Chapter 21.

2.3K 189 31
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati. Abusive, Mental illness, Angst, Pelecehan, Mental disorder. Yang gampang ke triger sebaiknya jangan baca ya.

Summary : Layaknya sebuah canvas putih yang ternoda kehidupan Haruto mulai berubah memiliki banyak warna, Tetapi tidak seperti warna indah pelangi yang dia harapkan warna itu justru menghancurkan hidupnya membuat dia merasa akan jauh lebih baik untuk mati saja dari pada terus hidup.

Jika hanya menjadi budak bagi kelima orang egois yang memiliki cerita tersendiri.

Jeongharu- Kyuharu - Asaharu- Jaeharu - Hwanharu. (Kapal suka suka yang nggak suka jangan baca, Karena nanti cerita ini bakal aku buat sebagian ada di karyakarsa buat jadi pdf)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sumpah demi apapun Junkyu masih merasa bingung akan apa yang tengah terjadi di hadapannya, Dia tidak bisa bertanya ataupun berusaha mengeluarkan suara ketika suasana terasa begitu serius. Terutama Haruto seperti mengetahui siapa orang yang tengah mengejar mereka, Dan orang orang itu juga mengatakan suatu hal yang sangat aneh.

"Aku tidak memiliki waktu untuk maladeni kalian."ucap Haruto tenang sembari berdiri di depan Junkyu, Tangannya masih terus menggenggam tangan pemuda bermarga Kim itu kuat.

"Haru."panggil Junkyu pelan seolah ingin tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi kenapa bisa situasi menjadi begitu serius seperti ini.

"Aku mohon diem dulu, Cukup tutup mata kamu apapun yang terjadi kamu nggak boleh buka mata."perintah Haruto sembari menghela nafas pelan dan menutup mata Junkyu sepenuhnya.

"Lo pikir gue bisa di perintah dengan se-"ucapan Junkyu berhenti dengan kecupan pelan di bibirnya.

"Aku mohon kali ini saja turuti aku."bisik Haruto pelan dengan nada penuh permohonan yang akhirnya berhasil membuat Junkyu terdiam tidak mampu untuk melakukan apapun untuk hanya sekedar membantah, Setelah yakin jika Junkyu akan menuruti permintaannya Haruto mulai berbisik lirih untuk membuat selubung pelindung demi keamanan pemuda itu.

Baru setelah itu dia kembali menatap ke arah beberapa orang yang berada di depannya, Mata coklatnya kini telah berwarna ke emasan bukan warna Amethyst seperti biasa serta di bagian keningnya mulai ada tanda mahkota serta sulur yang mengikat pada keningnya.

Terlihat begitu cantik sekaligus membawa kesan dingin sampai mereka semua terpana untuk beberapa saat, Baru setelah itu tertawa keras seolah merasa jika mereka pada akhirnya menemukan seseorang yang harus mereka bunuh. Seluruh keturunan keluarga utama harus musnah atau akan terjadi kudeta yang tidak di harapkan.

Sebenarnya perut Haruto mulai kembali terasa sakit disebabkan oleh kepanikannya barusan sekaligus karena dia perlu kembali mengaktifkan kekuatannya, Dia tidak tahu apakah dirinya mampu untuk menghabisi mereka semua terutama seorang pemuda yang berada ada di tengah.

Canvas Yang Ternoda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang