18 - Very Usual

1K 54 0
                                    

Di mana pun gue berada, selalu saja ada orang yang menceritakan semuanya ke gue. Kayak orang berpikir gue itu orang yang bisa dipercaya soal rahasia. Padahal, enggak juga. Ada juga yang gue bocori, tapi gak semua. Tapi untuk kali ini, apa yang mereka ceritakan ke gue lebih ke gosip pegawai. Kayak siapa custocrush-singkatan dari costumer crush-mereka, atau siapa yang menyebalkan dan siapa yang baik, siapa yang bukan golongan mereka, banyak lah.

Pada suatu hari, Hunter yang seperti stalker gue muncul di shift Walmart gue. Dia memang tahu gue kerja di sini dan jam berapa shift gue. Tapi ketika dia datang, seharusnya dia sudah di kantor, jam makan siang masih tanggung, jadi kenapa jam segini dia ada di sini? Gue hanya memperhatikan dia dari jauh, gak mendekati. Tugas gue memang di kasir, tapi hari ini gue bertukar tugas dengan Chloe-rekan kerja gue. Katanya, dia bosan jaga lorong terus, mau coba di kasir. Ya sudah, gue juga bosan di kasir terus.

Dia gak lihat gue yang langsung bersembunyi ketika melihat sosoknya muncul. Dia ngomong sama Tyler-rekan kerja yang lain-sepertinya menanyakan lorong sesuatu. Dibawanya dia pergi dan hilanglah dia dari pemandangan gue. Syukurlah dia gak lihat gue, sepertinya gue akan malu. Gue keluar dari tempat gue sembunyi dan gue lihat Chloe memberi isyarat khas pegawai Walmart untuk 'ada pelanggan dan target baru'. Gue lagi melihat isyarat apa lagi yang dia kasih ketika Hunter muncul di depan gue.

"Uh, mau belanja?" tanya gue ke dia.

"Enggak, mau nyari lo."

"Untuk?"

"Ngajak makan."

"Gak deh, shift gue belum selesai."

"Pastinya ada istirahatnya."

"Hanya bentar."

"Pasti di sini jualan makan, kan?"

"Aduh, lo ngapain datang ke sini, baju lo tuh gak membaur banget tahu gak, sih," gue menggerakkan tangan menunjuk bajunya.

"Biarin saja," dia mengangkat bahu.

"Heh," menyebalkan.

"Jam berapa istirahatnya?"

"15 menit lagi," ucap gue setelah melirik jam tangan.

"Okay, gue tunggu lo," dia tersenyum dan berjalan ke bagian makan cepat saji.

Di mana pun dia berada, dia selalu saja menarik perhatian. Karena dia berbicara ke gue, sekarang perhatian itu jadi ikut datang ke gue. Susah, ya, kalau kenal sama cowok ganteng, pasti hasilnya begini. Heh, perasaan Hunter itu ganteng normal, deh, kenapa sepertinya dia chick magnet banget? Lewat sekali langsung bikin klepek-klepek, gak normal banget, kayak ular viper saja.

"Gue gak boleh makan di sini," ucap gue ke Hunter tentang makan di kawasan makan cepat saji.

"Kenapa?"

"Ada peraturan kalau lagi shift gak boleh duduk kecuali di ruang karyawan."

"We broke the last one."

"Jangan ngingetin," sejak hari itu, kita belum pernah melakukan lagi. Ternyata Hunter memang jago menahan nafsunya.

"Ayolah. Kan, gak tiap hari juga."

"Ah, enggak, gue gak mau kehilangan pekerjaan untuk yang kedua kalinya gara-gara lo."

"Ck, rese amat. Duduk."

"Tanggungjawab sampai gue ditegur."

"Iya."

Sepertinya memang Hunter itu stalker sejati, dia tahu apa yang gue suka makan untuk makan siang. Bahkan sebelum gue datang, dia sudah pesan. Ketika makan datang, manajer tokonya sendiri yang mengantar sambil menatap gue menegur. Pura-pura saja gue gak lihat. Setelah dia pergi, tatapan itu gue kasih ke Hunter, dan dia hanya tertawa. Menyebalkan banget, sih! Gak tanggungjawab. Makan gue buru-baru gue habiskan. Begitu selesai gue langsung berdiri. Dari tempat gue berdiri, gue bisa liat si manajer menatap gue dengan tatapan tajamnya.

"Ah, lo, gue jadi kena tatap," ucap gue ke Hunter yang masih makan.

"Ditatap doing."

"Sekarang. Nanti, bonus amukannya."

"Bagaimana lo bisa sampai diterima jadi kasir? Gue yakin lo bisa gantiin posisi dia."

"Belum dicoba juga, sih."

"Tapi ada?"

"Enggak."

"Ya ilah, bagaimana, sih, lo."

"Waktu istirahat gue udah habis, gue harus balik kerja. Sana balik jadi bos."

"Tapi gue masih pengin jadi cowok yang gemar membuat lo kesal."

"Rese, ya," gue pergi dan balik kerja, gue sudah menyiapkan diri saja dipanggil ke kantor manajer dan kena marah tentang 4 peraturan yang gue langgar: 1) makan di wilayah customer di jam kerja, 2) berhubungan dengan pelanggan selain hubungan kerja di jam kerja, 3) membeli produk toko di jam kerja (kecuali kepepet, peraturan ini dianulir), 4) menelantarkan pekerjaan. Yang keempat mungkin memang Hunter gak tahu tapi tetap terlibat, tadi sempat gue cueki pelanggan gara-gara memperhatikan Hunter memesan makan.

Sebelum dia pulang, dia spesial mencari gue untuk bilang, dan gue kutip, 'balik dulu, ya, see you at home, Goody', see you at home, oh my God! Kita kayak pasangan suami-istri saja! Setelah dia bilang perpisahannya, barulah para pegawai kepo mendatangi gue. Gak keroyokan, sih, satu-satu saja.

"Gue baru sadar siapa dia," ucap Chloe.

"Siapa?" tanya gue.

"Anaknya yang punya perusahaan gede."

"Eh, kok tahu?" reflex gue penasaran.

"Gue baca berita juga, ya, Ana."

"Oh..."

"Siapanya lo?"

"Kenalan."

"Kenalan, ya? Kenalin ke gue, dong..."

"Lebih baik jangan," gue menggeleng. Kok, gue jadi posesif gini?

"Ana, kamu, kan, tahu peraturannya. Apa yang kamu lakukan sama pelanggan tadi?" suara manajer selalu membuat gue merinding.

"Bukan salah saya kalau dia yang mengundang."

"Biasanya kalau kayak gitu bagaimana?"

"Masalahnya saya gak bisa nolak dia."

"Apa penyebabnya?"

"Tanya saja sama yang lain," dan di saat yang sama Chloe langsung senyum.

"Dasar cewek-cewek," Si Manajer menggeleng dan pergi. Ampuh juga cara itu. Mungin maksud Hunter tanggungjawab tadi sesuatu yang kayak gini kali, ya?

You, Me, and PrejudiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang