Chapter 15.

2.1K 245 44
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati. Abusive, Mental illness, Angst, Pelecehan, Mental disorder. Yang gampang ke triger sebaiknya jangan baca ya.

Summary : Layaknya sebuah canvas putih yang ternoda kehidupan Haruto mulai berubah memiliki banyak warna, Tetapi tidak seperti warna indah pelangi yang dia harapkan warna itu justru menghancurkan hidupnya membuat dia merasa akan jauh lebih baik untuk mati saja dari pada terus hidup.

Jika hanya menjadi budak bagi kelima orang egois yang memiliki cerita tersendiri.

Jeongharu- Kyuharu - Asaharu- Jaeharu - Hwanharu. (Kapal suka suka yang nggak suka jangan baca, Karena nanti cerita ini bakal aku buat sebagian ada di karyakarsa buat jadi pdf)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suatu hal yang paling tidak di sukai oleh Haruto itu adalah bertemu dengan Junghwan, Anak ini di bandingkan dengan ke empat orang lainnya dia rasa jauh lebih susah untuk di mengerti. Selain itu kata katanya mungkin tidak sekasar Jaehyuk, Tetapi tindakannya terkadang sama seperti Asahi ataupun Jeongwoo jika sudah marah.

Meskipun hal itu hanya terjadi beberapa kali, Dan juga tidak ada yang mengetahui hal ini selain dirinya, Lagipula untuk apa ida memberitahu orang lain tentang perilaku Junghwan. Sedangkan mereka semua dari dulu hampir tidak pernah perduli akan apa yang dia rasakan atau di sakiti oleh salah satu di antara mereka.

"Jagain dia baik baik."perintah Asahi yang membuat Junghwan jauh lebih memilih untuk memutar bola matanya malas, Sebelum mengiyakan dengan cara bergumam dan memilih menarik tangan Haruto untuk pergi secara terburu buru ke mobilnya.

Asahi itu memang sangat suka bersikap seenaknya, Dia yang harus ikut rapat di kantor kakeknya harus di susahkan untuk menjemput Haruto terlebih dulu. Padahal dia udah bilang kalau dia hampir terlambat pergi ke kantor, Tapi Asahi dengan segala macam kata yang tidak bisa dia bantah justru malah berhasil membuat Junghwan mengumpat keras.

Tetapi pada akhirnya lebih memilih untuk mengalah serta menjemput Haruto di rumah sahabatnya itu terlebih dulu, Meskipun hal itu terpaksa membuatnya memutar balik ke arah yang jauh lebih jauh. Junghwan sama sekali tidak memiliki pilihan lain, Sebenarnya jika dia memiliki waktu luang maka dia sama sekali tidak akan merasa kesal.

Sayangnya ketika dia secara jelas mengatakan dirinya tengah tidak memiliki waktu, Asahi sama sekali tidak mau mendengarkan. Pemuda bermarga Hamada itu bahkan memberikan ancaman yang terdengar begitu jelas. Hingga Junghwan pada akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain menurut akan apa yang di perintahkan.

"Lo itu nyusahin banget tau nggak."bentak Junghwan kesal ketika dia melirik ke arah Haruto yang kini terdiam tidak menjawab sama sekali. "Jawab brengsek jangan diem aja."

"Maaf."ucap Haruto pelan sembari menundukkan diri, Tanpa bisa di cegah sama sekali air matanya justru malah jatuh begitu saja.

Sejak kemarin perasaannya memang tidak sedang baik baik saja, Meskipun dia tidak lagi mendoktrin dirinya sendiri supaya tetap bersikap lemah. Entah kenapa meski dirinya telah menjadi Haruto yang asli, Berkat kehamilannya sekarang Haruto sadar diri jika dia justru membiarkan sisi lemahnya mengambil alih.

Canvas Yang Ternoda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang