2 - Surat

74 15 2
                                    

Kami tidak lagi mengobrol. Sekarang, fokus pada latihan soal kimia mengenai asam dan basah. Otniel masih belum kembali. Entahlah, katanya penunggu kelas. Tetapi aslinya, suka enggak di tempat.

Aku mendadak merasa kantuk. Nomor-nomor atom terlihat bergerak dan menari-nari seperti suku Pulu-pulu. Aku menggeleng, masih terlalu pagi untuk tidur di kelas.

"Suri." Aruna berbisik sambil menyiku. "Bu Sri mengawasi."

Aku mengangkat wajah. Melirik wanita yang tingginya sebahuku. Walau tubuhnya kecil. Beliau cukup pedas dalam menegaskan para muridnya. Soal kimia yang salah, akan disuruh kerjakan sampai benar dan mengerti. Bu Sri juga tahu, mana anak yang suka menyalin jawaban temannya dan mana yang benar-benar paham.

Sialnya, aku yang nomor satu. Aku sudah mengerjakan empat kali soal yang salah. Aku ingin menyalin jawaban Aruna. Tetapi percuma saja, jika Bu Sri bertanya dan meminta aku menjelaskannya. Aku mati kutu. Aku tidak terlalu menyukai kimia. Aneh, aku sendiri yang memilih jurusan ini.

...

Istirahat siang. Aku berniat untuk tidur. Aruna gabung bersama Rere pergi ke kantin. Daripada mengisi perut, aku ingin bermimpi indah.

Awalnya, aku tidak memimpikan apa pun. Hanya ruangan gelap tanpa cahaya. Lalu, kesadaranku ditarik oleh tangan yang mengguncang bahuku.

Aku mengerjab, mendapati Rexilan dengan wajah tengilnya.

"Apa?" ujarku malas. "Aku mengantuk."

"Suratnya."

"Enggak akan aku kasih."

"Kamu bisa dalam bahaya."

"Aku bisa jaga diri."

"Kamu enggak tahu seberapa bahaya kelas malam."

Aku tahu, Rex. Aku ingin mengatakan itu.  Tetapi, rasa malasku lebih besar. Aku memejamkan mata. Menikmati waktu istirahat pertama.

"Jangan nangis."

Aku masih bisa mendengar suara Rexilan. Kenapa juga aku harus menangis?

"Dia baik-baik saja? Kamu bisa menjaganya?"

Aneh. Rexilan seperti berbicara pada orang lain. Lalu, aku mendengarnya berkata lagi, "Dia memang keras kepala ya? Kok kamu mau banget jaga dia?"

Jeda sesaat. Aku penasaran. Rexilan sedang berbicara dengan siapa. Tetapi kelopak mataku bertambah berat. Samar-samar, sebelum aku terlelap lagi. Dia mengucapkan nama Lumo.

...

Aku tidak terlalu suka pulang lebih awal. Jadi, aku pergi ke rumah utama dan lanjut tidur sampai sore di klub misteri. Salah satu ekstrakulikuler yang wajib diikuti para siswa.

Klub ini isinya random. Segala hal yang misterius di dunia bisa jadi topik pembicaraan. Lagipula, aku sudah janji sama Nurul. Aneh, di rumah utama. Tidak ada anak kelas malam yang bergentanyangan.

Jika kalian bertanya, apa itu rumah utama. Maka akan kujelaskan sedikit. Di SMA Jagad Raya tepat di bagian belakang, sedikit mendekati asrama anak-anak kelas tiga (Di SMA Jagad Raya. Murid kelas tiga, wajib tinggal di asrama untuk mempersiapkan kelulusan).

Ada bangunan bergaya Victoria. Rumahnya vintage, mirip dengan rumah-rumah di Eropa. Atapnya beruncing-runcing dengan teras depan yang luas. Bangunan ini, diperuntukkan untuk menjadi markas esktrakulikuler. Terdapat 30 kamar yang bisa di isi. Kamar eskul misteri berada di bagian belakang dekat dapur.

Aku suka tiduran di sini. Pepohonan dari halaman belakang, bikin tidur siangku nyenyak. Tidak ada yang horor di sini. Kecuali anak-anak dari klub musik yang tiap hari berlatih di ruangan depan. Segala macam nada ada dari sana.

Kelas Malam (Elite Only)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang