya, dajal."

"Hahahahaha, canda loh omku yang ganteng, Al cuman mau bilang daging yang Al jual habis, omku yang buncit."

"Pala lo gue buncit, jelas-jelas ABS gue terpanpang jelas di perut gue. Mau apa loh? Bukan macam lo kon**l kecil hahaha. Oh iya, lo apain daging gue sampek habis ha? Lo jual diri ya?"

"Astagfirullahaladzim, Paman ini berdosa banget. Nggak boleh gitu is sama keponakan yang imut macam aqu," ucap lebay Al sambil berpose imut.

"Tadi ada yang beli semua daging supaya dapat nomor HP aku, Om, jadi aku kasih aja nomor Om dah. Dagingnya abis deh, hahaha." Sakit perut Al menertawakan perbuatannya yang bisa dibilang tidak ada otak ini.

"Kan kan kan, lo jual diri."

"Nggak, Om. Demi Huang Renjun yang mungil, Al sumpah deh"

"Ya udah, pulang gih lo, nanti uangnya antar ke rumah ya, BABBY,"ucap genit om Al ke Al.

"Dari najis yang hidup di dunia ini, inilah najis paling kubenci."Al langsung mematikan sambungan telepon tersebut.

DIRGA BXB (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang