07

14 4 0
                                    

"Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma. Kasus ini gak bener kan ma?"

Asep yang baru pulang dari sekolah langsung menghampiri mamanya di rumah sakit. Ia termenung memikirkan hal yang saat ini terjadi kepada papanya.

"Mama juga gak tau. Papa kamu udah cukup lama gak kerja disitu, tapi apa mungkin dia yang ngelakuin itu."

"Bukti itu palsu atau asli kita gak tau ma. Mungkin aja papa dijebak." Asep menatap mamanya.

Setelah proses operasi transpalasi hati mamanya berjalan dengan lancar, justru setelah semua ini selesai timbul masalah baru yang terjadi. Memang benar besar harapan hidup untuk mama Asep. Tetapi bukan cara seperti ini yang harus ditempuhnya.

"Asep bakalan buktiin kalo papa gak bersalah."

Sementara sosok yang dibicarakan mereka saat ini berada di meja hijau.

Hakim telah menyatakan bahwa terdakwa Beni Mahandaru telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pemalsuan identitas dan Penggelapan. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Beni Mahandaru dengan jerat pidana penjara selama 5 (lima) tahun.

Pak Beni hanya pasrah menerima semua itu. Ia rela melakukan semuanya demi nyawa sang istri, dan kebahagiaan anaknya. Lagi pula ia selalu percaya suatu saat kebenaran selalu berpihak kepada siapa yang benar.

"Pa!" Asep yang baru saja datang dari rumah sakit segera menghampiri papanya ke pengadilan negeri. Setelah melihat sidang telah usai dan papanya yang hendak dibawa ke kantor polisi ia berteriak memanggil papanya.

"Semua ini gak bener kan?" Masih dengan nafas yang terengah-engah Asep berlari menghampiri papanya.

"Jaga mama ya." Hanya itu kalimat yang disampaikan dari papanya.

"Pa, bilang kalo ini tuh gak bener." Asep terus menyangkal. Sementara papanya tidak merespon Asep lagi, ia berjalan memasuki mobil polisi yang hendak membawanya.

Asep hanya menatap punggung papanya yang telah masuk kedalam, hingga mobil yang ditumpanginya berlaju jauh dari hadapannya.

"Asep." Pria yang kini meminggirkan motornya disebelah Asep lantas membuka helm dan memanggilnya.

Setelah pandangan dari mobil yang sudah tidak terlihat lagi ia mengalihkan matanya tertuju pada teman yang datang menghampirinya.

"Hei Chris." Ujarnya

"Naik dulu, nanti lo cerita semua." Asep mengikuti ucapan Chris, ia segera menaiki motornya. Chris sangat memahami bagaimana perasaan temannya saat ini. Ia tidak akan bertanya duluan sebelum dimulai. Chris melajukan motornya menuju lapangan tempat biasa mereka berlatih. Karena ini adalah favorite Asep. Kenapa harus lapangan basket? Yap, mungkin kalian akan terfikir seperti itu. Kenapa bukan tempat yang mewah seperti café atau mall, taman hiburan mungkin. Asep tidak menyukai keramain. Hanya dengan menyalurkan emosinya melalui hobby ia merasa cukup puas.

Behind The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang