Happy Reading.
Berita tentang Thomas Farley yang menjadi buronan kerajaan Bloomsytch telah tersebar ke penjuru wilayah kerajaan, beberapa kerajaan tetangga sudah mendengar kabar tersebut. Kondisi Amara makin memburuk memikirkan suaminya yang entah ke mana dan ditambah dengan ia mengalami keguguran seolah membuat akal sehatnya menghilang, keluarga Farley yang lain telah diasingkan ke pulau Oosly dan hanya Amara yang belum berangkat karena ia memohon kepada Kesatria untuk menunda keberangkatannya sebab ia ingin pergi bersama suaminya. Sekarang ia tinggal di rumahnya sendiri dengan beberapa prajurit dan dua orang pelayan yang mengawasinya.
Rosella menatap rumah Amara dengan gamang, ia menenteng satu kantong plastik yang berisi buah-buahan segar. Dua minggu ia telah berdiam diri di rumah—untuk masa pemulihannya—dan sampai saat ini ia belum melihat Martius, janji pria itu yang ingin menemui dirinya kembali sepertinya tidak terlaksana sebab ia mendengar dari Ayahnya bahwa Azura sudah kembali ke akademi.
Lupakan! Lupakan Martius, Rosella! Suara batinnya berteriak.
Rosella berbicara sejenak dengan prajurit yang menjaga pintu rumah Amara, mengatakan alasanya kedatangannya ke sini untuk menjenguk Amara. Setelah mendapat izin Rosella bergegas memasuki rumah Amara, ruang tamu terlihat sepi. Langkahnya menuju anak tangga dan mendekati pintu kamar Amara, karena ia telah sering ke mari membuat dirinya tahu di mana letak kamar Amara.
Ketukan pintu diabaikan oleh Amara membuat Rosella memanggil temannya itu. "Ini aku Rosella."
Bunyi kunci pintu terbuka sedikit membuat Rosella lega, tidak berlangsung lama sebab ia terkesiap melihat tampilan lesu dari sahabatnya itu. Amara mendesis sinis lalu menepis tangan Rosella yang hendak memegang lengannya, sehingga buah-buahan dalam plastik itu terjatuh dan berguling menuju anak tangga.
"A-amara," ujarnya terperangah. Amara menatap Rosella tajam. "Apa kau datang ke sini untuk menertawakanku?!" Rosella menggeleng kaku mendengar ucapan Amara.
"Apa maksudmu? Kau salah paham, Amara!" tegas Rosella. Ia merasa geram dengan pikiran konyol Amara.
Amara terkekeh kecil lalu ia berdecak kesal. "Tentu saja kau senang melihat kondisiku saat ini, 'kan?!" Amara mendekati Rosella perlahan membuat Rosella mundur selangkah demi selangkah. "Jika bukan karena ulah kekasihmu itu, mungkin saat ini aku dan Thomas tidak akan terpisah seperti saat ini!" Amara menitikkan air matanya. "Dan kami juga tidak akan kehilangan anak kami secepat ini!" hardiknya seraya berteriak dan menarik kasar rambutnya sendiri.
Perkataan itu tentu membuat Rosella kaget, matanya menurun melihat perut datar Amara. Tangan kanannya memegang penyanggah kayu dianak tangga, ia menoleh ke belakang dan sedikit ngeri melihat posisinya jika Amara terus mendekatinya sudah dipastikan ia akan jatuh berguling ke bawah. Rosella menyipitkan mata sebab ia sekilas melihat seorang pria yang baru saja masuk ke rumah, lagi dan lagi ia menatap Amara terkejut karena Amara dengan tiba-tiba menarik lengannya dan menarik rambutnya.
"INI SEMUA ULAH KEKASIHMU! ANDAI SAJA IA TIDAK MENGETAHUI TENTANG THE BLACK BLOOD MUNGKIN INI SEMUA TIDAK AKAN TERJADI!"
Rosella meringis kesakitan dan berusaha menepis serangan Amara, jika dipikir lagi bukan Thomas saja yang dapat hukuman tetapi Tian juga mendapatkannya. Bahkan Rosella tidak memberitahu orang tuanya bahwa Thomas-lah pelaku yang membuat dirinya terluka. Amara mendorong kasar Rosella dari atas anak tangga, Rosella berteriak seketika dan hampir jatuh ke bawah. Namun, ada seseorang yang menangkap tubuhnya dari belakang sehingga membuat ia tidak jadi terjatuh melainkan jatuh ke pelukan orang itu.
"AMARA!"
Rosella mendesah lega setelah tahu siapa orang yang menolongnya ini. "Hugo," bisik Rosella pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Martius Is My Villain [END]
FantasySeorang Pangeran terakhir dari kerajaan Bloomsytch, Martius De Voulos yang sebelumnya memiliki sifat ceria, mudah tersenyum dan ceroboh berubah menjadi seorang pria dewasa yang jarang tersenyum, selalu berekspresi datar, dan tidak peduli dengan stat...