Chapter 6.

3.6K 355 63
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati. Abusive, Mental illness, Angst, Pelecehan, Mental disorder. Yang gampang ke triger sebaiknya jangan baca ya.

Summary : Layaknya sebuah canvas putih yang ternoda kehidupan Haruto mulai berubah memiliki banyak warna, Tetapi tidak seperti warna indah pelangi yang dia harapkan warna itu justru menghancurkan hidupnya membuat dia merasa akan jauh lebih baik untuk mati saja dari pada terus hidup.

Jika hanya menjadi budak bagi kelima orang egois yang memiliki cerita tersendiri.

Jeongharu- Kyuharu - Asaharu- Jaeharu - Hwanharu. (Kapal suka suka yang nggak suka jangan baca, Karena nanti cerita ini bakal aku buat sebagian ada di karyakarsa buat jadi pdf)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Gue mesti balik malem ini, mungkin kalau sempet besok gue ke sini lagi,"ucap Asahi pada Jeongwoo yang hanya mengangguk tenang, duduk sembari memainkan ponsel di dekat Haruto yang telah tertidur sejak tadi akibat rasa lelah yang pastinya anak itu rasakan.

Badannya telah selesai Asahi seka, bahkan juga dia gantikan dengan kemeja baru milik Jeongwoo yang lain. Entah kenapa rasanya jauh lebih menyenangkan melihat Haruto dalam balutan kemejan kebesaran, lagi pula Jeongwoo juga tidak protes kemeja barunya di gunakan oleh Haruto jadi ya tentu saja Asahi bisa bersikap se— enaknya.

"Tapi Jeo ada yang aneh dari Haruto, gue gak ngomong soal dia yang bersikap lemah. Karena gue yakin pasti ada alasan buat hal itu, cuman yang bikin gue bingung kenapa anak itu belum nerima tanda resmi kalau dia dari dunia bawah?" Tanya Asahi setelah banyak memikirkan tentang tanda resmi yang biasanya akan di dapat sejak mereka kecil, Dan tanda itu akan selalu di perbarui supaya tidak rusak ketika tubuh mereka juga telah ikut membesar.

"Mungkin anak itu bukan dari keluarga utama, atau anak yang di sembunyikan,"balas Jeongwoo yang terlihat tidak perduli sama sekali, dia bahkan masih fokus pada ponsel di tangannya dari pada menanggapi dengan serius apa yang di katakan oleh Asahi barusan.

"Ck.. Lo kayaknya perlu belajar lagi, mau dari keluarga utama atau keluarga yang di sembunyikan dia wajib punya tanda khusus itu. Supaya kita tahu kalau dia berasal dari mana karena wilayah teritorial itu penting biar nggak salah langkah, lagipula keluarga utama selalu punya tanda rumit. Kaya punya lo sama gue, bahkan anak di luar ikatan resmi juga punya tanda yang sama,"decak Asahi ketika Jeongwoo tidak mau di ajak berbicara.

"Dia gak kuat, sama rasa sakit,"jawab Jeongwoo tenang dengan tatapan datar yang kini mulai beralih dari ponsel miliknya hanya untuk menatap Asahi, sahabat itu terlihat tertegun atas apa yang baru saja dia ucapkan.

"Dari mana lo tau? Dia bahkan selalu nerima rasa sakit yang kita kasih, terutama hukuman yang biasanya lo berikan bahkan jauh lebih parah. Ya meskipun belum ada apa apanya sama tanda yang seharusnya dia terima, tapi tetep aja kalau dia gak suka sama rasa sakit dia seharusnya menghindar bukan malah nerima gitu aja,"ucap Asahi sembari menaikkan salah satu alisnya.

Canvas Yang Ternoda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang