• 9 •

54 6 1
                                    

Pagi baru memulai hari baru. Tapi bukan saatnya untuk senang. Sejak subuh yang biasanya beberapa orang baru saja bangun, tapi kini suasana menjadi sangat ramai kendaraan. Seperti ada keadaan darurat atau semacamnya, tunggu.. Ini hari Senin, pantas saja kendaraan berlalu lalang sejak pagi

Dalam diam Asean menyalakan televisi diruangan salah satu kakaknya, Singapore. Berita tersiarkan dimana mana tentang kabar pagi ini, ada yang memberitakan kecelakaan mini bus, truk muatan tergelincir, ambulan ugal-ugalan dan berita yang sekiranya kurang penting. Ia terus mengganti saluran televisinya hingga menemukan yang menarik baginya

Dikabarkan pembunuhan seorang pejabat daerah yang diketahui dibunuh dengan kejam. Dengan seksama Asean melihat mayat yang sebenarnya diburamkan disitu, tapi wujud aslinya masih dapat terlihat olehnya. Asean tampak seperti tertarik dengan kasus ini, begitu berita tadi selesai ia mencari siaran televisi lain yang membahas pembunuhan juga. Seperti ia sudah menemukan lebih dari sebelas penyiaran tentang bunuh membunuh

Sampai seseorang datang membuka pintu...

"Hei Asean, ayo kita sarapan" seketika setelah mendengar suara itu Asean mengganti saluran televisinya menjadi tayangan anak anak. Si pemilik ruangan akan marah ketika tahu soal hal yang tak layak ditonton anak kecil sepertinya

"A- ah.. Baik, aku segera kesana. Kakak duluan saja" dengan gugup Asean menjawab ucapan kakaknya yang paling tegas itu. Singapore hanya mengiyakan saja dan pergi turun ke ruang makan tanpa rasa curiga

'Nyaris kakak tahu... Apa jadinya aku kalau ketahuan' monolog Asean sambil mematikan TV dan beranjak keruang makan

• • • •


Hari berjalan seperti biasanya. Tak ada yang baru semenjak Asean dibatasi untuk keluar Mansion, tidak adil bukan?

Tapi demi keamanan, apapun akan dilakukan. Asean juga tak keberatan dengan itu, setidaknya dia punya taruhan dengan semua kakaknya. Jika dia tak dibolehkan keluar Mansion dalam waktu terbatas, maka setiap kakaknya harus memberitahu semua rincian rahasia mereka. Mau bagaimanapun mereka harus setuju dengan itu

Makin lama... Keadaan menjadi lebih membosankan dari biasanya. Semuanya sudah terungkap oleh Asean, tak ada lagi yang menjadi misteri sehingga tak ada keseruan untuk dijelajahi. Dengan iseng Asean asyik mengganti tiap tayangan televisi diruang keluarga, terus terus dan terus ia mengganti setiap saluran yang ada. Entah bagaimana keadaan jarinya itu menekan satu tombol yang sama berulangkali

"Kenapa tak ada yang seru yah... Kakak semuanya kerja, apa gaada yang mau dititipin gitu?" tombol off sudah ditekan, tinggal suara ucapan Asean yang terdengar

"Andai ada pekerjaan.. Aku tak akan bosan kalau begini" Asean beranjak pergi keluar Mansion untuk berkeliling sebentar, daripada berdiam diri tak melakukan apa apa lebih baik mencari kegiatan apapun itu

Langkah demi langkah dia lewati menyusuri pekarangan Mansion tempat tinggalnya. Dia hanya melihat lihat segala sesuatu yang sekiranya menarik untuknya. Memang kalau dirumah sendirian tidak mengenakan apalagi tanpa Handphone, hidup seperti mati saat tak ada Handphone

Sampai dihalaman belakang, ia melihat banyak sekali tulang ayam. Mau bagaimanapun itu kandang komodo, jadi wajar saja kalau banyak tulang yang belum dibersihkan. Disela–sela semua itu mata Asean tertuju pada suatu benda, pisau dengan banyak bercak darah. Ia pun mengambilnya dengan maksud menyingkirkannya dari jalan tapi justru malahan dia tertarik untuk melemparnya.

"Tak ada salahnya bersenang senang sebentar kan?" sontak dia langsung melemparnya dan pisau itu menancap ke sebuah batang pohon besar

"Menyenangkan juga ya, kira kira apa lagi yang bisa ku lempar?" Asean menyusuri tiap semak dan sisi kandang yang ada mencari benda tajam yang bisa ia lempar. Sejauh ini dia hanya bisa menemukan dua buah celurit, entah hal bagus atau bukan, Asean hanya ingin sekedar melemparnya.

Asean? // CH? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang