Happy Reading.
Cuaca panas dan terik hari ini tidak membuat para Kesatria kerajaan Bloomsytch merasa letih akan latihan pedang dan ilmu bela diri, suara sorak terdengar nyaring karena mendukung teman-temannya yang bergulat di tengah lapang, menyoraki teman yang didukung supaya menang.
Seorang pemuda berdiri di tepi lapangan yang berwajah datar menatap lurus ke tengah lapangan, tangan yang bersedekap di dada dan tubuh tegap dengan rambut cokelat gelap dan mata abu-abu gelapnya menambah kesan dingin dirinya.
Ia tersenyum tipis saat melihat seorang anak laki-laki berusia hampir empat tahun tiba-tiba berlari ke tengah lapangan, sehingga membuat orang-orang di sekitar lapangan itu berhenti bergerak seketika, para Kesatria itu menyapa anak laki-laki itu dengan sopan dan memanggil dengan sebutan Putra Mahkota.
Martius mendesah pelan lalu ia mendekati seseorang yang mengacaukan pertandingan yang sedang berlangsung saat ini, ia menggendong anak itu dan segera membawa ke tempat ia berdiri tadi, ia duduk di sebuah kursi dan pelayan bergegas mengambil payung untuk menghalau rasa panas dari matahari untuk Putra Mahkota dan Pangeran.
"Kenapa tiba-tiba berlari ke tengah lapangan, Putra Mahkota?" tanya Martius menunduk melihat anak itu di pangkuannya.
Anak kecil itu mendelik kesal, mata hijau cerahnya dan rambut hitamnya memberi kesan tampan pada dirinya. "Tolong jangan panggil aku Putrra Mahkota, Paman Marrtius!"
Martius berdehem singkat merasa gemas karena bicara keponakannya ini saat menyebut hurup 'R', sedikit memberi tekanan pada huruf itu, dan membuat ucapannya terdengar lucu, karena ia masih belajar menyebut huruf 'R'.
"Jadi aku harus memanggil dirimu apa?" imbuh Martius tenang.
Mata hijaunya berbinar lalu ia mengerjap. "Tentu saja namaku," sahutnya riang, kaki pendeknya berayun pelan di pangkuan Martius.
Martius mengusap surai hitamnya dengan lembut. "Omong-omong, siapa namamu?"
"Kau pikun, Paman? Namaku 'kan Chrristopher De Voulos," jawabnya disertai ekspresi bingung kepada Martius. Dibalas deheman lagi oleh Martius karena merasa kesal karena dirinya disebut pikun oleh Christopher.
Martius menatap lekat Christopher, anak dari Raja Dimitri dan Ratu Elsa Ramona. Lima tahun lalu Dimitri menikah kembali dengan gadis bangsawan dari Kota kedua, setelah Dimitri melupakan Kylie dan membangun ulang seluruh bangunan yang rusak karena perang beberapa tahun lalu. Kedua saudaranya sudah memiliki keluarga sendiri, hanya saja dirinya sendiri masih belum memiliki pasangan.
Perasaan bersalah yang begitu dalam membuat dirinya seperti ini, melihat Miranda mengorbankan dirinya saat itu mengubah segala pandangan hidupnya. Dulu, jika ia bersungguh-sungguh dalam berlatih pedang dan ilmu bela diri, kemungkinan besar Miranda tidak akan meninggal karena melindungi dirinya. Terlebih lagi melihat Ibunya yang begitu kehilangan dan membuat Ibunya sakit-sakitan karena memikirkan Miranda, terlihat jelas pada saat itu mental anggota kerajaan cukup terguncang.
Christopher meronta kecil karena ia hendak mendekati Ayahnya yang baru saja memasuki aula pelatihan ini, Martius melepaskannya dan memperhatikan langkah kecil itu bergerak lincah.
"Tidakkah Anda iri, Yang Mulia?" tanya Anthony—pengawal pribadi—dengan nada jenaka.
Tangan kiri Martius bergerak cepat mengambil pedangnya lalu mengarahkan tepat ke leher Anthony. Seluruh pasang mata menatap kaget kepada dua pria itu, dari kejauhan Dimitri langsung menutup mata Anaknya dan bergegas keluar dari aula pelatihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Martius Is My Villain [END]
FantasySeorang Pangeran terakhir dari kerajaan Bloomsytch, Martius De Voulos yang sebelumnya memiliki sifat ceria, mudah tersenyum dan ceroboh berubah menjadi seorang pria dewasa yang jarang tersenyum, selalu berekspresi datar, dan tidak peduli dengan stat...