15. Ukiran Dan Permata Hitam

406 46 1
                                    

Happy Reading.

Sudah lima belas hari Martius meninggalkan kediamannya, perjalanan yang seharusnya memakan waktu tujuh belas hari bisa menjadi sepuluh hari dilalui Martius. Ternyata perjalanan melalui jalur darat memang memakan waktu lama, tetapi Frederick—Sepupu Martius—yang kebetulan berkunjung ke kerajaan memberitahu kalau pergi ke wilayah itu lebih baik melalui jalur laut walaupun berisiko karena jalur peraian itu selalu terjadi badai, pada awalnya Dimitri melarang tetapi Martius bersikeras dan menyetujui saran dari Frederick.

Martius menatap datar kelima pria paruh baya yang bisa dikatakan sebagai tetua dari ketiga kerajaan itu, mereka membahas segala kekacauan yang sedang terjadi ini. Lima hari ia di sini para pemberontak langsung hening dan tidak melakukan pergerakkan secara langsung seperti sebelum Martius datang—mereka menganggu rakyat secara terang-terangan—tetapi penculikkan anak gadis masih dilakukan dan setiap harinya ada dua atau tiga anak gadis yang menghilang.

"Tapi, Yang Mulia, baru saja aku mendapat kabar dari prajurit yang biasa berpatroli disekitar rakyat bahwa ada tiga anak lelaki berumur lima belas tahun telah hilang." Salah satu tetua berbaju hitam itu berujar dengan nada gusar.

Tetua yang lain mengangguk lemah. "Sepertinya mereka mengincar anak muda," sambungnya.

"Jelas! Tapi untuk apa para anak muda itu bagi mereka?" tanya yang lain.

"Biasanya untuk dijual, perempuan dijadikan penghuni rumah bordil dan bagi laki-laki biasanya dijadikan budak. Intinya mereka yang diculik sama-sama dirugikan," ujar Martius dengan nada datar.

Martius memejamkan matanya, kedua tangannya saling bertaut di atas perut karena ia sedang duduk bersandar di sebuah kursi. Telinga Martius mendengarkan para pendapat dan solusi dari para tetua, sebenarnya ia sudah mengutus Anthony untuk mencari tahu dan sudah dua hari ia belum kembali. Martius tidak merasa khawatir akan kepergian Anthony di wilayah ini, yang Martius Khawatirkan adalah Anthony yang membabat habis para pelaku yang ia dapatkan tanpa menyisakan sebagai sandera dan tidak bisa mendapat informasi tentang siapa dalang yang sebenarnya.

Untuk pemberontak yang mengacau ketenangan para rakyat sudah diatasi oleh Martius saat hari pertama ia tiba tetapi para tetua tidak mengetahui dan Martius terlalu malas untuk menjelaskan, para pemberontak itu bisa dikatakan sebagai pemberontak kelas rendah dan sebelum Martius naik ke atas kapal—menuju keberangkatannya ke wilayah ini—ia telah mendapat informasi mengenai para pemberontak itu. Setelah Dimitri memberitahu tentang masalah ini Martius langsung bergerak mencari tahu dan menyuruh para bawahan yang dipercaya untuk menyelidiki terlebih dahulu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Dimitri dan Draco.

"Jika ini dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan keresahan bagi rakyat."

"Bukankah dari awal sudah meresahkan?" sahut tetua yang lain dengan nada jengkel. Membuat tetua yang bertanya tadi langsung tergelak.

Kelima tetua itu tertawa secara bersamaan lalu saling melemparkan lelucon, Martius mendengus lelah karena kelima tetua itu bisa bercanda disituasi saat ini tetapi informasi yang Martius dapatkan tentang kelima tetua ini cukup membuat dirinya tercengang sebab kelima tetua ini terkenal akan kepintaran dalam strategi dan juga ahli bela diri yang hebat dan salah satunya juga pintar dalam menggunakan senjata.

Martius berdiri sambil menatap tetua itu satu-persatu. "Aku ingin mencari udara segar sejenak," imbuh Martius langsung meninggalkan tetua itu.

Martius Is My Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang