Suasana sekolah sudah mulai sepi,hanya menyisakan beberapa murid yang melanjutkan ekskul.
"Ly,ayo. Gue mau cerita."
"Iya, seberapa penting sih cerita Lo, sampai ngebet banget." Di kelas hanya menyisakan kami berdua. Aku memutuskan untuk meng-iyakan permintaan Alden untuk bercerita,lebih tepatnya sesi curhatnya Alden sambil menunggu jam ekskul PMR Ku.
"Penting,pake banget. Kepala gue serasa mau pecah akhir-akhir ini."
"Emangnya kenapa,Al?"
"Mama gue banyak banget ngenyewa guru les privat. Dan gue nggak suka. Serasa kayak orang gila tahu,cuma kita berdua doang sama guru dalam satu ruangan. Nggak ada temen buat di tanya-tanya." Muka Alden terlihat suram.
"Dan pada akhirnya,gue memilih buat bolos dari les."
"Jadi ini alasan kenapa Lo setiap hari pulang barengan sama anak-anak ekskul? Buat bolos?"
"Hooh, walaupun gue nggak ikut satupun ekskul selain ekskul wajib."
"Gue capek,Ly."
"Gue tahu rasanya,pasti capek,pake banget malah. Tapi gue juga nggak bisa ngasih saran buat Lo. Karena gue sendiri nggak bisa nemuin jalan keluar dari masalah gue sendiri."
"It's okey. Gue cuma mau di denger kok. Itu juga udah makasih banget. Seenggaknya perasaan gue lebih lega." Jawabnya sambil tersenyum,yang aku tahu itu senyum terpaksa.
"Iyaa,Lo boleh cerita ke gue kapan pun lo mau."
"Gue udah ngasih rasa percaya gue ke Lo,Lo sendiri nggak mau mencoba ngasih rasa percaya Lo ke gue?"
"Sebelumnya terimakasih udah percaya sama gue,tapi maaf,gue belum bisa ngasih rasa percaya gue ke Lo. Bukan,gue percaya sama Lo tapi guenya yang belum siap buat cerita ke Lo."
"Hmmm,yaudah. Gue tunggu saat itu. Ini udah mau jam PMR kan,sana siap-siap." Aku melirik jam di dinding kelas. Benar,sudah hampir jam ekskul PMR.
"Lo, kalau mau pulang,pulang aja."
"Gue di kelas aja."
"Lah, ngapain? Nggak bosen apa sendirian?"
"Nggak usah dipikirin,sana nanti telat. Ketua PMR kok nyontohin yang nggak baik." Ujar Alden dengan wajah jahilnya seperti biasa. Melihat ekspresinya yang seperti itu aku memilih untuk bergegas meninggalkan kelas menuju lapangan sekolah tempat latihan PMR bisanya.
...
"Julyyyy!!! Lama banget." Baru saja aku memasuki kelas untuk beres-beres. Alden menatap ku dengan wajah sewot.
"Perasaan nggak ada yang nyuruh Lo buat nungguin gue,deh."
"Sana, cepetan beres-beres nya,gue mau beliin Lo ice cream,hadiah udah mau dengerin cerita gue "
"Gue dengerin cerita Lo itu tulus,Al."
"Dikasih rezeki kok nolak. Ayo,cepetan!"
Dan disinilah kami akhirnya, di warung dekat sekolah yang sekaligus jualan ice cream.
"Dari awal masuk SMA,gue selalu merhatiin Lo. Kalau Lo lagi badmood,pasti pulangnya kesini,beli ice cream." Aku nggak tahu bahwa hal-hal kayak gitu ada yang memperhatikan.
"Yuk, pulangnya gue anter."
KAMU SEDANG MEMBACA
July
Teen Fiction"Kaka nyata,tapi disaat yang bersamaan Kaka juga nggak ada." -July "Kaka akan datang. Kaka janji."- Han "Lo selalu bisa jadiin gue sebagai rumah." - Alden "Rumah gue,rumah lo juga kok." -Kyka