6. Nayeon

2.2K 454 79
                                    

Genap satu bulan Lisa tidak berangkat ke sekolah. Bagi orang-orang yang terlibat dalam pembullyan paling mengerikan hari itu tentu sama sekali tidak ada kekhawatiran, mereka hanya berpikir mungkin Lisa ketakutan lalu tak berani keluar sekolah dan pada akhirnya akan pindah sekolah.

Justru bagus. Mengurangi-ngurangi bakteri di sekolah itu. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Chaeyoung seraya menyodorkan kertas data dirinya sekaligus hasil akademiknya selama setahun terakhir untuk mengikuti seleksi olimpiade matematika besok.

Tak jauh dari sana terlihat Nayeon yang menyodorkan kertas miliknya kepada guru wanita yang nantinya akan menjadi juri saat seleksi dan memilih siapa yang paling layak mewakili sekolah dan bersaing dengan sekolah lainnya di ajang olimpiade matematika tahunan yang sangat bergengsi.

Tahun lalu dimenangkan oleh Lisa, perwakilan sekolah ini. Tetapi mengingat kondisi fisik dan mental gadis itu tidak memungkinkan saat terakhir kali menginjakkan kaki disekolah, banyak murid pintar lain yang langsung berlomba-lomba menunjukkan eksistensi. Toh, kelihatannya sampai dua bulan berikutnya pun Lisa pasti tidak berani menunjukkan batang hidungnya.

"Oh~ Chaeyoung-ah bagaimana kabarmu?" sapa Nayeon dengan senyum manis untuk menutupi rasa jengkelnya sebab mengapa saingannya bertambah lagi.

Chaeyoung tersenyum singkat lalu mengambil kartu berisi nomor kursi miliknya untuk seleksi besok. "Kabarku baik. Kau sendiri?"

Sama halnya seperti Nayeon, Chaeyoung pun jijik menyapa gadis itu dengan pura-pura baik seperti ini. Tadinya ajang seleksi olimpiade ini akan ia jadikan sebagai titik balik untuk menunjukkan kepada ayahnya bahwa ia bisa menjadi lebih dari Lisa, mengalahkan gadis itu bukan hanya dengan menjatuhkan mental tapi juga merusak fisiknya.

Nayeon mengangkat kedua alis lalu tersenyum. "Sama sepertimu, kalau begitu aku duluan. Bye!"

Ekor mata Chaeyoung mengikuti arah Nayeon pergi, ia tidak suka gadis itu. Sampai sebuah tangan mendarat di bahunya dengan cukup mengejutkan, tubuh Chaeyoung tersentak sesaat lalu melihat si pemilik tangan.

"Menyenangkan sekali, bukan?" Yeonwoo muncul merangkul Chaeyoung. "Saat satu-satunya benalu dalam hidupmu hilang, semua jalan seakan terbuka diwaktu yang bersamaan."

"Iya." Sahut Chaeyoung diam-diam menyeringai.

Tinggal menunggu hari esok saja. Malam ini akhirnya Chaeyoung bisa tidur dengan tenang, tidak lagi mendengar makian dari ayahnya yang amat sangat melukai hati kecilnya tanpa pernah tahu bahwa Lisa jauh diperlakukan lebih buruk oleh ayahnya sendiri.

Sebenarnya kalau Chaeyoung boleh jujur, ia sangat ingin sekali Lisa mati.

Hari ini tak ada kejadian spesial. Mereka seolah tak merasa kehilangan Lisa. Gadis itu sudah persis tak pernah ada lalu tiada dalam keheningan, tak ada yang peduli bahkan laki-laki yang menyebut dirinya sebagai kekasih Lisa hanya mencoba menghubungi gadis itu melalui pesan chat biasa.

Jungkook menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana setelah mengirim beberapa pesan yang menanyakan kabar dan meminta gadis itu untuk makan.

Padahal Jungkook tahu gadis itu sudah tidak pernah online lagi. Dengan keterangan online yang disembunyikan, pesannya tak pernah berubah jadi centang dua yang artinya selama satu bulan penuh Lisa tidak aktif dimanapun.

"Disini kau rupanya" suara bariton itu sedikit menyeru, datang dengan dua kaleng capuccino dingin di masing-masing tangannya.

"Kupikir kemana.." kekeh pemuda itu meneruskan, "Sombong sekali sih, Jung. Sudah seperti tidak pernah saling menempel saja" lanjutnya menyindir sepedas admin akun gossip Instagram.

Toxic | lizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang