Chapter 8.

3.2K 325 77
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati. Abusive, Mental illness, Angst, Pelecehan, Mental disorder. Yang gampang ke triger sebaiknya jangan baca ya.

Summary : Layaknya sebuah canvas putih yang ternoda kehidupan Haruto mulai berubah memiliki banyak warna, Tetapi tidak seperti warna indah pelangi yang dia harapkan warna itu justru menghancurkan hidupnya membuat dia merasa akan jauh lebih baik untuk mati saja dari pada terus hidup.

Jika hanya menjadi budak bagi kelima orang egois yang memiliki cerita tersendiri.

Jeongharu- Kyuharu - Asaharu- Jaeharu - Hwanharu. (Kapal suka suka yang nggak suka jangan baca, Karena nanti cerita ini bakal aku buat sebagian ada di karyakarsa buat jadi pdf)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Lorong rumah sakit umum jalur vip itu sekarang terasa begitu sepi oleh lalu lalang manusia normal, Suara pukulan serta ringisan tertahan dari dua orang yang sejak tadi harus berdiri kokoh menggema di sepanjang lorong. Bahkan Asahi yang masih terluka belum sempat mendapatkan perawatan, Tapi lukanya sudah di tambah lagi oleh salah satu penatua keluarganya yang datang.

Ketika mengetahui tentang Haruto yang kini terbaring dalam keadaan hamil di dalam sana, Pukulan yang dia terima bukan hanya soal menghamili seseorang tanpa ikatan. Tetapi karena dia berniat membunuh anak yang berada di dalam kandungannya, Tanpa tahu siapa anak yang sebenarnya di kandung oleh Haruto sekarang.

"Apa kau sudah gila menggunakan seseorang secara bersamaan seperti itu? Sebagai anak dari klan utama, Terutama karena posisimu sebagai pewaris keluarga. Bagaimana mungkin kau membiarkan ada orang lain yang menyentuh mainanmu, Jawab aku sekarang Hamada Asahi."tegur penatua di hadapannya yang membuat Asahi mengatupkan mulutnya kuat sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari pria paruh baya di depannya.

"Aku bersalah penatua."jawab Asahi mengakui jika dirinya bersalah, Tidak mungkin dia terus diam saja ketika tongkat mengerikan yang berada di tangan penatua yang berada di hadapannya hampir saja kembali melayang untuk memukul tubuhnya.

"Jika anak di dalam kandungan pemuda cantik itu adalah anakmu, Maka kau baru akan mendapatkan hukuman. Tapi jika bukan maka kau hanya perlu ingat untuk berhati hati, Jangan pernah bermain secara bersamaan seperti itu lagi agar tidak mempermalukan keluarga kita."tegur penatua di depannya yang memang masih paman Asahi sehingga pukulan yang dia berikan juga tidak begitu banyak.

Seandainya orang lain mungkin Asahi akan seperti Jeongwoo yang baru saja terkapar tidak berdaya di lantai, Pemuda yang selalu Asahi anggap monster itu pasti akan menerima hukuman hebat. Sebab keluarga Park memang sangat menyayangi setiap keturunannya, Mengingat jarang sekali ada kelahiran di dalam keluarga itu.

Kalian boleh mengatakan keluarga Jeongwoo tidak normal—ah meski mereka berasal dari dunia bawah keluarga itu tetap berbeda dari keluarga lain, Bukan hanya Jeongwoo tapi seluruh orang di keluarga itu memang sama sekali tidak memiliki hati. Mungkin Tuhan juga memberikan hukuman untuk keluarga itu, Sehingga biasanya sperma mereka akan sulit menembus sel telur membuahi pasangannya jika tidak bertemu dengan kandungan yang cocok.

Canvas Yang Ternoda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang